Chapt. 6 ×Sapphire×

345 58 39
                                    

Sorry for typos. xx

💊🔫💊🔫💊🔫💊🔫💊🔫💊🔫

Liam berulang kali mencoba menghubungi Violet dan Georgia, setidaknya para ibu muda itu yang kini berada tak jauh darinya. Liam mencoba menahan diri untuk tidak menghubungi Niall dan Harry yang tengah bertugas di Sydney. Ia tak ingin Harry dan Niall terganggu dan kemudian misi mereka tidak berjalan lancar, buruknya lagi mungkin bisa saja gagal.

"Tenanglah, Agen Payne. Navy dan Garry akan baik-baik saja. Percaya padaku." Lucas berucap santai sembari menatap Liam datar.

"Kau bilang apa?" nada suara Liam meninggi, "Mereka sedang sekarat. Aku tak akan sepanik ini jika mereka hanya pingsan. Apa kau buta tak melihat hidung serta jemari Navy dan Garry yang membiru itu? Tubuh kecil mereka juga bergetar hebat!"

Lucas mengusap wajahnya frustasi. Baik Liam maupun Lucas sudah berdiri lebih dari satu setengah jam di depan Unit Gawat Darurat. Jasmine dan Maura tengah berada di Markas ASAS untuk pengamanan. Sedangkan Georgia dan Violet belum ada kabar sama sekali.

"Kau berhasil menghubungi Agen Violet Horan dan Georgia Styles?" Lucas menatap Liam, kini dengan tatapan peduli.

Liam mengangguk, "Tapi belum ada jawaban. Aku tak mau menghubungi Niall dan Harry. Ini akan mengganggu pekerjaan mereka."

"Tapi mereka ayah kedua anak ini." Lucas mengelak.

"Lebih baik kau diam ketimbang terus memberikan saran bodoh. Aku tahu apa yang sedang aku lakukan. Aku tahu pria seperti apa Niall dan Harry itu. Mengertilah, ini demi Navy dan Garry, juga misi kita." Liam berusaha menjelaskan pada Lucas.

Lucas kembali bersandar pada pilar putih rumah sakit. Entah berapa tahun lagi dokter itu akan keluar dan memberikan penjelasan kepada Liam dan Lucas mengenai kondisi Navy dan Garry. Liam tak bisa berhenti mencoba menghubungi Violet dan Georgia. Sedangkan Lucas hanya bersandar dan menundukkan kepalanya. Entah, mungkin ia berdo'a.

Suara pintu terbuka membuat perhatian kedua agen itu tertuju pada sosok dengan jas putih yang baru saja keluar dari ruangan tersebut. Dengan cepat Liam berdiri di depan dokter itu dengan tatapan antara ingin membunuh dan khawatir, "Bagaimana kondisi kedua keponakanku?" tanya Liam.

"Tenanglah, Tuan. Keduanya kini sudah baik-baik saja. Bisa kita bertiga menuju ruanganku? Ada sesuatu yang perlu aku bicarakan," ujar dokter itu.

Liam mengangguk. Ketiganya kemudian mengikuti ke mana dokter itu melangkah. Jauh dalam pikiran Liam, ia merasa ada kejanggalan. Bagaimana bisa kedua anak itu mengalami kejadian seperti ini. Bahkan keduanya pun selalu berada dalam pengawasan Liam dan agen yang lain.

"Ini serius," ujar dokter tersebut begitu ketiganya kini ada dalam ruangan dokter. Liam menatap dokter itu penih rasa penasaran, "Aku menemukan beberapa zat kimia beracun, namun tidak bersifat membunuh. Entah, kami belum bisa memastikan apa nama zat itu. Yang jelas zat itu yang membuat kulit keduanya sedikit membiru. Lalu aku menemukan beberapa campuran serbuk yang dilarang oleh negara, narkoba."

Liam dan Lucas membelalakkan matanya seketika. Tangan Liam mengepal, urat-urat pada wajahnya menampakkan kemarahan yang sangat amat akan pengakuan dokter tersebut.
"Keduanya bisa pulang ke rumah setelah dua hari. Mereka akan melakukan rawat intensif karena terlalu banyak mengkonsumsi zat-zat beracun dan berbahaya," jelas dokter tersebut.

"Bisakah kau menetralisir zat terlarang itu dari tubuh mereka? Mereka masih kecil." Liam memohon.

Dokter tersebut mengangguk, "Kami masih bisa membersihkannya. Tapi untuk barang bukti polisi, kedua bocah itu juga masih ikut terjerumus dalam kasus narkoba."

TM2 : REASSIGN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang