Georgia mengendap-endap melewati beberapa ruangan yang tertutup. Dengan rambut tergerai, ia berjalan berjingkat, berusaha untuk tidak mengeluarkan suara. Bagaimana pun caranya, ia harus bisa mendapatkan suaminya kembali.
Sedikit lagi menuju pintu keluar, ia menoleh ke belakang sejenak. Sepi, masih sama seperti 3 menit yang lalu. Ia memutar kenop pintu tersebut. Derit pintu terdengar pelan dan nyaring, namun hal tersebut tak berhasil membangunkan siapapun. Georgia mengehela napas lega, ia berhasil keluar.
Setelah Georgia keluar dan pintu tertutup kembali, Grey dan juga Zayn keluar dari balik dinding. Zayn membenarkan tatanan rambut bangun tidurnya, "Tadi Georgia atau Violet? Mengapa kau melarangku untuk mencegahnya?" ceracau Zayn sembari menguap kemudian.
"Itu Georgia. Kita ikuti saja dia perlahan, jika kita cegah dia tadi mungkin kita bisa membangunkan yang lain."
"Kau gila? Ini pukul 3 pagi, Agen Johansen. Kembalilah ke ranjangmu." Zayn berbalik.
Namun dengan secepat kilat, Grey menarik kerah baju tidur Zayn lalu mendorongnya. Hal tersebut membuat pria ketimuran itu mendaratkan bokong datarnya di atas ubin dingin markas kepolisian.
"Aw!" Zayn meringis. Tetapi setelah itu matanya terbuka lebar begitu melihat Grey yang berdiri sambil melipat tangannya di depan dada.
"Sudah sadar?"
Zayn terkekeh hambar, mencoba berdiri dan akhirnya berhasil. "Maafkan aku, aku cukup lelah menemani misi kalian dan juga dua anak itu kemarin malam."
"Zayn, Georgia keluar. Kita harus menyusulnya."
"Tunggulah matahari terbit, Grey."
Zayn hendak berbalik, tapi langkahnya seketika terhenti. Ia kembali memalingkan tubuhnya ke arah Grey. Menatap Grey dengan intens, "Georgia keluar?"
Grey mengangguk.
"Fuck! Kenapa kau tak mengatakannya sedari tadi? Ayo cepat!" Zayn berlari keluar.
"Sialan." Grey mendengus kesal.
"Grey, cepatlah!" Zayn seperti menahan teriakkan dari dalam kerongkongannya.
Grey hanya bisa mendengus kesal sembari merapikan pakaiannya. Tak lupa membawa pistol dan kemudian menyusul Zayn keluar.
×××
Navy menggeliat di atas ranjangnya. Bocah itu kemudian duduk sambil mengusap mata lelahnya, begitu kedua mata itu terbuka, ia melihat seorang wanita di atas sofa. Wanita itu memiliki beberapa luka lebam pada lengannya, dengan perban membalut lengan kirinya. Wajah malaikatnya membuat Navy tersenyum miris.
Bocah itu turun dari kasur Dan mengendap-endap menuju wanita tersebut, Violet. Dengan kasih sayang, Navy berusaha mencium dahi ibunya dengan lembut. Bahkan berusaha sekeras mungkin agar ciuman pada dahi itu tidak membuat ibunya geli dan pada akhirnya terbangun.
"Aku menyayangimu, Mommy." Navy berbisik amat pelan. "Mommy tak perlu seperti ini. Aku merasa sakit jika mommy juga sakit."
Alih-alih terdengar oleh Violet, suara kecil Navy justru terdengar oleh bocah lain yang seharusnya juga tertidur.
"Ada apa kau bangun pagi-pagi buta begini, Bro?" tanya Garry.
"Garry!" Navy berlari kecil menuju ranjang saudaranya tersebut.
"Ada apa?"
"Mommymu kemana? Mengapa dia tidak bersama mommyku?" tanya Navy.
"Dia ada di sebelah Mommymu."
"She's not."
Garry membelalakkan matanya. Ia kemudian menyingkap selimutnya dan memastikan ke sofa besar yang ditempati oleh Violet.
KAMU SEDANG MEMBACA
TM2 : REASSIGN ✔
Fanfiction[SEQUEL. Please Check the first book, "THE MISSION" first.] This book is COMPLETED (18/03/2017) and UNEDITED. If you read this, please leave the votes and comments. Years passed peacefully before he come back with his new mission. The ASAS's Secret...