Maaf kalau lama update ya..
💊🔫💊🔫💊🔫💊🔫💊🔫💊🔫
Dua orang besar itu membanting tubuh lemas Harry tepat di depan Freddie. Harry yang masih saja terus memuntahkan darah segar itu makin membuat Olivia dan Freddie kaget bukan kepalang.
Begitu dua orang besar itu pergi, Freddie berusaha sekeras mungkin untuk mencapai Harry. Pada akhirnya, tubuh kurus Freddie terhempas di depan Harry. Mata Harry yang mulai sembab dan memerah menatap Freddie.
"Mereka melakukan ini pada kalian?" tanya Harry.
Freddie mengangguk, "Kita akan baik-baik saja. Joce tidak akan membunuh kita."
"Kabar baik." Harry berusaha menyandarkan tubuh lemasnya pada dinding. "Katakan padaku, apa isi benda manis sialan itu?"
"Aku tidak tahu pasti." Olivia angkat bicara, "Dalam cokelat itu ada beberapa zat berbahaya. Zat itu pula yang meluruhkan janin Georgia secara perlahan, juga zat itu juga yang membuat Navy dan Garry sakit tempo hari."
"Narkoba?"
"Mereka mencampurnya dengan obat lain. Entah apa itu," balas Olivia.
"Kau tahu dari mana?"
"Hanya menyimpulkan saja. Jocelyn gadis yang cerdas, buktinya dia bisa menjadi guru. Dia adalah anak buah Troy Austin, yang mana dia pasti mengetahui apapun yang berbau darah, kematian, dan yang terlarang," terang Olivia.
Harry mengerang dalam kerongkongannya, menahan sakit yang tak kunjung reda pada dadanya. Penglihatan Harry mulai kabur, ia menerjapkan matanya berulang kali. Freddie menyentuh lengan Harry, "Kau baik?"
"Sedikit pusing."
"Tidurlah, jika kau tidur nyerinya akan hilang." Freddie membantu Harry berbaring.
"Argh..., di mana Niall?" tanya Harry lirih.
"Jika dia belum sadar, Joce tidak akan membawanya kemari."
×××
Mobil Zayn berhenti di depan bibir hutan. Zayn dan Grey kemudian keluar, mengenakan kacamata hitam mereka.
"Kita berjala dari sini," ujar Grey.
Zayn memeriksa kondisi sekitar, bahkan kabut tebal menghalangi pandangan mereka.
"Apa mereka masih terdeteksi, Agen Johansen?"
"Ya. Terakhir kali aku melihatnya, tanda pengenal mereka masih aktif. Tiga kilometer ke barat dan 200 meter ke tenggara kemudian dari tempat kita berdiri." Grey merogoh sakunya, "Kau membawa peluru tambahan?"
"Astaga, beruntung aku masih memiliki beberapa di mobil."
Zayn kemudian membuka pintu belakang mobil. Hal itu membuat Navy dan Garry yang sebelumnya sudah meringkuk untuk bersembunyi diserang rasa gelisah. Gelisah dan takut jika Zayn menemukan mereka.
Karena tak cukup pencahayaan, Zayn tak mampu melihat dengan leluasa isi mobil. Begitu ia menemukan apa yang dicarinya, ia langsung menutup kembali pintu mobil tersebut. Dan pastinya, dua bocah yang ada di dalam mobil tersebut bernapas lega.
Dua pasang bola mata kecil mengintip dari balik jendela mobil.
"Mereka pergi?" tanya Navy.
"Ya. Ayo kita keluar, kita tidak bisa berlama-lama atau kita akan kehilangan jejak!" ujar Garry.
Navy meraih kenop pintu mobil. Menggerakkannya beberapa kali, ternyata mobil itu terkunci.
"Argh! Ini terkunci! Kita terjebak." Navy mengerang pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TM2 : REASSIGN ✔
Fanfiction[SEQUEL. Please Check the first book, "THE MISSION" first.] This book is COMPLETED (18/03/2017) and UNEDITED. If you read this, please leave the votes and comments. Years passed peacefully before he come back with his new mission. The ASAS's Secret...