Prolog

2.2K 71 0
                                    

Alyssa berlari secepat mungkin menuju sebuah tempat yang baru saja dikirimkan ke ponselnya beberapa menit yang lalu, jantungnya berdegup kencang seakan tak sanggup lagi melekat ditempatnya, berkali kali ia mengangkat tangan kirinya untuk sekedar melihat waktu yang kian memburunya untuk bertindak cepat atau jika tidak ia akan sangat menyesal, entah berapa tetes keringat yang menetes dari tubuhnya hingga membuatnya seperti bermandikan keringat, hingga ia berhenti dihadapan sebuah rumah tua yang tentunya sudah tak berpenghuni.

Rumah itu sepertinya lebih cocok untuk tempat pengambilan film horor dibandingkan dengan penyekapan seseorang. Dengan pasti Alyssa pun melangkah cepat memasuki rumah tua menyeramkan itu. Langkahnya terhenti ketika sebuah percakapan menyita perhatian gendang telinganga.

"Itu pasti tempatnya" Ujar ia pada dirinya sendiri seraya melirik sebuah ruangan yang hanya menyisakan sedikit celah saja. Kepalanya mulai ia dekatkan pada celah pintu tersebut, matanya mulai berkeliaran mengarah kedalam ruangan, hingga matanya menangkap seorang lelaki yang membelakanginya dan ia yakin bahwa lelaki itu yang dikhawatirkannya sedari tadi.

Alyssa tak ingin gegabah dengan tindakannya, ia memastikan siapa saja yang ada didalam, yaa hanya ada Erlangga dan dua orang berperawakan tinggi besar.
"Itu pasti pengawal dari wanita jalang itu" batinnya
"Tapi dimana wanita itu? "tanyanya pada dirinya sendiri.

"Tinggal 1 menit lagi tuan Erlangga, saudaramu tak datang juga" Ujar seseorang dari belakang sebuah meja. Seorang wanita dengan berwajah oriental dengan mata amber mulai mendekati pria yang ia panggil Erlangga itu.

"Lebih baik kau membunuhku daripada Alyssa" Balas Erlangga dengan sorot mata penuh amarah.

"Haa.. itu adalah pilihan terakhiri jika saudaramu itu tak datang" Ucap wanita berwajah oriental itu.

"Ini sudah lewat dari waktu kesepakatan nona" Tegur salah satu dari pengawalnya dengan tangan berotot yang masih mencekal Erlangga.

"Sayang sekali Erlangga, tadinya aku masih ingin melihatmu hidup dan menjadikanmu suamiku, tetapi saudaramu itu begitu tega membiarkanmu mati" Ucap sang wanita oriental itu dengan wajah yang mengejek.

"Lebih baik aku mati daripada harus hidup denganmu" Balas Erlangga.

Sebuah pistol hendak wanita itu angkat dari kantung jaket kulitnya, ia arahkan mulut pistol tepat pada jantung Erlangga, sehingga hanya dengan satu tembakan saja jantung lelaki dihadapannya akan berhentu tanpa menunggu ia sekarat lebih lama.

"Brak!!!! " Suara Pintu yang dibantingkan seseorang dari luar mampu mengalihkan pandangan dari wanita oriental itu dan kedua pengawalnya.

"Hentikan! Aku disini" Ucap Alyssa lantang.

"Kau datang juga ternyata Alyssa, tapi sayang bonus waktu yang aku berikan sudah habis" Balas wanita berwajah oriental itu.

"Lepaskan Erlangga !" Ujar Alyssa geram.

"Tidak! Kau sudah terlambat!! " Balas wanita itu dengan senyum khas meledeknya.

"DORRR!!! " Suara pelepasan peluru dari mulut pistol menggema diruangan tak berjendela itu, seketika tubuh Erlangga bertekuk lemas, sedangkan Alyssa hanya dapat membelalakan matanya tak percaya dengan apa yang disaksikannya beberapa detik lalu. Rasanya atap ruangan yang ia huni sekarang runtuh seketika menimpa dirinya, rasanya tiba tiba saja oksigen diruangan tersebjt habis untuk selamanya, rasanya saraf dan sistem tubuhnya lumpuh seketika. Airmatanya kini menetes seketika tanpa menunggu perintah dari sang pemilik mat. Erlangga, saudara yang paling disayangnya harus mati didepan matanya sendiri.

Beberapa menit kemudian Alyssa tersadar dari lumpuhnya, gadis itu berlari kencang dan merebut pistol dari genggaman tangan wanita berwajah oriental itu, sang wanita tidak mengira Alyssa akan menyerangnya begitu cepat hingga ia terjatuh dari posisinya. Dengan sigap Alyssa mengarahkan pistol yang ia genggam pada wanita oriental itu.

"Apa yang akan kau lakukan Al!! " Seru wanita itu ketakutan.

"Melakukan apa yang kau lakukan pada saudaraku " Balas Alyssa dengan nada dingin dan tidak bersahabat. Alyssa mengarahkan mulut pistol yang ia pegang kearah perempuan yang kini berdiri dengan wajah ketakutan. Tinggal menekan sang pelatuk,  Alyssa akan menyaksikan perempuan dihadapannya menghembuskan nafas terakhirnya. Namun belum juga Alyssa menggencarkan niatnya,  sesuatu trlah mengganggunya

"Ngiung... ngiung... ngiungg!!! "Suara sirine kini menggema diluar ruang,  suara serbuan langkah kaki kini terdengar jelas mendekati lokasinya. seketika tatapan Alyssa semakin tajam mengarah pada perempuan itu.
"Kau kalah Alyssa!! "Ucapnya dengan senyuman licik menghiasi bibir perempuan ini, tak mau ambil resiko lebih, perempuan ini mengambil langkah seribu meninggalkan Alyssa yang masih terpaku dengan pistolnya.
"Jangan bergerak!!  Angkat tanganmu !" Perintah seseorang bernada tegas dari balik punggung Alyssa. Tanpa ingin mengelak, Alyssa menuruti perintah orang tersebut.

"Sial..  ini jebakan" keluhnya pelan. Dengan kasar seorang polisi menurunkan kedua tangan Alyssa dan memakaikan borgolnya tepat dibagian depan tubuh Alyssa.

Precious TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang