SELAMAT MALAM MINGGUUUUU , aku double update hari ini hehe , pengen cepet namatin cerita ini yang umurnya udah mau satu tahun . sekali lagi aku ucapin makasih untuk kalian yang setia sama karya aku yang ini :)
Okaayy selamat membaca part ini, semoga suka yaa .. jangan lupa vote dan commentnya oke :), kalo ada typo mohon dikoreksi yaa
Selanat malan minggu untuk kalian :)
Henri menatap nanar pusara bernamakan Diana Adams yang masih basah dengan air dan berbagai bunga segar, semalaman Henri tidak bisa tidur, memenjarakan dirinya didalam kamar tidur tamu apartemen Sivia, tak ada yang dapat membuatnya membuka suara, semuanya terasa sangat hampa dan ia begitu kehilangan, walau memang selama hidup seorang Diana Adams tidak pernah mendapat perhatian lebih darinya.
Diana Adams, seburuk apapun kelakuan perempuan itu, ia tetaplah darah daging Henri, anak yang ia tunggu – tunggu untuk pertama kalinya, anak yang mampu membuat hidupnya secerah mentari kala itu, namun ia sendiri telah merusaknya tanpa belas kasih sedikitpun, meninggalkan sosok Diana yang merangkak untuk kehidupannya, dan betapa Henri menyesal akan itu.
Sekali lagi, Henri ingin berdoa beratUs ratus kali pada Tuhan, untuk memberikan kesempatan sekali lagi padanya untuk memperbaiki kesalahan masalalu yang teramat fatal, segala tindakannya ternyata telah meruntuhkan sifat seseorang, merubah tabiat seseorang, dan betapa sakitnya itu adalah anaknya sendiri.
Sivia dan Viona , menatap sendu kearah Henri yang masih menumpukan tubunya disamping pusara Diana Adams, langit Yogyakarta terlihat lebih gelap, seakan semesta pun ikut bersedih akan sosok Diana yang pergi meninggalkan dunia. Entah Sivia harus merasa bagaimana, yang jelas rasa benci yang mengendap pada hatinya untuk sang ayah sudah hilang entah kemana, kini rasa prihatin malah lebih mendominasi hatinya, Sivia dan rasa empatinya memang sudah sangat bersisian.
"Mas" Panggil Viona pada suaminya yang kini masih bersimpuh disamping pusara Diana, rasa tak tega kini menggalayuti dirinya, entah ia harus merasa ikut bersalah atau tidak untuk kepergian sosok Diana, penyebab perubahan sifat Diana, karena Viona pun memang menjadi wanita yang mampu mengalihkan prioritas Henri dari keluarganya dahulu, dan ia sadar betul bahwa tabiatnya yang dulu telah merebut seorang kepala keluraga dari istri dan kedua anaknya, namun tak bolehkah Viona egois ? karena mendapatkan Henri adalah impiannya, Henri adalah cintanya, dan ia tak ingin berbagi dengan siapapun saat itu, sekalipun dengan keluarga pertama Henri.
"Mas ayo pulang" Ucap Viona yang mencoba membangunkan Henri dari keterpurukannya.
"Kalian duluan saja, aku masih ingin bersama putriku" Bantah Henri yang sedikitpun pandangannya tidak teralih dari nisan milik Diana Adams.
"Kalau begitu aku akan menemani Ayah, Ibu bisa pulang duluan, istirahat" Ucap Sivia sembari mengusap lembut bahu milik ibunya, mempersilahkan sang Ibu untuk pulang terlebih dahulu.
"Mas , jangan begini, langit sudah gelap, sebentarlagi pasti hujan, nanti kalian sakit" Sanggah Viona yang sama sekali tidak setuju dengan ucapan Henri dan Sivia.
"Viona, Please !" Pinta Henri yang masih tak ingin beranjak dari tempatnya.
"Mas ! kamu disinipun takkan membuat putrimu bangun kembali ! sudah sejak semalam kamu sedih tapi hari ini jangan, ikhlaskan mas , ikhlas ! Tuhan tidak suka pada umatNya yang sedih berlarut – larut !" Tutur Viona yang tingkat kesabarannnya sudah diambang batas.
"Ibu !" Tegur Sivia yang merasa perkataan ibunya sudah keterlaluan, ia tahu kesedihan memang tidak boleh berlarut larut ditangisi, namun tidak seperti itu juga kalimatnya.
Henri pun membuang nafasnya kasar, berdiri dari tempatnya bersimpuh, namun tatapan matanya yang sendu masih tak berniat untuk berpaling dari nisan milik anak pertamanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Precious Time
AksiAlyssa, gadis cantik berwajah kaku harus rela mendekam dibelakang jeruji besi karena hukuman yang diterimanya atas pembunuhan pada saudaranya sendiri "Erlangga". Sivia, sahabatnya yang selalu menjenguknya disetiap bulan dan selalu meyakinkan Alyss...