PART 11 (Tanda Tanya)

630 41 9
                                    

Semuanya masih samar samar

Saat waktu semakin pula menajam

Tapi tak memberikan jawaban kepastian

Tentang berbagai kisah kehidupan

Hanya tanda tanya saja yang kini berkeliaran


Rutan II Yogyakarta 

Sebuah ruangan dengan dinding berwarna putih kini terasa begitu hening , tak ada suara sedikitpun padahal sang empunya ruangan tengah duduk manis pada sebuah kursi kerja yang terbuat dari kulit dan busa yang terjamin kualitasnya , namun tak sedikitpun suara yang ia keluarkan selama kurang lebih 15 menit berada diruangannya ini, hanya helaan nafas kasar saja yang terdengar memecah keheningan yang ia ciptakan.

Sebuah papan nama yang terbuat dari kayu jati menghiasi mejanya , menegaskan kepemilikan utuh pada apa yang berada diruangan ini , ialah penguasanya . Jenderal Ryan Pramudya Haling  itulah sederetan nama dengan gelar tertinggi yang tertulis pada papan nama tersebut.

"Tuk , tuk , tuk " Suara peraduan diantara kuku tajam dan meja berbahan kayu jati kini terdengar nyaring memecah kebisuan yang sedaritadi tercipta.

Peraduan kuku dan meja memberikan banyak arti pada seseorang , nampaknya sang jenderal tengah dilanda kebingungan serta kecemasan , nampaknya keraguan pula kini tengah menyambangi hati dan fikirannya , keraguan yang ia harapkan tidak benar.

"Stevano "  Ujar sang jenderal lirih ,nama yang semenjak sepekan ini rupanya telah mengganggu runtutan fikirnya , nama anak sulung dan anak kebanggaannya lah yang kini menjadi topik utama fikirannya , entah kenapa keraguan kini mendera dirinya terhadap anaknya sendiri

"Semoga kau tak menyembunyikan sesuatu dariku" Ujarnya lirih lagi , seakan seorang Mario Stevano Haling kini berada tepat dihadapannya .

Legian Garden Resto 

Siang itu , lelaki dengan kacamata berlensa tebal yang bertengger pada matanya tengah asyik menikmati secangkir kopi berjenis arabica, beberapa kali ia meniupkan kepulan asap yang dihasilkan dari cairan kopi yang nyatanya masih panas, sepertinya pesanannya baru saja sampai. Matanya tak lekang dari sosok pemuda yang kini duduk terpisah beberapa meja dengannya , beberapa kali sosok pemuda itu menoleh kearah jendela disampingnya , seakan ia tengan menunggu seseorang.

"Drrtt.. drrt.."  suara getaran ponsel membuyarkan keheningan yang ia ciptakan sendiri , ia pun mengalihkan pandangannya pada layar ponsel yang kini memunculkan sebuah panggilan atas nama "Big Boss" , lelaki berkacamata tebal inipun segera meletakkan cangkir kopinya , meraih telepon genggam yang sudah tak sabar ingin bersuara.

"Hallo " Jawabnya pada seseorang yang ia kenal sebagai big boss

"kau masih mengikutinya?" Tanya sebuah suara disana.

"Yaa aku sedang mengawasinya , sepertinya dia sedang menunggu seseorang "

"menunggu seseorang ? baiklah kau awasi terus sampai orang yang stevano tunggu datang"

"Yaa aku akan  tetap mengawasi anakmu boss"

Tuutt

Dan suara panggilan itupun dimatikan secara sepihak oleh lawan bicaranya itu , sebuah senyuman tipis pun terbingkai pada wajahnya kini, seakan ia akan menyaksikan hal yang sangat memuaskan. Stevano , yaa itulah nama yang disandang oleh pemuda yang kini tengah lelaki itu awasi , perintah "Big boss" itu yang membuat lelaki ini rela duduk manis dan melihat apa yang akan dilakukan anak dari bos besarnya itu

Precious TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang