Part 16 (The Secret)

592 37 29
                                    


Ruang ini terlalu gelap untuk aku bisa melihat

Ruang ini terlalu pengap untuk aku bisa bernafas

Ruang ini terlalu dingin untuk aku merasa hangat

Dan disana , wanita itu terlalu kejam untuk aku bisa katakan manusia

-Sivia

Sebuah tempat dihutan Pinus, Magelang

Sivia semakin mengeratkan pelukan pada tubuhnya sendiri , mencoba menetralisir rasa dingin yang berada disekelilingnya, entah sudah berapa lama ia berada didalam posisi seperti ini , menekuk lutut sembari mendekap tubuhnya erat , nafasnya memburu tak karuan , matanya berkali kali merasakan panas, atau bahkan ia sudah sangat bosan menangis.

Ruangan yang Sivia tempati sungguh gelap , hanya sedikit pencahayaan remang dari lampu pijar yang berkedip-kedip tinggal menunggu waktu untuk benar benar mati , Sivia sendirian diruangan kecil itu , hanya berteman beberapa bangku dan meja yang sudah tak layak pakai , ia benar benar merasa ketakukan yang luarbiasa kali ini.

Semenjak tersadar dari pengaruh obat bius yang membuatnya tidur cukup lama, Sivia sudah berada disini , diruangan yang sedikit pencahayaan dan sangat pengap, tak ada ventilasi yang cukup untuknya merasakan kesegaran dunia luar, namun nampaknya ruangan ini memang di design untuk penyiksaan , karena diruangan ini terpasang Ac dengan suhu yang sangat dingin , yaa benar-benar menyiksa. Bisa dirasakan suhu tubuh sivia yang melonjak naik, mungkin demam tengah mendera tubuhnya , yaa suhu ruangan yang dingin juga sedikit udara untuk bernafas ditambah rasa frustasi dan ketakutan yang luarbiasa sudah sangat cukup untuk Sivia merasakan sakit.

"Dingin .. di.. ngin " Ucap Sivia dengan suara yang gemetar , tubuhnya menggigil , mulutnya tidak berhenti bergetar , nafasnya beberapa kali tercekat , yaa Sivia benar-benar tersiksa.

"Tolong , to..long a..ku" Ucap Sivia terbata-bata, berharap seseorang mampu mendengar suara paraunya , ia sudah benar benar berada diujung kesadarannya.

"Di..ana.. a..ku mem..bencimu" Racau Sivia lagi masih dengan suara yang parau. Yaa . Diana , siapa lagi yang akan menyiksanya seperti ini selain wanita iblis itu ? Sivia sudah tahu ini ulah Diana , terlebih sesaat setelah ia sadar , dengan jelas ia mendengar suara Diana yang dengan sombongnya akan membawa Alyssa untuk menyelamatkan dirinya.

"Al.. Jo, a..aku ta..kut" Ucap Sivia lagi, kali ini nama Alyssa dan Jonathan yang ia panggil , yaa dua orang yang ia harapkan datang dengan segera , membawanya pergi dari tempat yang menyeramkan ini dan memberikan Sivia kehangatan yang ia rindukan.

"Apa gadis itu masih disini?" Suara seseorang kini membuat Sivia terdiam , suara seorang pria dewasa dibalik pintu ruangan gelapnya, dan Sivia tak tahu siapa itu.

"Iya, terakhir kali aku melihatnya dia masih tertidur , cukup kuat juga sepertinya obat bius itu" Jawab seorang wanita yang Sivia yakini adalah Diana.

"Hmm .. apa kau yakin Alyssa akan datang?"

"Yaa , tentusaja , Sivia adalah satu satunya sahabatnya , bahkan mungkin sudah dia anggap seperti saudara perempuannya"

"Baguslah , kalau begitu berapalama lagi dia akan datang?"

"Hmm , aku tak tahu , aku tak memberikan dia alamat seperti dulu , aku hanya ingin bermain sebentar dengan Sivia"

"Kau memang sudah sangat menyeramkan dari dulu"

"Ya , dan anda pun sama bukan tuan?"

"Apa maksudmu?"

"Huh ! bukankah kau yang telah membunuh ayah Alyssa?"

Precious TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang