Kumohon
Jangan seperti ini
Kembalilah
Dan aku berjanji,
Semuanya akan lebih baik
Lagi, Mario menenggak kembali minuman beralkohol dalam genggamannya, mungkin ini sudah botol yang kelima sejak sore hari tadi, dan Mario masih belum berhenti, walaupun lambungnya mungkin sudah meronta untuk tak diberi racun lagi dan lagi.
Frustasi, apalagi yang lebih baik dari kata itu untuk menggambarkan seorang Mario Haling yang kini tengah tertunduk lemas diatas meja bar yang sudah tidak lagi nyaman untuk dilihat.
Rupanya sudah satu minggu Alyssa pergi meninggalkan Mario, dan sejak itu pula ia belum sudi untuk bertemu dengan sang Ayah, Ryan Pramudya Haling. Mungkin kini ia sudah tak peduli dengan norma agama, atau ajaran agama yang sejak kecil ia dapatkan, tentang berbakti juga hormat pada orangtua.
Karena,
"Ryan Pramudya Haling, bukan lagi ayahku" Ucap Mario dengan nada getar dan sumbang diantara hela nafasnya yang putus - putus. Benar.. cinta rupanya mengubah seorang Mario menjadi seperti ini, dan itu karena Alyssa Anandira, perempuan dingin dan berwajah datar yangs ia kenal dalam waktu singkat.
Bukan maksud Mario durhaka, namun rasa bencinya teramat besar pada sang Ayah, rasa kecewa yang mengalir kental dalam darahnya, semua karena ia merasa begitu dibodohi, sosok ksatria yang ia banggakan, ternyata tak lebih dari seorang iblis tanpa hati, sudah separah itu Mario membenci Ayahnya.
"Halo" Ucap Mario setelah menekan tombol hijau pada layar ponselnya, nama Ray yang kali ini terpampang jelas disana.
"Apa kau sudah menemukannya?" Tanya Mario dengan nada frustasi.
"Bukankah sudah kubilang, jangan menghubungiku jika itu bukan tentang keberadaan Alyssa" Ujar Mario lagi, kemudian melempar kasar ponselnya keatas meja bar.
"HAAAAAA !!" Teriak Mario nyaring, rasa frustasi sudah benar benar membutakannya, kehilangan Alyssa ternyata bisa membuat ia sesakit ini, entah ramuan apa yang sudah diberikan perempuan itu padanya, tapi yang jelas kali ini Mario merasa begitu lemah karena cinta.
PRAANG !!
Suara peraduan antara botol minuman kosong dan lantai marmer putih terdengar nyaring memenuhi ruangan tengah apartemen Mario.
"Kau dimanaaa" Ujar Mario lemah, sungguh Alyssa membuatnya seambruk ini, Mario kira Alyssa akan dengan mudah ditemukan, Mario kira Alyssa hanya perlu waktu sebentar untuk menenangkan diri, tapi ternyata, dugaan Mario salah, Alyssa pergi, tanpa meninggalkan tanda dan tanpa kabar, semua tentang Alyssa seakan dibungihanguskan.
Eliza Anandira, wanita yang Mario fikir akan membuat Alyssa datang padanya jika ia membawa ibu perempuan itu, tapi ternyata Mario kalah cepat, Eliza Anandira sudah lebih dahulu dibawa Alyssa , mereka pergi meninggalkan rumah sakit jiwa. Sungguh Mario tidak tahu jika Alyssa keinginan pergi Alyssa sebesar ini.
"Kau ingin seperti ini sampai kapan ? sampai kau mati?"
Cakka, lelaki itu melangkah pelan sembari memasukkan kedua tangannya pada saku celana denim yang ia kenakan. Tentu Cakka sudah memiliki akses untuk masuk ke apartemen Mario.
"Hmm" Helaan nafas Cakka terdengar antara kasihan dan kebingungan, bagaimana mungkin seorang sahabat yang ia kenal begitu kuat bisa seroboh ini karena cinta. Nyatanya semua manusia memang memiliki kelemahan, dahulu Cakka mengira jika seorang Mario tidak akan pernah kalah pada apapun. Mario adalah ketua kelas yang cerdas dan juga ketua pemberontak yang beran, tapi ternyata seorang Alyssa Anandira bisa menghancurkan lelaki kuat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious Time
AcciónAlyssa, gadis cantik berwajah kaku harus rela mendekam dibelakang jeruji besi karena hukuman yang diterimanya atas pembunuhan pada saudaranya sendiri "Erlangga". Sivia, sahabatnya yang selalu menjenguknya disetiap bulan dan selalu meyakinkan Alyss...