PART 6 (Prasangka)

868 47 1
                                    


Entah .. aku rasa ada yang salah

Dari kamu yang tiba tiba datang

Menebar pesona seolah ingin membuatku cinta

Tapi ada hal yang hitam dimatamu

Menggelap seolah akan mengancamku.

Aku tak tahu tapi kuharap intuisi ini salah

-Alyssa-

"DORR... DORR... DORR" Suara tembakan dari sebuah Revolver jenis Ruger LCR yang merupakan salah satu yang terbaik untuk sebuah alat tembak, Revolver jenis ini dikenalkan pada tahun 2000-an sebagai senjata pertahanan yang ringan dengan berat 13,5 ons  dan panjang 6,5 inci membuat alat ini dapat disembunyikan dengan mudah pada saku celana, dan seperti jenis revolver lainnya ia memiliki silinder 5 , suara itu menggema diantara sunyinya lapangan tembak di Yogyakarta, tak hanya suaranya saja yang membuat kagum dan menyita perhatian siapapun yang mendengarnya, tapi sasaran sang penembak jitu ini tak ayal menjadi sorotan, tepat sangat tepat pada titik tengah papan sasaran yang jaraknya terbilang jauh, ketiga peluru itu , yaa tiga tiganya.

"Tembakan yang sempurna Mario" Ujar seseorang dengan nada kagumnya yang kini berdiri tepat disamping sang penembak jitu, Mario yaa Mario si detective muda dan sialnya dia adalah penembak jitu juga, dengan satu hitungan setelah pujian yang dilayangkan padanya, Mario menoleh kearah sumber suara. Disana, seorang pemuda dengan kaos lengan panjang polos berwarna abu- abu tua dengan tatapan kagum pada papan sasaran yang tengan berlubang hasil tembakan Mario,berdiri dengan kedua tangan yang ia masukkan kedalam saku celana pendek selututnya. Rambutnya tidak melebihi telinga, dan yang ia atur sedemikian rupa bagian depannya, sangat rapi untuk ukuran pemuda.

 Rambutnya tidak melebihi telinga, dan yang ia atur sedemikian rupa bagian depannya, sangat rapi untuk ukuran pemuda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hai, dude.. kapan kau sampai ? Cakka Hardiansyah?" Sapa Mario saat melihat seseorang yang sepertinya sudah lama tak ia lihat. Cakka Hardiansyah .. yaa itulah nama dari pemuda tampan yang berada disamping Mario.

"Baru saja, dan aku langsung kesini" Jawab Cakka seraya mengalihkan pandangannya kepada Mario

"Apa itu tandanya kau sangat merindukanku?" Tanya Mario dengan sebuah kekehan geli dan sebelah alisnya yang terangkat

"hmm.. Mungkin iya" Balas Cakka asal, hal itu sontak membuat Mario terbelalak, rasa ketakutan mulai menyergapnya kali ini. Dengan susah payah Mario menelan ludahnya.

"Kau tau dude? Disana aku tak menemukan teman pria sepertimu, kebanyakan dari mereka malah menyatakan cinta padaku , jadi tidak ada yang sepertimu, maka aku merindukanmu" Ujar Cakka masih dengan jawaban yang setengah asal, dia tak menyangkal sepenuhnya dari jawaban tersebut, karena yaa di negara seperti Amerika yang me legalkan LGBT tentu banyak ia temui laki laki yang menatapnya dengan harap.

Berjalan pelan, Cakka yang sepertinya jengah dengan udara panas disekitar lapangan tembak melarikan diri mencari sebuah bangku berbahan besi dengan warna hijau disamping lapangan tembak yang tentunya dinaungi sebuah kanopi. Sementara Mario masih ditempatnya tadi dengan helaan nafas panjang yang terdengar pasrah. Dengan santai pula ia menyusul Cakka dan duduk disebelah pemuda itu.

Precious TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang