"Magaliiiii" teriak irena dari ambang pintu kelas. pasti mau nyontek pr fisika. batinku.
"apa? mau nyontek pr fisika kan?" tanyaku ketus. irena memang sahabatku, tapi kalau dia nyontek terus, kapan dia mau pintar?
"yah,gal.. lo kan tau gue gabisa fisika. otak gue udah mentok" kata Irena sambil menaruh tasnya dan duduk di bangku sebelahku
"yaudah deh. tapi jangan tiap hari nyontek juga kali" kataku sambil memberikan buku pr fisikaku kepada irena
"sip, Magali yang cantik dan baik haha" kata Irena
"dasar, kalau ada maunya aja bilang gue cantik lah baik lah" kataku sambil menjitak kepala Irena
"hahaha eh, btw Zio tambah ganteng ya.. coba gue jadi pacarnya.." kata Irena sambil senyum-senyum sendiri. mungkin dia udah sinting gara-gara Zio?
"nggak ah, Zio biasa aja. lo juga ngapain senyum-senyum sendiri? udah gila ya?" kata gue sambil menjulurkan lidah ke Irena
"iya,gue gila karena cinta sama Zio" kata Irena lagi
"ah, lebay lo" kataku sambil menyikut lengan Irena yang sendari tadi senyum-senyum gak jelas
"lo juga lebay kan waktu ditinggalin si doi?"kata Irena. seketika tubuhku serasa membeku, Irena yang menyadari perubahan sikapku menutup mulutnya.
"duh, sorry ya,gal. gue gak maksud bikin lo sedih lagi" sesal Irena
"ya,gak apa-apa kok,ren" kataku. moodku untuk berbicara seakan langsung hilang. untung bell sudah bunyi, kalau tidak Irena pasti akan nanya-nanya lagi
"ah, shit! gue belum selesai lagi ngerjain pelajaran terkutuk ini" kata Irena ngedumel sendiri. aku sudah bilang kan moodku untuk berbicara sedang tidak ada? jadi, aku membiarkan Irena berbicara dan ngedumel sendiri gara-gara belum menyelesaikan prnya.
"ren, anterin gue yuk? gue lagi males sendiri" kataku ketika sudah pulang sekolah. entahlah, biasanya aku ke cafe hanya sendiri bersama gitar kesayanganku.
"pasti beli chocolate blizz ya? yaudah deh, gue temenin" kata Irena sambil merangkul pundakku
"ahaha, thanks ya! lo emang sahabat terbaik gue" kata gue sambil memeluk Irena, sedangkan dia hanya tertawa.
"mba Tya, aku pesen chocolate blizznya dua ya!" kataku saat kami sudah sampai cafe.
"iya, mba Magali. tunggu sebentar ya" kata Tya
"eh,gal. itu Zio kan?" kata Irena sambil menunjuk seorang laki-laki yang duduk di kursi VIP cafe ini. ya, dia Zio.
"terus emang kenapa kalau dia Zio?" tanyaku jujur. aku memang tidak tahu. mungkin Irena sekarang sudah menjadi fansnya Zio? entah apa sebutan nama untuk fansnya, aku tidak tahu dan tidak berniat sedikitpun untuk tahu.
"dia sama siapa ya" kata Irena yang lebih seperti ditujukan kepada dirinya sendiri
"ntahlah, gue nggak perduli" kataku
"ye, nanti karma loh! awas aja kalau lo nanti sampai suka sama Zio, apalagi kalau dia udah pacaran sama gue" kata Irena sambil kembali senyum-senyum sendiri lagi. untung chocolate blizzku dan Irena sudah datang, kalau tidak aku harus meladeni gadis stress yang sedang jatuh cinta kepada seorang selebriti ini. tapi, ngomong-ngomong perkataan Irena, aku jadi memikirkan jika nanti aku mendapat karma dan menyukai Zio. ah, sudahlah,Magali! mana mungkin kau suka pada Zio? aku yakin, aku takkan terkena karma seperti apa kata Irena. aku melihat ke arah Zio yang sedang duduk di bangku VIP, entah dia menyadari atau apa, dia membalikkan tubuhnya dan membalas tatapanku sambil tersenyum, seketika itu juga aku langsung membuang mukaku kearah yang lain dan mencoba mengobrol lagi bersama Irena. aku masih malu atas kejadian kemarin di cafe ini, bayangkan saja, aku dibilang fans fanatiknya didepan para wartawan itu? satpam menyebalkan itu juga bukannya memberutahuku jalan tanpa menerobos kerumunan kemarin.
setelah chocolate blizzku habis, aku memetik gitarku sedangkan Irena sedang mencoba mendekati Zio. perempun tadi? dia sudah pergi dari tadi. aku tidak tahu dia kemana dan apa yang dibicarakan oleh Irena dan Zio, lagipula aku tidak perduli.
"sudah selesai pacarannya?" tanyaku pada Irena ketika dia sudah berada di depanku, sepertinya Zio sudah pulang. sebenarnya, aku masih mau disini dan bermain gitar. tempatnya nyaman dan udaranya sejuk.
"galiiii.... eh,lo tau gak apa yang tadi gue bicarain sama Zio? eh, dia ganteng banget ya kalau dari deket" kata Irena memulai fangirlingnya. oh, aku betubah pikiran! lebih baik aku tinggalkan tempat ini sebelum Irena semakin fangirling pada Zio. aku langsung mengambil kunci mobil dan gitarku, kemudian berlari menuju parkiran meninggalkan Irena di cafe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chocolate Blizz
Teen FictionMagali tidak percaya dengan yang namanya 'Cinta'. Ia selalu menganggap hal itu hanya ada di ftv atau di film - film yang suka ditonton sahabatnya. Namun bagaimana kalau ada makhluk tampan seperti Zio yang tiba - tiba...