Langit tampak sangat cerah saat aku berjalan ke ruang musik sambil membawa gitar kesayanganku. Semua mata menatapku saat aku mulai duduk di atas panggung. Sungguh, ini adalah keadaan yang sangat canggung dan tidak mengenakkan. Jujur saja, aku menjadi risih dan gugup kini.
Bu Santi, guru musikku tersenyum ke arahku. Kemudian berkata, “Silahkan mulai, Magali.”
Perlahan namun pasti, aku mulai memetik senar gitarku dan membuat alunan nada yang lumayan cepat. Dan dalam hitungan detik, aku mulai terhanyut pada lagu yang aku bawakan.
Saat ku tenggelam dalam sendu
Waktupun enggan untuk berlalu
Ku berjanji tuk menutup pintu hatiku
Entah untuk siapapun itu
Semakin ku lihat masa lalu
semakin hatiku tak menentu
Tetapi satu sinar terangi jiwaku
Saat ku melihat senyummu
Dan kau hadir merubah segalanya
Menjadi lebih indah
Kau bawa cintaku setinggi angkasa
Membuatku merasa sempurna
Dan membuatku utuh tuk menjalani hidup
Berdua denganmu selama-lamanya
Kaulah yang terbaik untukku
Aku menoleh saat merasakan kehadiran orang lain di dekatku. Aku melihatnya. Zio tengah berdiri di sampingku seraya menunjukkan senyum manisnya. Namun beberapa menit kemudian mulai melanjutkan lirik lagu tadi.
Kini ku ingin hentikan waktu
Bila kau berada di dekatku
Bunga cinta bermekaran dalam jiwaku
Kan ku petik satu untukmu
Dan kau hadir merubah segalanya
Menjadi lebih indah
Kau bawa cintaku setinggi angkasa
Membuatku merasa sempurna
Dan membuatku utuh tuk menjalani hidup
Berdua denganmu selama-lamanya
Kaulah yang terbaik untukku
Kaulah yang terbaik untukku
Kini aku sudah bisa mengontrol diriku. Sambil memainkan gitarku, aku kembali bernyanyi. Suaraku dan Zio tercampur sempurna dan membentuk suatu harmonisasi nada yang indah. Walaupun bukan pertama kali aku mendengar suaranya. Aku tidak akan melupakan suaranya yang errr - bagus.
Ku percayakan seluruh hatiku padamu
Kasihku satu janjiku kaulah yang terakhir bagiku
Dan kau hadir merubah segalanya
Menjadi lebih indah
Kau bawa cintaku setinggi angkasa
Membuatku merasa sempurna
Dan membuatku utuh tuk menjalani hidup
Berdua denganmu selama-lamanya
Kaulah yang terbaik untukku
(Adera – Lebih Indah)
Suara tepuk tangan terdengar di telingaku. Entahlah, aku tidak menyangka kalau sambutan mereka akan semeriah ini. Ini benar – benar menyenangkan. Zio menatapku sambil tersenyum. Tanpa pikir panjang, akupun membalas senyuman tersebut. Tuhan, hentikan waktu sekarang. Ini adalah kenangan yang terindah yang telah Kau berikan padaku.
***
“Galiiiii!”
Aku menoleh dan menatap Irena yang sedang terengah – engah di hadapanku. “Apaan, Na?” tanyaku tanpa mengalihkan perhatian dari buku nadaku.
“Look! Bentar lagi kita study tour! Dan lo tahu kemana kita bakal pergi?” ucap Irena yang berapi – api.
Aku mengangkat alisku heran. Kemudian berkata, “Kemana emang? Paling ke luar negeri, udah biasa banget, Na.”
Irena menggeleng. “Nggak. Ini beda Li. Kita bakal jadi kayak relawan gitu di Dhaka. Keren kan?”
Sontak saja aku langsung mengalihkan pandanganku. Aku benar – benar tidak menyangka hal ini akan terjadi. Dari dulu aku memang ingin menjadi relawan seperti itu. Tapi tidak pernah terwujud. Dan aku rasa sekarang saatnya. Bagaimanapun caranya, aku harus ikut! Harus!
“Na, nggak mau tahu gue gimanapun caranya gue mau ikut! Lo daftarin gue sekarang juga!” ucapku semangat.
“Okay,” ucap Irena sambil mengacungkan jempolnya. “Li, gue ke kamar mandi dulu yah. Tungguin sama pesan Summer Brezze!”
Aku mengangguk kemudian terlempar pada khayalan tentang study tour kali ini. Ini pasti sangat menyenangkan. Pikiranku melayang saat aku bertemu dengan anak – anak itu, mengajarinya ilmu – ilmu baru. Oh Tuhan, betapa bahagianya aku kalau itu terjadi.
“Permisi.”
Suara bariton itu menggema di gendang telingaku. Membuatku terseret dari khayalan bahagiaku. Kulihat sosok pria dengan garis wajah tegas, hidung mancung dan warna kulit agak gelap tengah menatapku sambil menampilkan senyumnya. “Ya?”
Pria itu mengulurkan tangannya. Kemudian berkata, “Perkenalkan nama saya Aska. Saya ingin mengajak kamu bekerja sama untuk membuat film untuk tugas kuliah saya. Apa kamu berminat?”
Aku menyambut uluran tangannya. “Saya Magali. Film?”
“Ya, saya rasa kamu cocok memerankan tokoh itu.”
“Well, aku sangat berterima kasih dengan tawaran anda. Tapi maaf saya tidak terlalu berminat di bidang perfilm – an. Maaf,”
Pria itu tersenyum kemudian meletakkan kartu namanya di mejaku. “Simpan ini, kalau kau berubah pikiran kau bisa hubungi aku.”
Aku melirik sekilas dan mendapati nama Aska disana.
“Aku rasa aku harus pergi. Sampai jumpa,” pamitnya sebelum berjalan meninggalkanku.
Aneh. Itu yang aku rasakan sekarang. Aku rasa semakin lama hariku dipenuhi dengan kejadian yang sangat aneh akhir – akhir ini. Benar – benar tidak dapat dipercaya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Chocolate Blizz
Fiksi RemajaMagali tidak percaya dengan yang namanya 'Cinta'. Ia selalu menganggap hal itu hanya ada di ftv atau di film - film yang suka ditonton sahabatnya. Namun bagaimana kalau ada makhluk tampan seperti Zio yang tiba - tiba...