Entah sudah berapa kali, aku menghela napas. Ini benar – benar aneh. Mengapa ia memandangku terus menerus? Bukannya aku GR atau apapun yang kalian sangka. Tapi ini benar – benar terjadi. Zio terus saja memandangku seakan – akan ia ingin menelanku bulat – bulat. Dan faktanya, ini merupakan hari keempat sejak ia menatapku lalu tersenyum di kafe.
Dengan gelisah, aku menyeruput chocolate blizz – ku. Aku rasa otak ini harus diperbaikki. Bisa saja ia melihat ke orang lain bukan? Ya, ya, ya, dia tidak melihatku. Aku yakin itu. Sekarang jernihkan pikiranmu, Magali. Jangan membuang tenaga dengan memikirkannya.
“Hai.”
Suara itu menggema di telingaku. Sontak saja, kepalaku menoleh ke asal suara tersebut. Dalam beberapa detik, aku bisa melihat sosok pria berambut hitam legam, hidung mancung, alis tebal, bibir merah mudah menatapku dengan intens. Aku merenyitkan dahiku saat ia duduk di kursi di hadapanku tanpa permisi dahulu. Benar – benar orang ini!
“Heran deh gue, kok lo suka duduk sendirian disini? Nggak punya teman apa?” tanyanya.
Aku menaikkan alis kananku lalu menatap Zio tatapan cuek. Kemudian berkata, “Heran deh gue, kok lo suka merhatin gue kayak psikopat? Nggak punya kerjaan apa?”
Dapat kulihat ekspresi kaget bercampur kesal di wajah tampan Zio. Walaupun aku tidak menyukainya, setidaknya aku jujur mengatakan ia tampan.
“Kenapa lo suka ngebalikin kata – kata orang?” ucapnya tidak mau kalah.
“Kenapa lo suka nanya – nanya orang yang lo nggak kenal?” ucapku sekenanya.
Senyum Zio terukir sempurna di wajah tampannya, membuat kadar ketampanannya melonjak menjadi enam puluh persen di mataku. Kalian boleh memanggilku bodoh, tapi aku tidak begitu tertarik dengan laki – laki yang menggunakan ketampanannya untuk memikat para gadis. Aku lebih suka laki – laki yang lebih dari itu. Misalnya ia pintar, jago olahraga, atau apapun itu. Yang jelas, bukan seperti makhluk di hadapanku.
Zio menatapku sekilas kemudian menjulurkan tangannya. Kemudian berkata, “Well, gue Zio. Lo Magali kan? Dan lo nggak berhak bilang kita nggak kenal lagi.”
Aku memutar bola mataku, kemudian meraih ransel dan gitarku. Caranya mengajak berkenalan benar – benar basi. Benar – benar kampungan! Bagaimana bisa laki – laki seperti dia bisa menjadi seorang actor? Pasti saat casting, yang menilai sedang ngantuk atau pengelihatannya terganggu sehingga ia bisa lulus casting dan menjadi actor muda.
“Magali, besok kita ngobrol lagi yah!”
Suara tersebut menggema ke seisi café dan membuat para pengunjung menatapku. Aku mendengus kesal, kemudian melanjutkan langkahku ke luar café. Benar – benar bodoh! Apa maunya orang itu? Bisa – bisanya membuatku malu seperti itu!
***
“Gali, itu si Zio tumben banget yah dekat – dekat kita mulu? Lo apain dia?”
Memang sudah beberapa hari ini, Zio terus saja mendekatiku. Kutegaskan sekali lagi, bukannya aku GR atau apapun. Tadi dari beberapa hari yang lalu, ia terus saja mengikuti dan membuntutiku. Oh my god, apa yang terjadi dengan hari – hariku yang bahagia dan tenang ini?
“Wah, pasti lagi ngomongin gue yah?”
Belum ada satu menit Zio ada dibenakku, tiba – tiba makhluk ini sudah ada di hadapanku sambil tersenyum lebar. Entahlah, kadang aku merasa ia seperti hantu yang tiba – tiba saja muncul dihadapanku tanpa aku tahu dari mana ia datang.
Irena yang menjadi pelaku utama merenyitkan dahinya. Kemudian berkata, “Sok tahu.”
Tanpa ambil pusing, Zio memutar bola matanya kemudian menatapku. Tatapan yang aku sendiri tidak mengerti apa maksudnya. Senyum menawannya kembali menghampiri wajahnya. Membuatku bergidik ngeri. “Magali, kata Rena lo belum makan yah? Jangan gitu dong, kita makan sama – sama yah, nanti kalau kamu sakit gimana? Atau kamu mau aku suapin?” ucapnya panjang lebar.
Dengan cepat, aku melemparkan tatapan membunuh ke Irena dan disambut dengan ekspresi menyesal di wajahnya. Tidak lupa, aku memberikan tatapan kesal ke laki – laki di hadapanku. Aku benar – benar tidak suka dengan cowok cerewet seperti dia. “Nggak perlu,” ucapku dingin.
“Lo kenapa sih, Gal? Makan dong, atau lo pengen benar – benar gue suapin?” tanya Zio dengan nada khawatir.
Aku mendengus kesal. Kemudian berkata, “Lo yang kenapa, kenapa tiba – tiba perhatian sama gue? Kenapa tiba – tiba khawatir sama gue? Bisa nggak sih lo bersikap biasa aja kayak dulu? Ilfeel gue sama lo.”
Suara hentakkan meja membuat hening keadaan kantin yang ramai. Semua mata menatap ke arah Zio yang tengah menatapku dengan tatapan.. em, terluka? Ini benar – benar drama! “Gue nggak bisa, Li. Gue nggak peduli lo marah sama gue, lo ilfeel sama gue. Tapi satu hal yang perlu lo tahu, belakangan ini gue ngerasa suka sama lo.”
“Suka? Mana bisa lo suka sama orang yang bahkan belum ada sebulan lo kenal?” ucapku tanpa mempedulikan pandangan bingung murid lain.
“Ya, gue juga nggak ngerti. Rasa suka itu muncul tiba – tiba tanpa gue pengen. Gue nggak bisa milih siapa orang yang gue suka. Hati gue yang milih dan hati gue milih lo,” jelas Zio penuh emosi.
Entahlah, aku tidak tahu harus berkata apa. Suara bisik – bisik para murid mulai terdengar di gendang telingaku. Tuhan, sebenarnya apa yang engkau rencanakan? Tolong aku!
***
Kakiku melangkah ke luar kafe dengan langkah mengontai. Ini benar – benar aneh. Sejak kejadian tadi semua orang menatapku dengan tatapan bermacam – macam. Mulai dari tatapan iri, senang, hingga melecehkan dapat aku lihat dari mereka. Hari tenangku sudah berakhir karena ulah bocah itu!
“Hey, itu dia!”
Teriakan orang tersebut menggema di telingaku. Dapat kulihat sekelompok orang dengan kamera yang terkait di lehernya berlari ke arahku dengan tergesa - gesa sekan aku adalah pencopet yang ingin dipukuli warga. Keringat dingin mulai menetes di dahiku. Kakiku kian membeku.
Sebenarnya apa yang terjadi disini? Kenapa semua begitu tiba – tiba? Pasti ini karena ulah Zio. Mereka pasti wartawan yang ingin mengklarifikasi kejadian saat istirahat tadi. Astaga, kejadian itu bahkan belum lama terjadi. Siapapun tolong aku!
KAMU SEDANG MEMBACA
Chocolate Blizz
Teen FictionMagali tidak percaya dengan yang namanya 'Cinta'. Ia selalu menganggap hal itu hanya ada di ftv atau di film - film yang suka ditonton sahabatnya. Namun bagaimana kalau ada makhluk tampan seperti Zio yang tiba - tiba...