Chapter 28 : Last Day in Dhaka! (OVA 5)

172 4 1
                                    

"Well,  gimana  perasaan  kamu?  Senang  seminggu  ini  main  sama  anak kecil?"  tanya  Zio  ramah.

 Aku  mengangguk  semangat saat  menjawab  pertanyaannya.  Jujur  saja, minggu  ini  benar - benar  menyenangkan.  Aku  dapat  bertemu  dengan orang  baru,  mengajari  mereka  apa  yang  aku  ketahui,  berbagi  cerita dengan  mereka.  Benar - benar  sangat  menyenangkan.

 Angin  berhembus  kencang  saat  aku  merapatkan  jaketku.  Udara  malam  ini  benar - benar  sangat  dingin.  Kalau  bukan  karena  Zio  memaksaku pergi  kesini.  Aku  benar - benar  malas  pergi  kesini.  Bagaimana tidak?  Ini  adalah  malam  terakhirku  di  Dhaka,  tetapi  dengan  ia malah  mengajakku  bermain - main  di  dekat  asrama.  Beruntung  Irena tidak  ada  di  kamar,  jadi  aku  tidak  perlu  mendengar  kicauannya seperti  biasa.

"Ly,  nggak  nyangka  yah  kita  bisa  sedekat  ini  sekarang.  Semuanya kayak  mimpi,"  ungkap  Zio  lagi.

 Walaupun  tidak  mengangguk,  aku  menyetujuinya  seratus  persen.  "Ya, semuanya  kayak  mimpi,  bisa  dibilang  mimpi  indah,"  tambahku.

"Kalau  diingat - ingat,  lucu  yah  kita.  Dulu  kita  benar - benar kayak  kucing  dan  tikus.  Tetapi  malah  akur  sekarang.  Malahan  kita pacaran  lagi,"  ucapnya  lagi.

"Ya,  namanya  hidup.  Mana  ada  yang  tahu  kedepannya  kayak  apa.  Aku  juga  nggak  nyangka  bisa  ketemu  kamu,"  ucapku.

 Kami  memandang  langit  sejenak.  Melihat  taburan  bintang  yang menghiasi  langit  malam.  Tidak  ada  suara  sama  sekali.  Yang  ada hanyalah  suara  langkah  kaki  orang  yang  berlalu  lalang,  dan  derai napasku.

"Lihat,  ada  bintang  jatuh!"  ucap  Zio  seraya  menunjuk  bintang jatuh  yang  ia  lihat.  "Cepat  buat  permohonan."

Dapat  kulihat,  Zio  menutup  matanya  dengan  sungguh - sungguh.  Ia sepertinya  sangat  khusuk  berdoa.  Well,  ada  yang  harus  aku  akui kini.  Entah  bagaimana  keadaannya,  aku  merasa  Zio  benar – benar  terlihat  sangat  tampan.  Padahal  ia  hanya  memakai  celana  amry panjang,  kaos  dan  juga  sepatu.  Tapi  tampaknya  itu  tidak mengurangi  nilai  ketampanan,  bahkan  aku  berpikir  Zio  merupakan pria  siaga  yang  siap  tampil  gaya  apa  saja.

 Hmm,  aku  rasa  aku  harus  mengatakan  ini  pada  kalian.  Aku tidak  mengindahkan  harapan  dari  bintang  jatuh.  Bukan  apa - apa,  tapi  bagiku  itu  sangatlah  tidak  realistis.  Bagaimana  bisa  bintang  yang  jauh  dari  kita  dapat  mengabulkan  permintaan.  Bagiku, itu  mustahil.

            Sekarang apapun  yang  aku  harapkan,  aku  rasa  aku  tidak  akan meminta  pada  bintang  jatuh,  tetapi  mewujudkannya  sendiri.  Tapi  aku rasa  hari  ini  adalah  pengecualian  bagiku,  aku  ingin  mengucapkan  keinginanku sekarang.

 Aku  ingin  hidupku  bahagia  selamanya.

"By  the  way,  ada  apa  kau  memanggilku?"

            Zio memandangku dengan tatapan yang tidak dapat kuartikan. Tangannya mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah kotak beludru berwarna merah hati. Sontak saja, aku menatap benda itu dengan heran. Apa Zio ingin memberikan ini untukku. Tangan Zio perlahan membuka kotak tersebut. Terdapat kalung berwarna perak dengan hiasan mutiara dengan ukuran anggun di tengah kalung tersebut. Benar - benar cantik. "It's for you," ucap Zio akhirnya.

Aku tidak,dapat mengatakan apa - apa, terlalu terpesona dengan kalung dihadapanku. Walaupun terlihat sederhana, benda itu sangat cantik. Kurasakan tangan Zio mendengat kearahku. Memasangkan kalung itu tepat di leherku. Memberikan aura yang aneh dan menggelitik di dalam hatiku.

Chocolate  BlizzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang