"Well, gimana perasaan kamu? Senang seminggu ini main sama anak kecil?" tanya Zio ramah.
Aku mengangguk semangat saat menjawab pertanyaannya. Jujur saja, minggu ini benar - benar menyenangkan. Aku dapat bertemu dengan orang baru, mengajari mereka apa yang aku ketahui, berbagi cerita dengan mereka. Benar - benar sangat menyenangkan.
Angin berhembus kencang saat aku merapatkan jaketku. Udara malam ini benar - benar sangat dingin. Kalau bukan karena Zio memaksaku pergi kesini. Aku benar - benar malas pergi kesini. Bagaimana tidak? Ini adalah malam terakhirku di Dhaka, tetapi dengan ia malah mengajakku bermain - main di dekat asrama. Beruntung Irena tidak ada di kamar, jadi aku tidak perlu mendengar kicauannya seperti biasa.
"Ly, nggak nyangka yah kita bisa sedekat ini sekarang. Semuanya kayak mimpi," ungkap Zio lagi.
Walaupun tidak mengangguk, aku menyetujuinya seratus persen. "Ya, semuanya kayak mimpi, bisa dibilang mimpi indah," tambahku.
"Kalau diingat - ingat, lucu yah kita. Dulu kita benar - benar kayak kucing dan tikus. Tetapi malah akur sekarang. Malahan kita pacaran lagi," ucapnya lagi.
"Ya, namanya hidup. Mana ada yang tahu kedepannya kayak apa. Aku juga nggak nyangka bisa ketemu kamu," ucapku.
Kami memandang langit sejenak. Melihat taburan bintang yang menghiasi langit malam. Tidak ada suara sama sekali. Yang ada hanyalah suara langkah kaki orang yang berlalu lalang, dan derai napasku.
"Lihat, ada bintang jatuh!" ucap Zio seraya menunjuk bintang jatuh yang ia lihat. "Cepat buat permohonan."
Dapat kulihat, Zio menutup matanya dengan sungguh - sungguh. Ia sepertinya sangat khusuk berdoa. Well, ada yang harus aku akui kini. Entah bagaimana keadaannya, aku merasa Zio benar – benar terlihat sangat tampan. Padahal ia hanya memakai celana amry panjang, kaos dan juga sepatu. Tapi tampaknya itu tidak mengurangi nilai ketampanan, bahkan aku berpikir Zio merupakan pria siaga yang siap tampil gaya apa saja.
Hmm, aku rasa aku harus mengatakan ini pada kalian. Aku tidak mengindahkan harapan dari bintang jatuh. Bukan apa - apa, tapi bagiku itu sangatlah tidak realistis. Bagaimana bisa bintang yang jauh dari kita dapat mengabulkan permintaan. Bagiku, itu mustahil.
Sekarang apapun yang aku harapkan, aku rasa aku tidak akan meminta pada bintang jatuh, tetapi mewujudkannya sendiri. Tapi aku rasa hari ini adalah pengecualian bagiku, aku ingin mengucapkan keinginanku sekarang.
Aku ingin hidupku bahagia selamanya.
"By the way, ada apa kau memanggilku?"
Zio memandangku dengan tatapan yang tidak dapat kuartikan. Tangannya mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah kotak beludru berwarna merah hati. Sontak saja, aku menatap benda itu dengan heran. Apa Zio ingin memberikan ini untukku. Tangan Zio perlahan membuka kotak tersebut. Terdapat kalung berwarna perak dengan hiasan mutiara dengan ukuran anggun di tengah kalung tersebut. Benar - benar cantik. "It's for you," ucap Zio akhirnya.
Aku tidak,dapat mengatakan apa - apa, terlalu terpesona dengan kalung dihadapanku. Walaupun terlihat sederhana, benda itu sangat cantik. Kurasakan tangan Zio mendengat kearahku. Memasangkan kalung itu tepat di leherku. Memberikan aura yang aneh dan menggelitik di dalam hatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chocolate Blizz
Novela JuvenilMagali tidak percaya dengan yang namanya 'Cinta'. Ia selalu menganggap hal itu hanya ada di ftv atau di film - film yang suka ditonton sahabatnya. Namun bagaimana kalau ada makhluk tampan seperti Zio yang tiba - tiba...