Aku menghela napas lega saat menyadari Ujian Nasional sudah kulewati. Walaupun ada perasaan bimbang, aku merasa sangat senang karena mengerjakan ujian itu sendiri. Seperti kata papa, “Lebih baik mengerjakan soal sendiri untuk mengukur kemampuan.”
Dan aku rasa Papa benar. Mengerjakan soal sendiri jauh lebih menyenangkan disbanding menyontek. Apa untungnya aku belajar tiga tahun, kalau ujung – ujungnya menyontek. Lagipula soal yang keluar sudah kami semua. Jadi mudah – mudahan kami bisa mendapat nilai yang bagus.
Ngomong – ngomong kami, aku, Irena, Gio dan Zio selalu belajar bersama sejak tiga minggu sebelum UN. Dan aku rasa mereka juga bisa mengerjakan soalnya dengan baik. Berhubung ini adalah hari terakhir ujian, kami memutuskan untuk pergi ke café langgananku untuk bersantai. Sungguh, minggu ini adalah minggu terberat. Tiga tahun menanam padi, namun hanya seminggu ini dipanen. Tidak masuk akal.
“Hey, lo tau info terbaru di sekolah belom?” tanya Irena dengan girangnya.
Aku menggeleng lemas. Belakangan ini aku tidak update tentang berita apapun. Bisa dibilang aku sudah memfokuskan diriku untuk belajar.
Irena membalikkan laptop yang ada dijangkauannya. Dan aku dapat melihat pengumuman yang terpampang di website sekolahku. Ada event besok. Kali ini acaranya diselenggarakan oleh anak pramuka. Bisa dibilang, seperti camping.
“Ayo kita ikut! Itung – itung refresing!” ucap Gio semangat.
“Ikut – ikut, acaranya besok! Kita belum daftar! Belum siap – siap, gimana mau berangkat coba?” oceh Irena.
“Bener tuh, kalau ngomong diayak dulu makanya,” ucap Zio lagi.
Aku mengangguk setuju. “Segala sesuatu nggak bisa dadakan gini, butuh rencana.”
Gio tampak tidak mempedulikan ocehan kami, malah sibuk dengan handphone – nya. Dasar anak itu! Tidak bisakah menghargai pendapat orang. “Well, problem kita Cuma itu doang kan. Ngapain lo kenal sama gue, kalau nggak bisa nyelesain masalah sekecil ini! Kalian siap – siap, besok kita berangkat!”
“Tapi–“
“Nggak ada bantahan!”
Cih, dasar anak ini!
***
Aku tidur di kasurku dengan nyaman. Sedangkan Irena berbaring disampingku dengan bahagia. Irena memang menginap di rumahku. Kami baru saja selesai mengemasi barang – barang untuk besok. Dasar Gio bodoh! Bagaimana bisa seenaknya seperti itu.
“Aduh Gal, nggak nyangka yah kita udah sahabatan selama ini,” ucap Irena.
Aku menoleh dan mendapati Irena sedang menatap kelambu di atasnya. Kemudian berkata, “Ya, gue juga nggak nyangka, Na. Dulu kayaknya nggak mungkin banget kita jadi sahabat.”
“Yaiyalah, dulu tuh lo orang kalem banget. Nggak kayak gue,”
“Lo kan dulu brutal banget ya, Na? Tapi sekarang udah agak mendingan sih.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Chocolate Blizz
Genç KurguMagali tidak percaya dengan yang namanya 'Cinta'. Ia selalu menganggap hal itu hanya ada di ftv atau di film - film yang suka ditonton sahabatnya. Namun bagaimana kalau ada makhluk tampan seperti Zio yang tiba - tiba...