Amber Joseph Liu dipindahkan ke sebuah sekolah bergengsi di Korea, SM Academy. Karena ia mencintai teka-teki dan misteri, ia bergabung dengan klub penyelidikan. Klub saat ini memecahkan misteri hilangnya Krystal Jung, 300 tahun yang lalu.
Siswa lai...
Sekarang akhir pekan, Junsuk dan yang lainnya pergi ke kota untuk bertanya-tanya tentang keluargaku. Maka dari itu mereka menyebar untuk mengumpulkan informasi lebih cepat, aku memutuskan untuk pergi bersama dengan Junsuk.
Kami telah bertanya banyak orang tetapi semua yang mereka tahu hanya cerita umum tentang apa yang terjadi pada keluargaku. Aku rasa semua yang orang tahu bahwa keluarga ku benar-benar sudah meninggal.
"Junie~, aku pikir tidak ada yang tahu tentang apa yang terjadi padaku dan keluargaku . Lagi pula, itu sudah 300 tahun yang lalu. Kita tidak bisa melacak orang yang bekerja dulu, dan jika jika kita temukanpun, aku ragu jika mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi" aku berkata kepadanya.
"Kita coba saja, Krys." Junsuk menjawab dengan tersenyum.
"Apa kau tidak bosan berjalan dan bertanya pada orang yang berbeda? "tanyaku.
"Aku tidak akan lelah untuk melakukan hal-hal demi kamu" dia menjawab dan itu membuatku merasa senang.
"Terima kasih, Junsuk." Kataku padanya dengan senyum.
Sementara Junsuk sedang mengumpulkan informasi di sekitar, aku melihat Amber, ia berjalan dan terlihat seperti mengejar seseorang. Aku penasaran siapa yang ia kejar.
Jadi mohon diri dari Junsuk dan pergi ke arah di mana Amber pergi.
"Tsk, aku kehilangan dia!" Gumamnya dengan nada kesal. Dan dia sedang terengah-engah.
"Kita di sini untuk mengumpulkan beberapa informasi, tidak mengejar orang di sekitar sini" aku berkata kepadanya dalam nada sarkatis.
Dia meruamkan matanya mencari disetiap sudut tempat, kurasa dia masih berharap untuk melihat orang yang ia kejar sebelumnya.
Dia kemudian mehembuskan napas pendek dan kemudian mulai berjalan lagi. Aku memutuskan untuk tinggal bersamanya. Aku ingin tahu siapa orang tersebut dan kenapa ia mengejarnya.
"Maaf Pak" Amber berkata sambil mendekati seorang pak tua.
Dia disambut pak tua itu dengan senyum ketika ia berpaling kepadanya.
"Ya?" Jawab pak tua itu.
"Uhm, aku hanya ingin tahu jika bapak tahu seseorang bernama Lee Jinki ( onew )? "Ia bertanya pak tua.
"Lee Jinki? Apa kau mengacu pada anak dari Lee Donghae, Nak? "jawab pak tua itu.
"Uh, y-ya." Jawab Amber, terdengar tidak yakin.
"Ya aku mengenalnya, kenapa?" Jawab pak tua itu ingin tahu.
"Aku temannya dan aku ingin menjenguknya tapi aku tidak tahu alamatnya. "Amber menjelaskan kepada pak tua itu.
"Penipu!!" Gumamku. Aku tahu Amber orang asing di pulau ini dan dia tidak kenal siapa-siapa di sini.
"Oh, aku bisa membawamu ke rumah mereka jika kau ingin." Pak tua itu memberi tawaran.
"Terima kasih, Pak, tapi aku tidak ingin merepotkan bapak. Jadi berikan alamatnya saja sebagai gantinya" Amber menjawab dengan sopan.
Pria itu mengatakan kepada Amber alamatnya dan arah rumah Lee Jinki. Amber menulis di selembar kertas kemudian ia mengucapkan terima kasih kepada pak tua dan kemudian melanjutkan perjalanannya.
"Dork, kau harus memanggil member lain juga. Kau tidak perlu terburu-buru seperti itu " aku berkata kepadanya.
"Kuharap tidak akan turun hujan." Gumamnya.
.......
Aku hanya berjalan di sampingnya, dia benar-benar berjalan cepat. Kita perlahan-lahan menjauh dari kota menuju sebuah pedesaan kecil. Amber terus melihat selembar kertas itu, memastikan kalau ia menuju jalan yang benar.
Kemudian, sementara kita sedang mencari rumah Lee Jinki ini, hujan mulai menuangkan airnya dari langit.
Amber memutuskan untuk berhenti sementara dan bernaung didalam sebuah gudang tua pedesaan dekat persawahan. Dia menarik keluar kubus Rubik dari sakunya dan dia mulai bermain.
Aku hanya menonton apa yang dia lakukan, hanya berdiri tepat di sampingnya.
"Kau benar-benar menyukai mainan itu, ya?" Aku berkata kepadanya.
Jika saja dia bisa melihat dan mendengarku, entah kenapa aku merasa begitu, karena dia selalu menjawab kembali setiap kali aku berbicara dengannya, meskipun sedikit aneh dan tidak nyambung.
"Lee Jinki, aku penasaran kenapa ia berlari ketika aku bertanya kepadanya tentang Jung" Amber bergumam. "Aku yakin dia tahu sesuatu" lanjutnya.
"Lee? Aku tidak ingat kalau kita memiliki seorang pekerja dengan marga Lee"gumamku.
"Kalau saja orang Korea tidak hampir semua memiliki marga yang sama, akan lebih mudah untuk melacak sebuah keluarga hanya berdasarkan pada nama terakhirnya"
"Semua orang di dunia hampir memiliki nama belakang yang sama, tapi tidak berhubungan oleh darah!!"
"Krystal Jung Lee, ... hmmm, tidak terdengar cocok" katanya. Dia mengejek ku!!! Mendengar ini membuat ku merasa kesal padanya.
"Yah! Apa masalahmu?!" Aku berteriak padanya dekat telinganya.
"Oh, akhirnya hujan telah berhenti." Katanya dan dia memasukan kembali kubus ke sakunya.
"Suara tetesan hujan di atap benar-benar membuatku tuli. Suaranya terlalu keras untuk telingaku" katanya sebelum ia pergi.
"Stupid Dork!" Aku berteriak padanya.
....
Saat menuju rumah Lee, kami harus melewati di tepi sungai, dan itu benar-benar licin karena lumpur saat hujan tadi. Amber berhati-hati untuk berlangkah.
Aku tertawa ketika dia terpeleset dan jatuh di sisi sungai. Sukur saja, ia tidak jatuh kedalam sungai karena arus airnya sedikit deras.
"Apa kau baik-baik saja dork?" Aku bertanya dan tertawa ketika aku berjalan di dekatnya. Dia sekarang basah dan kotor karena lumpur.
"Ku rasa nasib buruk sedang bersamaku sekarang." Gumamnya saat dia bangun. "Lebih baik melakukan mantra untuk menyingkirkan nasib buruk ini" lanjutnya.
Aku menatapnya dengan alis berkerut. Aku kadang-kadang khawatir padanya dan kali ini juga. Dia mulai mengayunkan tangannya seperti mengusir ku pergi.
"Pergi dariku nasib buruk!!!" Ia terus mengulangi kata-kata itu sambil mengarahkan tangannya ke arahku.
Aku mundur beberapa langkah karenanya dan tanpa kusadari kalau aku berada di tepi sungai, kurasa aku akan jatuh ke sungai ketika kehilangan keseimbangan, tetapi hal tak terduga telah terjadi.
Aku merasa bahwa waktuku telah berhenti untuk sesaat dan mataku melebar karenanya.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . "K-kau bisa memegangku?" Aku berkata padanya ketika ia meraih tanganku untuk mencegah ku jatuh.
. . . .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.