02

13.1K 480 5
                                    


--------------------------------------------------

Maxel's POV

Aku dan temanku memang sengaja menyamarkan nama kami. Dengan alasan jika kami terkena jelek, setidaknya nama baik tetap terjaga.

Malam itu Zegav menarikku secara paksa untuk ikut dengannya. Jujur aku sangat malas untuk keluar. Aku harus packing semua kebutuhanku untuk ke Amrik. Karena besok aku harus sudah berangkat. Dan aku belum menyiapkan apa-apa.

[Club Liugan]
Aku dan Zegav memasuki club tersebut. Entah kenapa, pandanganku jatuh pada gadis yang duduk di pojok meja bar tersebut. Aku merasa dia berbeda dari yang lain. Kesan pertama saat melihat nya adalah perfect walaupun penerangan disini hanya remang-remang. Mungkin berlebihan namun itu kenyataannya.

Kulihat gadis di sebelahnya melambaikan tangan. Aku bingung gadis itu melambaikan tangannya kearah siapa? Entahlah aku tidak peduli.

Tidak ku sangka ternyata gadis tadi melambaikan tangannya ke arah Zegav. Aku menyimpulkan demikian karena dengan segera Zegav memeluk gadis tersebut. Kebiasaan.

Aku hanya berdiri dibelakang Zegav. Ku lirik sekilas gadis di pojok itu, ia hanya melihat ke dancefloor tanpa tertarik dengan obrolan orang di sebelahnya itu. Hm, benar-benar menarik.

Tiba-tiba gadis yang bersama Zegav tadi mengulurkan tangannya padaku.

"Hai Fabin, aku Lili." ucapnya.

Aku hanya menyambut tangannya dengan senyuman tipis.

Gadis yang duduk di sebelah Lili itu ternyata bernama Elda itu. Aku menunggunya untuk mengulurkan tangannya. Namun hasilnya nihil. Bisa aku tebak bahwa dia tidak tertarik dengan pembicaraan ini.

Dengan berat hati aku mengulurkan tangan lebih dulu ke arahnya. Dan tak sangka Elda langsung menyambut tanganku dengan senyum yang sangat tipis, hampir tidak terlihat, namun aku masih bisa melihatnya.

Tidak berapa lama, Zegav dan Lili menuju ke dance floor. Hanya dengan hitungan menit mereka hilang tenggelam dalam lautan manusia yang berada di dance floor itu.

Canggung. Kata yang tepat untuk menggambarkan aku dan Elda. Sesekali aku melirik ke arahnya namun sepertinya ia tidak pernah melirik kearahku.

Tiba-tiba ada cowok yang ku tafsir usianya sekitar 24 tahun itu menghampiri Elda. Bertepatan dengan itu, ponselku bergetar tanda panggilan masuk. Aku pun mengangkatnya dan mengabaikan cowok tadi. Mungkin teman atau bahkan pacar Elda. Aku tidak peduli.

"Hallo ma?" sapaku pada mama. Yang menelfonku adalah mama.

"..."

"Oh oke. Yauda aku tutup." aku memutuskan sambungan secara sepihak dan langsung memesan minuman.

"Shit! Singkirkan tangan anda tuan." aku menoleh mendapati Elda berkata seperti itu kepada cowok itu. Entah kenapa dalam hatiku yang paling dalam ini ada sesuatu yang tercubit hingga rasanya sedikit nyeri.

"Ohh kau begitu cantik dan seksi nona. Boleh kan aku memakai mu, hanya 2 jam dan berapapun yang kau minta pasti akan kuberi." ucap cowok yang ternyata brengsek itu.

'Damn! kenapa aku merasa benar-benar tidak suka jika Elda di perlakukan seperti itu.' batin ku.

Dengan emosi tetapi tetap tenang, aku melayangkan bogeman mentah tepat di rahang cowok itu. Aku menatap tajam kearah nya. Cowok itu terlihat marah tetapi aku tidak peduli.

The Coldest Romance [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang