-----------------------------------------------------Cambridge, Amerika Serikat
Maxel's POV
Hari ini adalah keberangkatan mama dan papa ke Cambridge. Karena lusa adalah hari kelulusanku. Mama dan papa memang sengaja memepetkan waktu untuk datang ke Cambridge dengan alasan supaya papa tidak banyak meninggalkan pekerjaannya. Perusahaan papa katanya lagi ada masalah.
Sekarang aku sedang bersiap untuk pergi ke bandara. Karena tadi malam papa menelfon jika lima menit lagi pesawat nya take off. Sebenarnya bisa saja mereka memakai jet pribadi, tapi mereka ingin naik pesawat umum saja.
Tepat pukul 9 pagi aku sudah menancap gas ke bandara. Sungguh aku merindukan orang tuaku. Ku tinggalkan semua janji hari ini. Yang terpenting aku menjemput orang tuaku dan melepas rindu. Bayangkan selama 4 tahun aku belajar disini, aku hanya pulang sekali. Itupun hanya 4 hari di rumah.
Di bandara aku melihat orang-orang berlalu lalang dengan tujuan masing-masing. Aku melangkahkan kakiku menuju ke tempat kedatangan internasional. Ku edarkan mataku untuk menyapu satu per satu orang. Dan tak berapa lama, mama melambaikan tangan ke arahku dengan hebohnya. Sontak aku berlari dan langsung memeluknya.
"Maxel! Mama kangen sama kamu, nak." Ucap mama ketika mama sudah berada di pelukanku.
"Maxel juga kangen sama mama." Jawabku.
Pandanganku beralih ke arah papa.
"Pa, Maxel kangen sama papa." Ucapku sambil memeluk papa.
"Papa juga kangen sama kamu, Max." Ucap papa membalas pelukanku.
Tanpa basa-basi aku, papa, dan mama langsung keluar dari bandara dan langsung menuju ke apartemenku. Namun sebelumnya, papa mengajakku untuk makan. Akhirnya ku belokan mobilku di sebuah restauran klasik di dekat bandara.
Kami bertiga menikmati makanan sambil mengobrol ringan dan saling melepas rindu. Tidak lupa guyonan-guyonan kecil yang menjadi ciri khas papa. Dan rengekan manja mama, jika mama terpojokkan. Sungguh aku merindukan suasana seperti ini.
Setelah makan, aku langsung membawa kedua orang tuaku ke apartemen. Papa sudah terbiasa bahkan hafal dengan keadaan apartemennya, beda dengan mama. Karena mama tidak pernah datang kesini. Saat sampai di apartemen, aku langsung menyuruh papa dan mama tidur di kamar utama, sedangkan aku akan tidur di kamar tamu.
***
Tumben sekali sinar matahari lancang masuk ke dalam kamarku. Padahal tadi malam selabunya sudah aku tutup. Ah, iya pasti ini kerjaan mama. Karena emang ritual mama kalau pagi, membuka selambu seenaknya sendiri.
"Bangun, Max! Siap-siap sana. Mama mau bikin sarapan." Ucap mama.
"Hm." Jawabku masih dalam keadaan mata tertutup.
Aku menggeliat di atas kasur mencari posisi nyaman. Sekejap, aku langsung bangkit dan menuju kamar mandi. Selesai mandi aku langsung menuju ke ruang tamu. Di sana sudah ada papa sedang minum kopi dan membaca koran. Aku menghampiri papa.
Tiba-tiba bel apartemenku berbunyi. Siapa sih yang bertamu pagi-pagi gini. Ganggu suasana saja. Aku berjalan menuju pintu utama. Setelah ku buka ternyata Kayt. Sebenarnya aku malas untuk membuka pintu untuknya. Tapi saat aku akan menutup pintu kembali, Kayt menahan tanganku. Jadi mau tidak mau aku harus meladeninya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Coldest Romance [COMPLETED]
Romantik[PROSES REVISI - PART LENGKAP] Hanya berawal dari tatap yang mampu menghipnotis keduanya untuk tetap saling mengunci dan tak akan pernah melepaskan. "Walapun aku dingin, tetapi aku memiliki nafsu untuk terus memakanmu hingga habis." - Fabina Maxel G...