09

9.4K 313 0
                                    


-----------------------------------------------------

Author's POV

Dengan perasaan yang bercampur aduk, Maxel menancap gas gila-gilaan. Tidak peduli Zegav yang masih meneriakinya, yang terpenting Maxel harus sampai di rumah secepatnya.

Sesampainya di rumah, Maxel langsung memasuki rumah untuk menemui papa nya. Ia benar-benar ingin menanyakan apa yang terjadi. Dan juga menanyakan perihal tentang Adira yang menelponnya.

"Papa!" Teriak Maxel saat memasuki rumahnya.

"Di ruang kerja." Sahut papa dari dalam ruang kerja.

Maxel langsung menuju ke ruang kerja papanya.

"Pa, Maxel minta penjelasan." Todong Maxel dengan emosi yang tertahan. Bagaimana ia tidak emosi, dirinya adalah jaminan keselamatan perusahaan dari kebangkrutan.

"Duduk dulu." Maxel pun menurutinya.

"Begini, maafin papa. Papa telah di tipu oleh rekan bisnis papa. Namanya pak Anton. Dan untuk sekarang ini, papa minta bantuan kamu--"

"Enggak, pa! Maxel gak mau jadi suami Adira." Potong Maxel.

"Adira?" Tanya papa bingung.

"Iya. Adira tadi telfon Maxel, dan bilang bahwa Maxel adalah calon suami Adira. Adira bilang kalo papa jadikan Maxel sebagai jaminan atas selamatnya perusahaan papa dari kebangkrutan. Katanya itu sudah ada dalam perjanjian papa dan papa Adira. Dan yang pasti papa Adira, pak Anton kan pa? Jika itu bantuan yang ingin papa minta, maaf Maxel menolak." Ucap Maxel dengan nada dingin dan datarnya.

"Maxel, posisi kamu disini sangatlah berbahaya. Yang kamu katakan barusan adalah motif pak Anton untuk mengelabuhi papa. Papa gak ada sama sekali janji perjodohan dengan pak Anton." Jelas papa.

"Apa?!" Ucap Maxel terkejut.

"Iya."

"Lalu apa yang harus Maxel lakukan sekarang pa?" Tanya Maxel.

"Untuk sementara, kamu gantiin posisi papa. Tolong jangan membantah. Ini sekalian kamu latihan untuk menggantikan papa di masa depan. Papa kasih waktu kamu satu minggu, kalau kamu berhasil mengelabuhi pak Anton, papa akan memberikan kursi kebanggaan papa pada kamu. Tapi kalau kamu gagal, terpaksa kamu harus kembali ke Cambridge untuk mengikuti magang kerja dan mengurus perusahaan tersembunyi papa disana. Deal?"

Maxel tampak terkejut dengan penuturan papa. Ia memikirkan, jika ia menerima tawaran papa, nasib keluarga ada di tangannya. Dan ia merasa masih terlalu muda untuk di jadikan seorang CEO di GNW group. Tapi entah apa yang mengganggu pikiran Maxel, akhirnya Maxel menyetujuinya.

"Deal! Dengan satu syarat." Jawab Maxel.

"Katakan!"

"Yang memilih pendamping hidup Maxel, harus Maxel sendiri. Dalam artian mama dan papa tidak memaksa Maxel untuk cepat-cepat menikah." Yang di katakan Maxel karena kata hatinya berkata seperti itu.

"Deal!" Putus papa Maxel sambil bersalaman.

"Jadi, kapan Maxel bisa memulainya?" Tanya Maxel.

"Besok. Waktu akan berjalan mulai besok. Persiapkan dirimu, nanti malam kita ada meeting serah terima jabatan."

"Apa?! Kenapa mendadak banget sih pa." Elak Maxel.

"Papa tau kamu orang terpelajar, Max. Jangan seperti orang bodoh! Sudah sana keluar. Papa akan meneruskan pekerjaan papa."

Dengan langkah gontai Maxel keluar dari ruang kerja dan masuk ke dalam kamarnya. Maxel bingung apa yang harus ia lakukan. Karena lelah memikirkan sesuatu yang membingungkan, tak terasa Maxel telah terlelap dan masuk ke alam mimpi.

The Coldest Romance [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang