------------------------------------------------------Maxel's POV
"Jadi yang kamu bilang rapat itu ini?! Dan kamu lebih mengijinkan dia yang bukan siapa-siapa menempati ranjangmu sedangkan tidak mengijinkan ku yang jelas-jelas calon istrimu sekalipun menyentuh ranjangmu. Kamu jahat! Ingat! Aku akan balas dendam pada wanita itu!" Ucap Kayt sambil meninggalkan ruanganku.
Aku mengacak rambutku frustasi. Apa yang terjadi padaku. Benar juga kata Kayt. Kenapa aku mengijinkan dia yang bukan siapa-siapa ku menempati ranjangku daripada Kayt yang jelas-jelas calon istri ku.
Tok..Tok..Tok..
"Masuk!" Ucapku.
"Hallo, Max! Lama udah gak ketemu. Apa kabar?" Tanya dokter laki-laki itu.
"Maaf?--"
"Oh, iya, gue lupa. Gue Rizki dokter pribadi keluarga lo. Gue denger lo amnesia ya? Tenang, gak usah bingung. Cepat atau lambat lo bakalan ingat semuanya." Tutur dokter Rizki yang mengaku sebagai dokter pribadi keluargaku.
"Baiklah." Ucapku akhirnya.
"Siapa yang sakit?" Tanya dokter Rizki.
"Oh, iya, silahkan." Ucapku mempersilahkan dokter Rizki masuk ke kamar yang ada di ruanganku dan memeriksa wanita itu.
Beberapa saat kemudian, dokter itu menatapku dengan intens. Apa yang salah? Apakah ada penyakit parah?
"Bagaimana keadaannya?" Tanyaku penasaran.
"Dia baik-baik saja. Apakah dia sudah menikah?" Dokter Rizki balik bertanya.
"Entahlah. Kenapa?" Tanyaku lagi.
"Dia hamil." Ucap dokter itu yang langsung mengejutkanku.
"APA?!" ucapku luar biasa terkejut. Entah kenapa respon ku seperti itu.
"Apakah dia pacar lo?" Tanya dokter Rizki.
"Bukan." Jawabku cepat.
"Kalau gitu, ini obat nya. Nanti kalau dia sadar minumkan ini saja. Tapi sebelumnya berikan dia makan dulu. Gue permisi dulu." Ucap dokter Rizki dan langsung pergi.
Dia hamil? Apakah dia menikah? Kenapa aku merasa ada yang beda saat aku mendengar jika dia menikah? Ah, entahlah.
***
Elda's POV
Dimana aku? Kamar siapa ini? Tuhan, kepalaku berat sekali.
Tak lama, sosok Maxel muncul dari balik pintu.
"Sudah bangun?" Tanya Maxel.
Aku hanya diam dan menatap dirinya datar.
"Makanlah, setelah itu minum obat." Ucap Maxel lagi, sambil memberikan semangkuk bubur ayam.
Aku menerima dan memakannya dalam diam. Baru tiga sendok, perutku menolak bubur ayam yang masuk kedalam perutku.
Aku langsung berlari ke kamar mandi yang ada di kamar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Coldest Romance [COMPLETED]
Romance[PROSES REVISI - PART LENGKAP] Hanya berawal dari tatap yang mampu menghipnotis keduanya untuk tetap saling mengunci dan tak akan pernah melepaskan. "Walapun aku dingin, tetapi aku memiliki nafsu untuk terus memakanmu hingga habis." - Fabina Maxel G...