12

8.5K 308 0
                                    


-----------------------------------------------------

Author's POV

Hari-hari yang di lewati Elda tidak senyaman biasanya. Sudah tiga hari Elda menyesali apa yang telah terjadi padanya. Elda tidak berani bercerita pada siapa-siapa. Biarkan kejadian ini masuk pada konflik jalan cerita hidup Elda.

Oh iya, Keiko dan teman-teman yang lainnya sudah pada kembali ke Jepang dua hari yang lalu. Di sini Elda benar-benar sendiri. Tidak ada siapapun yang menemaninya. Harapan Elda saat ini adalah waktu berjalan dengan cepat, sehingga tugas ini cepat selesai. Elda ingin cepat-cepat keluar dari kota yang penuh kepedihan baginya ini.

Sekarang yang Elda kerjakan adalah mengerjakan laporan hasil pantauannya terhadap proyek yang ia dan teman-temannya kerjakan. Rasa sakit nya sudah di gantikan dengan rasa senang nya ia akan pulang ke Jepang. Dan tidak akan pernah mau menginjakkan kakinya kesini lagi. Dengan begitu, ia bisa melupakan semuanya.

Pekerjaan Elda tidak seperti tiga minggu sebelumnya. Kini ia bisa pulang sedikit lebih cepat dari sebelumnya. Pernah terbersit di pikirannya untuk menemui orang yang telah membuatnya berubah, tetapi semakin Elda menunggu, semakin menghilang orang tersebut. Jadi, Elda bersumpah pada dirinya sendiri untuk tidak menemuinya lagi. Toh, saat-saat itu bukan masuk masa suburnya. Jadi kemungkinan hamil sangat kecil. Semoga saja tidak hamil.

Ditengah kesibukan Elda yang mengerjakan laporannya, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Tanda ada LINE masuk. Awalnya di biarkan saja, tetapi ponsel tersebut berbunyi lagi. Jadi mau tidak mau, Elda mengambil ponselnya untuk membaca pesan LINE tersebut.

[LINE]
F. Maxel: Heyyy, wasap? Sibuk ga?
F. Maxel: Mau nanya nih..
Grielda Pamilia: Nanya aja..
F. Maxel: Proyek yang kamu kerjakan itu bagian dari perusahaan GNW Second group bukan?
Grielda Pamilia: Iya, kenapa?
F. Maxel: Gpp, nanya aja. Gabole?
Grielda Pamilia: Ga!
F. Maxel: Smbg bgt.
Grielda Pamilia: Bodo ya
F. Maxel: [read]

"Nge-line cuman gini doang? Tau gitu gausah baca!" Gerutu Elda pada dirinya sendiri.

"Rasain dia gue read doang. Gue cuman pengen tau reaksi dia aja." Batin Maxel.

...
F. Maxel: [read]
Grielda Pamilia: Nge LINE g pntg mndig g usah deh ya. Ganggu pekerjaan aj😤😤😤
F. Maxel: [read]
Grielda Pamilia: NGESELIN LO! MALES😒😣
F. Maxel: Ngarep gue chat ya? Gaenak chat itu, enakan ketemu lgsg. Kan bisa ngapa-ngapain 😝😝
Grielda Pamilia: Mesum LO!
F. Maxel: Dih, siapa yang mesum? Hayo pikiran lo kali. Ngarep di mesumin juga nih? Ok ok dengan senang hati😝😝
Grielda Pamilia: Apaan sih? Garing lo!
F. Maxel: Sini cium💏
Grielda Pamilia: [read]

Elda memutuskan untuk menyudahi acara chatting nya dengan Maxel. 'Heran deh, tidak biasanya Maxel begini? Dan gue? Kenapa gue seneng banget di chat sama Maxel. Bukan seneng justru ngarep banget. Tau wajah nya saja tidak. Bahkan fotonya saja aku tidak tau. Bagaimana kalau dia itu jelek, item, gendut, monyong? Aizz, gak gak! Apa yang aku pikirkan?' perang batin Elda pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba ponsel Elda berdering tanda ada panggilan masuk. Di lihatnya nama yang tertera di layar. Ternyata dosen pembimbing. Mungkin akan mengirimkan tiket pesawat untuk pulang. Karena besok lusa adalah deadline Elda harus kembali ke Jepang.

"Hallo?" Sapa Elda dengan ceria.

"Elda, kamu memang sangat-sangat beruntung." Tutur dosen pembimbing itu yang membuat Elda lebih mengembangkan senyumnya.

"Yah, aku memang sangat beruntung. Apakah hari ini kau akan mengirimkan tiket pesawat untuk kepulangan ku?" Tanya Elda masih dengan senyuman lebarnya.

The Coldest Romance [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang