-----------------------------------------------------Malang, Indonesia
Maxel's POV
"Eldaaa!!!" Teriakku.
Iya itu Elda. Aku sangat yakin kalo itu Elda. Oh Tuhan, aku sangat merindukannya. Kenapa dia terlihat kurus dari sebelumnya. Apa aku sangat berpengaruh pada pola makannya. Aku tidak bisa memaafkan diriku.
Karena merasa terpanggil, Elda pun menoleh ke arahku. Tuhan! Aku ingin memeluknya sekarang. Tapi--
"Elda, ayo! Kita pulang sekarang. Aku sudah selesai." Ucap laki-laki yang baru datang itu.
Tidak! Tidak mungkin kalau itu pacar Elda. Aku yakin Elda. Masih mencintaiku. Tidak mungkin Elda berpaling dariku. Aku percaya Elda.
"Oh, iya. Ayo pulang." Jawab Elda sambil tersenyum kearah laki-laki itu dan pergi mengabaikanku.
Deg!
Aku tau Elda seperti ini gara-gara aku. Tapi sebisa mungkin aku harus menarik Elda kedalam pelukanku lagi. Aku tidak peduli bagaimana caranya.
Bukan karena maaf dari Tedy, tapi ini karena hati. Hatiku tidak bisa tergantikan oleh yang lain kecuali Elda. Sungguh hatiku sesak saat ini.
Tanpa aba-aba aku langsung lari kearah Elda dan menarik nya kedalam pelukanku. Aku tau ini sangat tiba-tiba, tapi aku bener-bener tidak bisa menahan. Aku merindukannya.
"Aku merindukanmu. Tolong tetaplah seperti ini sampai rasa rinduku mereda." Ucapku.
Elda hanya diam saja. Aku memejamkan mataku. Dan kurasakan cairan hangat membelai pipiku. Aku menangis.
***
Author's POV
Saat ini Elda dan Maxel berada di suatu cafe yang ada di kota Malang. Setelah melakukan perdebatan, akhirnya Elda luluh dan memilih mengikuti Maxel.
"Ini beneran Maxel yang dulu, kan?" Ucap Elda sambil menyentuh pipi Maxel.
"Iya, El. Ini aku. Maaf kalo selama ini aku cuman bikin beban di hati kamu. Maaf kalau aku gak menuhin janjiku. Aku nyesel, El." Ucap Maxel sambil menitikkan air mata.
"Gak usah di bahas. Aku udah maafin. Apa kabar kamu?" Tanya Elda.
"Aku baik. Oh, iya, hampir lupa. Kamu yang apa kabar? Baby kita sehat kan?" Tanya Maxel.
Deg!
Elda terdiam.
"El?" Ucap Maxel sambil melambaikan tangan di depan wajahnya.
"Eh? Kamu udah tau kalau aku hamil?" Tanya Elda.
"Sudah. Dan aku akan menjadi ayah. Dan kamu akan menjadi istriku." Ucap Maxel sambil tersenyum bahagia.
Bukannya menjawab, justru Elda malah menangis. Hal ini membuat Maxel bingung. Apakah kata-katanya menyakiti hati Elda?
"Elda? Kamu kenapa? Kok nangis? Aku salah ngomong ya?" Ucap Maxel senang penuh khawatir.
Elda langsung bangkit dan menghambur ke pelukan Maxel.
"Aku kira kamu akan benci dengan kehadiran baby ini. Karena kamu akan menikah dengan Kayt." Ucap Elda di tengah tangisannya.
"Lupakan Kayt. Itu tidak pernah terjadi. Sungguh, aku di jebak waktu itu. Maafin aku ya?" Ucap Maxel sambil mengelus kepala Elda.
"Iya aku maafin." Ucap Elda dengan tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Coldest Romance [COMPLETED]
Romance[PROSES REVISI - PART LENGKAP] Hanya berawal dari tatap yang mampu menghipnotis keduanya untuk tetap saling mengunci dan tak akan pernah melepaskan. "Walapun aku dingin, tetapi aku memiliki nafsu untuk terus memakanmu hingga habis." - Fabina Maxel G...