---------------------------------------------------Maxel's POV
Empat tahun sudah aku menempuh belajar ku di negeri orang. Selama itu juga banyak pengalaman yang aku alami. Mulai dari yang baik hingga yang buruk yang kini menjadi kebiasaanku. Sekedar informasi, Kenko telah pindah dari apartemennya yang dulu ke apartemen yang sama denganku. Dan kami betiga di tambah Kenko sudah bersahabat dari sejak awal bertemu.
Di sinilah aku sekarang. Di club yang terbilang elit di kawasan dekat apartement ku. Aku kesini bersama Zegav, Levin, dan Kenko. Saat di dalam, aku hanya duduk dan diam. Entah kenapa aku tidak mood hari ini. Selama aku di Cambridge, aku tidak pernah sekalipun menyentuh minuman setan tersebut. Pernah sih sekali hanya mencoba, tapi rasanya tidak seperti yang aku bayangkan. Sejak saat itu aku tidak pernah mencobanya. Mungkin kalau kesini aku hanya memesan kopi atau susu.
Tapi kalau main cewek, aku sering. Tidak terlalu sering sih. Hanya pernah. Sekitar lebih dari sepuluh kali. Pergaulan disini benar-benar membuatku rusak. Untung saja untuk masalah prestasi aku masih bisa diatas.
"Hi, babe! Sendirian saja?" ucap wanita yang tiba-tiba datang dalam bahasa inggris dengan nada menggoda.
"Hm." Balasku, entah kenapa justru aku merasa risih.
"Jutek banget sih. Btw, ke kamar yuk!" ajaknya.
Shit! Apa-apaan sih dia. Momennya tidak tepat banget. Aku lagi suntuk di gangguin. Aku sendiri bingung kenapa aku bisa seperti ini. Padahal aku tidak mempunyai masalah apa-apa. Kuliah aku lulus, IPK 4,00 dan jadi mahasiswa lulusan terbaik. Seharusnya aku senang. Tapi kenapa jadi sebaliknya?
"Kenapa diam saja, babe? Oh, ayolah, aku tau kamu membutuhkanku." Godanya dan tangan lancangnya sudah menyentuh juniorku.
Oh my God! Apa-apaan dia. Kenapa aku risih banget. Biasanya jika sudah di goda ke tahap seperti ini, aku tidak akan memberi ampun si penggodanya. Tapi kenapa kali ini bisa seperti ini. Tanpa bicara aku langsung bangkit dan pergi meninggalkannya.
Aku tidak peduli dengan ketiga temanku. Toh, mereka sudah pada kencan dengan one night stand nya. Kecuali Zegav. Saat di club tadi Zegav seperti mendapat pesan, dan dia langsung pergi begitu saja. Katanya ada urusan. Aku tidak peduli. Yang aku inginkan saat ini adalah hiburan. Bukan hiburan malam, tapi seseorang yang dengan suka rela mau menghiburku. Entah dengan cara apa yang penting aku terhibur.
Tidak ku rasa, aku membelokkan mobilku ke basement apartemen. Okelah mending aku berdiam diri di kamar. Nanti lama kelamaan aku juga tertidur sendiri. Sesampainya di apartemen, aku langsung menuju kamar untuk berganti pakaian dan sekalian mandi. Karena badanku terasa lengket. Setelah itu aku keluar dai kamar dan menuju ke sofa depan ruang televisi. Aku menekan remote control untuk menyalakan televisinya. Daripada urung-uringan tidak jelas, lebih baik aku menonton saja.
Tak berapa lama aku menghadap televisi, rasa bosan kembali menyerangku. Ku ubah-ubah channel televisinya, tapi nihil. Tidak satupun aku tertarik dengan acaranya. Apa yang harus aku lakukan? Ah, iya Kayt. Aku akan ke apartemen Kayt saja. Tapi tunggu, bukankah aku sedang ada masalah dengannya karena insiden beberapa bulan yang lalu. Argh, aku tidak peduli.
Flashback on
Saat itu aku sedang berada di dalam perpustakaan untuk mencari buku yang akan ku gunakan untuk bahan skripsiku. Awalnya aku bersama Kenko, tapi Kenko keluar duluan karena dia telah menemukan bukunya. Tinggalah aku sendirian di dalam perpustakaan tersebut.
Beberapa mahasiswa yang tadinya memenuhi perpustakaan, kini terlihat mulai berkurang. Setelah aku mendapatkan buku yang aku cari, aku langsung masuk kedalam ruang baca perpustakaan tersebut. Aku memutuskan untuk menyusun skripsiku disini. Entah kenapa aku merasa nyaman disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Coldest Romance [COMPLETED]
Romance[PROSES REVISI - PART LENGKAP] Hanya berawal dari tatap yang mampu menghipnotis keduanya untuk tetap saling mengunci dan tak akan pernah melepaskan. "Walapun aku dingin, tetapi aku memiliki nafsu untuk terus memakanmu hingga habis." - Fabina Maxel G...