-------------------------------------------------------Author's POV
Keesokan harinya, Elda telah sampai di Cambridge. Elda merentangkan tangannya sambil menghirup udara Cambridge di pagi hari dalam-dalam. Tak berapa lama, aktivitas relaksasi Elda terpotong dengan suara notifikasi LINE nya yang berdering.
[LINE]
F. Maxel: Welcome in Cambridge, girl😌
Grielda Pamilia: Thanks, boy
F. Maxel: Butuh jemputan?
Grielda Pamilia: Mksh.
F. Maxel: [read]'Di read doang. Dasar gak peka.' batin Elda sambil meremas ujung jaketnya.
Keiko yang melihat Elda seperti itu hanya geleng-geleng kepala saja. Lalu menarik Elda keluar dari bandara karena sudah ditunggu sama yang jemput.
Setibanya di luar, mereka langsung masuk ke dalam mobil paman nya Raus. Raus adalah pacar Keiko. Keiko memang meminta bantuan pada Raus untuk mengantarkan Elda dan Keiko ke apartemen.
Di dalam mobil, Elda hanya diam saja. Antara lelah, ngantuk, dan badmood. Di tanya pun Elda tidak menjawab. Yang ia inginkan sekarang hanya, sampai di kamar dengan segera.
Tak berapa lama sampailah Elda dan Keiko di apartemen Kenko. Saat perjalanan tadi, mereka melewati proyek yang akan mereka kerjakan. Elda tidak tau pastinya, karena ia hanya menguping sekilas saja. Sisanya ia lebih asyik melihat sekeliling jalan.
Elda masuk kedalam kamar yang sudah di tentukan oleh Keiko tadi. Memindahkan barang-barang yang di bawanya ke kamar. Setelah semua selesai, Elda masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai mandi, Elda merebahkan diri di kasur. Ia ingin tidur. Karena badannya juga sudah lelah. Masalah makan, nanti saja saat bangun tidur. Lagian tadi di pesawat juga sudah sarapan.
Baru saja akan memejamkan mata, ponsel yang terletak di atas nakas pun berbunyi tanda ada panggilan masuk. Dengan malas, Elda menyambar ponselnya. Dilihatnya nama si pemanggil, tetapi tidak di ketahui. Dengan ragu Elda mengangkat.
"Hallo?" Sapa nya menggunakan bahasa Inggris.
"Hallo, saya dosen pembimbing. Kamu saya tugasi untuk mengawasi mahasiswa yang mengerjakan proyek. Berhubung kamu ketua untuk daerah Cambridge, jadi kamu juga harus membuat laporan untuk dikirim ke saya. Dalam artian, kamu sedikit lebih malam untuk pulang ke tempat tinggal kamu." Tutur dosen pembimbing itu.
"Tapi, pak-" protes Elda terpotong.
"Saya tidak menerima alasan. Cukup kerjakan dan cepat selesaikan proyek tersebut. Agar kalian cepat lulus. Mengerti?"
"Ya, pak." Ucap Elda dengan nada lesu. Sedangkan si dosen pembimbing langsung mematikan telfonnya secara sepihak.
"Kesialan sedang menghampiri gue. Argh!!" Ucap Elda seorang diri.
Masih dengan perasaan emosi, Elda kembali merebahkan diri di kasur. Dan lama kelamaan ia sudah tenggelam dalam dunia mimpi.
***
Tiga minggu kemudian.
Elda's POV
Yeah! Akhirnya tinggal seminggu lagi aku berada di Cambridge. Aku ingin cepat-cepat pulang. Sudah tidak tahan aku dengan proyek ini. Bukan proyeknya yang tidak asyik, tapi membuat laporannya yang hingga larut malam dan aku pulang sendiri. Bukan aku takut hal yang berbau misitis, tapi kalian tau lah bahayanya di negara maju ini. Apalagi aku ini cewek. Jadi lebih rawan.
Seperti biasa aku mengerjakan laporan hingga larut malam. Perlu di ketahui bahwa ini adalah laporan terakhir. Karena proyek sudah selesai. Benar-benar bisa di andalkan sumber daya manusia lulusan Universitas of Tokyo ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Coldest Romance [COMPLETED]
Romance[PROSES REVISI - PART LENGKAP] Hanya berawal dari tatap yang mampu menghipnotis keduanya untuk tetap saling mengunci dan tak akan pernah melepaskan. "Walapun aku dingin, tetapi aku memiliki nafsu untuk terus memakanmu hingga habis." - Fabina Maxel G...