-------------------------------------------------------Author's POV
"Elda, pak Max pulang. Hari ini katanya pak Max akan ke kantor. Tapi-" ucap Adira terpotong oleh suara Elda.
"Beneran?! Aaa..!! gue kangen. Baiklah gue akan ke ruangannya." Ucap Elda buru-buru bangkit.
"Tunggu, Elda! Biarin pak Max istirahat dulu. Lagian kan keadaannya belum pulih. Takutnya nanti malah terganggu." Ucap Adira dengan sedikit gugup. Karena ia diminta Tedy untuk menyembunyikan sesuatu.
"Oh, gitu. Yaudah deh. Lagian ini pekerjaan gue masih banyak." Ucap Elda seraya kembali duduk.
"Okelah kalau begitu. Gue balik ke ruangan gue ya. Dah!" Ucap Adira seraya berjalan meninggalkan ruangan Elda.
Tak terasa jam makan siang pun tiba. Elda berniat untuk mengunjungi ruangan Maxel dan mengajaknya makan siang bersama. Sungguh Elda sangat merindukan Maxel. Yang ia ingin sekarang adalah memeluk Maxel dengan erat dan membisikan bahwa Elda sangat merindukan Maxel.
Saat melewati ruangan Tedy, Elda menengok sebentar, tapi tidak di dapatinya Tedy. 'kemana perginya?' batin Elda. Tidak peduli dengan Tedy, Elda masih terus berjalan ke ruangan Maxel.
Karena ingin memberi surprise untuk Maxel, jadi Elda langsung masuk ke ruangan Maxel tanpa mengetuk pintu. Saat pintu ruangan terbuka. Betapa kagetnya Elda di suguhi oleh adegan yang sangat menyayat hatinya.
***
Tedy's POV
Hari ini Maxel sudah masuk kerja. Aku belum sempat memberitahu Elda kalau Maxel sudah pulang. Bukannya aku menyembunyikan kepulangannya, tetapi karena wanita ular itu. Aku tidak mau Elda terpuruk karena keadaan Maxel dan akan semakin terpuruk dengan kehadiran wanita ular itu.
Sebelumnya aku sudah memberitahu Adira. Aku menyuruh Adira untuk memberitakan kepulangan Maxel dan larangan untuk menemui Maxel terlebih dahulu. Karena menurutku dengan keadaan Maxel yang seperti ini hanya akan menyakiti hati Elda.
Aku berniat akan menceritakan ke Elda saat pulang kantor nanti. Selain waktunya bisa santai, juga agar tidak menganggu pekerjaan.
Saat aku sedang memikirkan apa yang akan ku katakan pada Elda, Maxel memanggilku untuk datang ke ruangannya. Akupun dengan segera menuju ke ruangannya.
"Ada apa, bos?" Ucapku saat sampai di ruangan Maxel.
"Informasikan kepada seluruh pegawai di perusahaan ini, bahwa Kayt adalah calon istriku. Dan bilang pada pak Hiley yang mengaku sebagai ayahku, jangan pernah mencampuri urusanku. Karena hidupku aku yang jalanin, bukan dia." Ucap Maxel yang membuat aku terkejut bukan main.
"Tapi bos. Itu semua tidak benar. Maaf sebelumnya-" ucapku terpotong.
"Aku hanya memerintahkanmu, bukan meminta saran ataupun protes darimu. Karena perkataanmu sama seperti perkataan mereka yang hanya omong kosong. Sekarang kamu boleh kembali." Ucap Maxel yang menohok hatiku.
Aku mengepalkan kedua tanganku sebelum akhirnya bogeman mendarat di pipi mulusnya.
"SADAR MAX! LO ITU AMNESIA. DAN WANITA ULAR ITU HANYA MENJEBAK LO AGAR DIA DAPETIN APA YANG DIA MAU. KAYT ADALAH BENALU!" ucapku dengan emosi yang tersulut. Tanpa bicara apa-apa lagi, aku pergi meninggalkan dia.
Persetan dengan setelah ini aku di pecat. Itu tidak akan terjadi. Karena otak yang ada pada tubuh Maxel bukanlah otak asli Maxel. Jadi sekalian saja aku menyalurkan seluruh emosiku mulai dari saat di Cambridge hingga sekarang. Aku sudah tidak tahan dengan sikapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Coldest Romance [COMPLETED]
Romance[PROSES REVISI - PART LENGKAP] Hanya berawal dari tatap yang mampu menghipnotis keduanya untuk tetap saling mengunci dan tak akan pernah melepaskan. "Walapun aku dingin, tetapi aku memiliki nafsu untuk terus memakanmu hingga habis." - Fabina Maxel G...