----------------------------------------------------Author's POV
Sekarang adalah hari Sabtu. Berarti hari libur bagi Maxel. Tidurnya kali ini sangat nyenyak, karena Maxel di temani oleh Elda. Sebenarnya bukan di temani, lebih tepatnya terpaksa di temani karena Maxel tidak tau rumah Elda.
Elda menggeliat di ranjang Maxel. Baru sebentar, matanya langsung terbuka. Elda sadar bahwa sekarang ia tidak berada di ranjangnya. Dan Elda memutuskan untuk tidak meneruskan kegiatannya.
'Kenapa gue bisa disini?' batin Elda. Ah, iya, Elda baru ingat. Semalam ia melakukannya lagi bersama Maxel. Terkahir yang Elda ingat, Maxel menyemburkan cairan hangat dalam rahimnya.
Tunggu! Gawat! Ini adalah masa-masa suburnya.
Dengan cepat Elda bangkit dari tidurnya dan berlari ke kamar mandi. Elda menekan kencingnya dengan harapan agar cairan yang di semburkan oleh Maxel junior ikut keluar.
Namun beberapa saat Elda terdiam. 'Bego banget gue! Kan cairan itu masuknya ke rahim, sedangkan urin kan dari ginjal? Emang ada jalan tembus dari rahim ke ginjal?' batinnya merutuki dirinya sendiri.
Akhirnya Elda memutuskan untuk mandi. Setelah mandi, Elda melangkahkan kakinya ke dapur untuk membuat sarapan. Setelah membuka kulkas milik Maxel, bahan yang dapat di pakai hanyalah telur dan sosis saja. Dan bisa di tebak, Elda akan membuat nasi goreng.
Sementara itu, Maxel menggeliat di atas ranjangnya. Ia menyadari bahwa Elda sudah tidak ada di sampingnya. Sekilas Maxel mencium wangi masakan, karena pintu kamar Maxel tidak ditutup dengan sempurna.
Maxel memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum akhirnya ia menghampiri Elda.
Setelah mandi, Maxel menghampiri Elda yang sedang asyik memasak. Tanpa sadar kedua ujung bibir Maxel terangkat. Ia berfikir Elda benar-benar istri idaman.
Maxel melangkah mendekati Elda. Dan tepat di belakang Elda, Maxel langsung melingkarkan tangannya ke perut Elda. Sontak Elda terkejut.
"Astaga!" Kejut Elda.
"Apa?" Tanya Maxel dengan mengangkat sebelah alisnya. Tetapi tangannya masih setia di perut Elda.
"Lepasin, kan aku lagi masak. Tunggu di meja makan sana. Bentar lagi selesai." Perintah Elda.
"Gamau. Enak gini." Jawab Maxel.
"Ya kalo gini terus kapan selesainya?" Tanya Elda.
"Morning kiss dulu pergi." Goda Maxel.
"Apa sih, Max! Udah sana." Usir Elda.
Bukannya pergi malah membalikkan tubuh Elda dan mengikis semua jarak diantara keduanya. Dan tanpa Elda ketahui tangan Maxel terjulur untuk mematikan kompornya. Agar hal yang tidak diinginkan terjadi.
Perlahan tangan Maxel mengangkat dagu Elda. Dan dalam hitungan detik, bibir Elda dan bibir Maxel telah bersentuhan. Memperdalam hingga larut dalam nafsu yang membara.
"Udah selesai morning kiss nya. Kenapa masih merem? Mau lagi?" Ucap Maxel dengan nada menggoda.
"Hah?!" Ucap Elda gelagapan.
"Mau lagi?" Tanya Maxel dengan nada menggoda lagi.
"YA AMPUN!! MASAKANNYA GOSONG!" Ucap Elda mengalihkan pembicaraannya.
"Gak usah ngalihin pembicaraan, kompornya udah di matiin. Kalo mau lagi ayo." Ucap Maxel dengan kekehan nya.
"Dasar mesum! Pergi sana!" Bentak Elda dengan nada kesalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Coldest Romance [COMPLETED]
Romance[PROSES REVISI - PART LENGKAP] Hanya berawal dari tatap yang mampu menghipnotis keduanya untuk tetap saling mengunci dan tak akan pernah melepaskan. "Walapun aku dingin, tetapi aku memiliki nafsu untuk terus memakanmu hingga habis." - Fabina Maxel G...