Chapter 8

6.1K 482 2
                                    

Usia kandungan Keenan saat ini sudah berumur 3 bulan, namun sampai saat ini kedua orang tua Keenan di Belanda sama sekali belum tau akan kehamilannya. Sampai saat ini hanya Niall, Keenan, dan Harry yang tahu tentang semua masalah ini.

Sampai saat ini juga Harry semakin dekat dengan Keenan, tapi ia tidak kalah dekat dengan Taylor. Bagaimana tidak? Taylor masih menyandang status sebagai kekasihnya hingga saat ini. Sedangkan Keenan? Akhir-akhir ini juga ia malah lebih dekat dengan Niall dibanding Harry. Tapi entah mengapa gadis itu merasa bahwa Harry selalu dekat dengannya.

Harry Styles

Aku akan sarapan pagi bersama Taylor pagi ini, memang sedikit aneh rasanya makan pagi di sebuah kedai kopi begini. Ya, aku tau seharusnya aku sarapan di rumah atau di restoran mungkin lebih baik. Tapi entahlah, Taylor yg mengajakku kesini.

"Hi, sweetheart" Sapaku saat melihat Taylor dan dengan segera ia mengecup pipiku dan aku membalasnya.

Aku dan Taylor duduk di salah satu meja yang jauh dari customer lain. Aku hanya takut ada beberapa  fans dan paparazi yg menghampiri kami walaupun ini masih pagi dan aku yakin tidak hanya aku namun Taylor juga ingin bersarapan dengan nyaman pagi ini.

"Selamat pagi. Ada yg bisa saya bantu?" seorang pelayan laki-laki menghampiri kami.

"Saya pesan strawberry cake and hot chocolate. Kau mau apa Harry?"

"Banana pie and hot cappucino"

Setelah memesan makanan dan pelayan itu mengulangi pesanan kami, pelayan itu pergi dari hadapan kami. Taylor memulai percakapan lebih dulu, "Maaf aku mengajakmu sarapan disini padahal seharusnya kau sarapan dirumah dengan--"

Aku yang merasa tau kemana obrolan ini akan berlanjut segera memotongnya. "Tidak, malsudku-- dia bahkan masih tertidur" jawabku kala menggedikan bahuku. Sesungguhnya aku berbohong karna Keenan sudah bangun sejak pukul 6 pagi tadi.

"Maksudku dengan... Nyaman" balas Taylor membuatku cukup tertegun, well kufikir yang Ia bicarakan tadi itu adalah Keenan. Rasa bersalah dan malu dengan segera menyelimutiku.

"Maaf, aku--" belum sempat menjelaskan lebih lanjut, pesanan kami datang. Aku menyeruput cappucino panas ini dengan hati-hati sambil sesekali memerhatikan Taylor dengan rambut blonde nya yang diikat dengan rapih. God, she's so beautiful!

Disela-sela kami menyatap pesanan kami masing-masing, kami berbincang membicarakan segala hal tentang karir kami masing-masing. Hingga pada akhirnya suara Taylor berubah menjadi lebih serius saat memanggil namaku. "Harry?"

"Ya?" Aku menjawabnya cepat.

"Kau tau bahwa aku mencintaimu, bukan?" Tanya Taylor dan aku mengangguk pasti.

"Tentu saja"

"Kau-- maksudku, maukah kau berjanji sesuatu?"

Aku terdiam sejenak sebelum menjawab, "Apa yang kau mau aku lakukan? Aku pasti lakukan"

Aku melihatnya tersenyum membuat hatiku menghangat. "Aku hanya ingin kau berjanji untuk... Kau tau? Tidak pernah meninggalkanku" Ia menyelesaikan kalimatnya dengan senyuman yang sekali lagi membuatku ikut tersenyum.

"Kau tau kau tidak perlu membuatku berjanji akan hal itu padamu, Taylor" jawabku dan setelah itu aku mendapatkan ekspresi yang berbeda dari Taylor, Ia tampak sedikit kecewa dan sesegera mungkin aku melanjutkan kalimatku. "Aku akan melalukannya bahkan tanpa perlu berjanji. Aku tidak akan meninggalkanmu"

**

Aku dan Taylor selesai sarapan dan membicarakan banyak hal tepat pukul 10 pagi, masih terlalu pagi untuk memulai aktifitas, menurutku.  Aku memutuskan untuk ke basecamp, bertemu Louis di teras tengah bermain bola sendirian, ia menyapaku.

Deserve Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang