Niall's pov
Seseorang datang, mengganggu momen 'tertawa bersama' ku dan Keenan. Menyebalkan. Aku menoleh dan mendapatkan Harry, kemudian aku melihat ke jam dinding.
Baru pukul 8 malam, dan dia sudah pulang? Tumben sekali.
"Hey, mate!" aku menyapanya dan terlihat dengan jelas bahwa ia kaget ketika melihatku dirumahnya.
"Apa? Niall? Apa yg kau lakukan disini? Dirumahku bersama-- Keenan?"
"A-- aku tidak melakukan apa ap-"
"Kalian berduaan disini dari tadi?" ia memotongku dan bertanya lagi seakan tidak percaya akan apa yg terjadi.
Aku dan Keenan saling pandang, tidak mengerti apa yg Harry maksud sekarang. Maksudku-- aku dan Keenan memang sering berduaan seperti ini, lalu kenapa kali ini ia sangat kaget? Apa dia marah?
Tiba tiba Harry menarik tubuhku dengan cara yg kasar, memaksaku untuk bangkit dari sofa. Menarik kerah polo shirt ku, bukankah itu kasar? Benar kan? Kemudian dengan seluruh tenaga, ia membanting tubuhku kedinding.
"Harry, apa yg kau lakukan?" tanya Keenan yg kut berdiri menghampiri kami. Dia tampak sangat terkejut, begitu juga denganku.
"Whoaa, calm down, Styles. Ada apa denganmu?"
Harry tidak menjawab apapun, yg aku lihat hanya caranya menatapku terlihat benar-benar--- marah dan benci?
Tiba tiba...
BUG!!!
Kepalan tangannya yg besar tepat meninju hidungku. Aku merasakan sakit yg lumayan di sekitar tulang hidungku. Sialan. Kini Keenan mulai berteriak untuk melerai kami.
Oh tidak, aku takut ia menghampiri kami. Aku hanya tidak ingin ia terkena pukulan Harry, maupun sengaja atau tidak.
"Kau tidak bisa seenaknya dirumahku dan--"
BUG!!!
Lagi lagi pukulannya mengenai wajahku. Tepat dipipiku. Aku bisa merasakan darah segar mengalir dari hidung dan pinggir bibirku. Tidak terima diperlakukan seperti ini, aku membalasnya.
"Sorry mate, but this is so hurt you know?"
Bug!!!
Aku merasa sedikit lega setelah membalas pukulannya. Tidak peduli akan darah yg mengalir dari hidungnya. Aku tidak bermaksud membalasnya. Aku hanya tidak terima atas perlakuannya yg tiba tiba memukulku.
Dia fikir aku tidak bisa membalasnya, hm?
**
Keenan's pov
"Stoppppp it, guys!!!! Pleaseee!!!" aku berjongkok, menundukkan wajahku dan menutup kedua telingaku. Aku hanya tidak mau melihat dan mendengar mereka melanjutkan pertengkaran sialan ini.
Tapi sepertinya tindakanku kali ini tidak akan berhasil. Aku harus melakukan sesuatu.
"Stop! Damn, Harry stop!" aku menahan badannya agar berhenti memukuli Niall. Tapi sepertinya itu percuma, tenaga Harry begitu kuat. Kerasukan hantu apa sih dia sampai datang datang langsung memukuli Niall yg tidak bersalah sama sekali?
Aku tidak menyalahkan Niall kalau ia membalas pukulan Harry.
"Harry please!" aku memohon kepadanya yg memang keras kepala.
Dia begitu bernafsu untuk memukuli Niall yg kini hampir babak belur, aku pun mengambil posisi ke hadapannya, berharap dia akan berhenti namun yg terjadi malah...
BUG!!!
**
Niall's pov
Apa yg ku takutkan pun terjadi. Harry memukul Keenan hingga terjatuh. Kepalanya terbentur oleh meja kaca yg berada tidak jauh darinya. Aku tahu ia tidak sengaja.
Bisa kulihat wajah Harry yg sama khawatir dan paniknya denganku. Kami langsung sigap dan menghentikan perkelahian kami.
"Keenan? You ok?"
"Keenan, i'm sorry"
"Kee, wake up!"
Ia tidak sadarkan diri.
"OH MY GOD!" teriakku histeris saat melihat ke arah pahanya. Sedangkan Harry menatapku aneh dengan tatapan 'ada apa' nya, aku menunjuk kearah kepala dan-- pahanya.
God. Tidak mungkin. Ini tidak mungkin terjadi.
**
Harry's pov
Sungguh.
Aku menyesal. Ya tuhan andai waktu bisa diulang kembali pasti ini tidak akan terjadi jika aku tidak bertindak bodoh seperti tadi. Tapi sungguh aku tidak sengaja memukulnya. Aku hanya terbawa emosiku, ada beberapa konflik yg tadi terjadi diantara aku dan Taylor.
Kini aku dan Niall sedang berada dirumah sakit. Kau tau apa yg terjadi? Keenan-- dokter mengklaim ia mengalami pendarahan.
Itu sangat menyesakkan dadaku.
Tiba tiba seorang dokter keluar dari ruangan setelah memeriksa keadaan Keenan.
"Bagaimana keadaannya?" tanyaku langsung dan Niall mengikuti langkahku.
Dokter itu menghela nafas beratnya, apa maksudnya? "Siapa disini diantara kalian yg suaminya?" tanyanya dan aku segera mengacungkan tangan. Aku tau aku telah berbohong karna aku bukan suaminya. "Saya perlu bicara dengan anda." kata dokter itu, akupun mengangguk lalu mengikuti dokter itu keruangannya.
Sedangkan Niall diperbolehkan mengunjungi Keenan.
Sial.
Aku duduk berhadapan dengan dokter ini. "So, what's going on?" tanyaku.
Dokter itu menghela nafas. "She was flooding, you know?" jawabnya.
"Ya i know. Jadi bagaimana keadannya saat ini?" Sungguh aku panik.
"Kandungannya sangat lemah--"
Oke, sepertinya tidak perlu dijelaskan lagi karna jantungku seakan mau copot.
"Jujur saja kami dari pihak rumah sakit tidak bisa menyelamatkan keduanya. Maksudku Keenan dan bayinya." Apa? Apa maksudnya? Tidak mungkin. Keenan pasti baik baik saja. "Maaf tapi kau harus memilih siapa yg harus diselamatkan, Keenan, atau bayinya? I'm so sorry Mr. Styles"
Ini gila, aku tidak percaya akan apa yg sedang terjadi. Bisa kau bayangkan aku harus memilih salah satu dari pilihan yg sama sekali aku tidak mau memilih.
Aku mau keduanya selamat.
Bagaimana jadinya bila aku memilih bayi itu, lalu ia lahir tanpa seorang ibu? Tapi bagaimana jika aku memilih Keenan yg diselamatkan, aku mungkin tidak kehilangannya. Tapi bisa kau bayangkan ia menjadi gila setelah kehilangan bayinya?
Aku tidak mau itu terjadi.
**
LEAVE YOUR VOTES AND COMMENTS. THANKS
KAMU SEDANG MEMBACA
Deserve
Fanfiction"Once you realize you deserve better, letting go will be the best decision ever" [One Direction's Fanfiction]