Chapter 10

5.6K 450 2
                                    

Keenanta Rissaber

Pagi yang cerah ini membuat tumbuhan dan bunga-bunga di halaman rumah Harry berkembang dengan baik, membuatku semangat memulai aktifitasku di hari ini. Aku bergegas mandi, setelah itu aku berdiri di depan cermin dan memerhatikan sosokku dari sana. Tubuhku masih sama seperti dulu hanya saja perutku tidak lagi serata dulu, perutku memang belum sebesar itu dan aku merasa tidak sabar untuk berkembangnya bayiku di dalam perutku ini.

Pandanganku jatuh ke sebuah paper bag yang tergeletak di atas kasurku. Menyungging senyum di bibirku, aku segera mengeluarkan sesuatu dari dalam sana. Blouse biru yang Niall berikan kemarin, aku segera memakainya, mengingat sikap Niall yang sangat manis padaku kemarin. Aku memandang diriku sekali lagi di cermin, untuk tampilan no make up ku hari ini, aku fikir aku tidak terlalu buruk.

Aku bergegas keluar kamar dan mengintip kekamar Harry, terlihat Ia masih terbungkus dalam selimut. Aku meninggalkannya, merasa tidak ingin mengganggunya dari istirahatnya. Menuruni anak tangga kemudian berjalan menuju halaman belakang dan mengerjakan apa yang kukerjakan hampir setiap hari ini, yaitu menyiram tanaman.

Entah mengapa aku sangat menyukai aktifitasku yang satu ini. Melihat bunga-bunga bermekaran merupakan suatu kebahagiaan tersendiri, bagiku. Terlebih dengan cuaca pagi yang masih sejuk dan segar.

Tidak terasa sudah setengah jam aku berdiri menyirami tanaman-tanaman disini, aku memutuskan untuk beristirahat di pinggir kolam sambil menyelupkan kedua kakiku ke dalamnya. Hal ini cukup membuatku teringat akan Niall karna kami berdua cukup sering berbincang dengan posisi seperti ini. It's comfy, you know?

Aku kembali teringat pada beberapa hari yang lalu saat Niall memberikanku blouse ini, dengan tiba-tiba Ia menahan pelukan yang kuberikan padanya sebagai rasa terima kasihku untuknya. Aku terkejut saat Niall melakukan hal itu, namun ternyaata bukan hanya aku karna saat jarak kami sangat dekat, aku dapat mendengar detak jantungnya yang sangat cepat.

Situasi menjadi cukup awkward dan akhirnya Niall melepaskan pelukan kami diikuti dengan tawa kecilnya, membuatku ikut tertawa. Tanpa sadar aku menyunggingkan senyum di bibirku mengingat kejadian waktu itu. Namun senyumanku tidak bertahan lama karna sepasang tangan tengah menutup kedua mataku dari belakang, membuatku terkejut bukan main.

"Whoaaa Niall. Apa yg kau lakukan? Lepaskan!" Ujarku kala berusaha menyingkirkan kedua tangan besarnya dari mataku. Kedua tangan itu perlahan melembut dan pergi dari kedua mataku. Tawa kecilku kembali muncul mengingat Niall yang tiba-tiba datang mengejutkanku seperti ini. Menoleh ke belakang, aku terkejut bukan main. Bukan Niall yang berada di beelakangku melainkan Harry.

"Ha-harry?" Panggilku ragu-ragu. Ia tidak menjawab namun segera duduk disampingku namun tidak menyelupkan kedua kakinya di kolam sepertiku. "A-apa yang kau lakukan?" Tanyaku, Ia masih tidak menjawab dan malah memberikanku sebuah bunga berukuran kecil berwarna merah muda, membuatku menyunggingkan senyum kembali.

"Thanks" Ujarku menerima bunga tersebut darinya. Harry merespon dengan senyumnya. "Dari mana kau mendapatkan itu?" ia menunjuk ke semak-semak yang berada di ujung. Dengan tiba-tiba aku melebarkan kedua mataku. "Kau memetiknya?" Tanyaku dengan nada yang cukup tinggi. Ia mengangguk dengan polosnya. "Ya Tuhan, Harry! Bukankah aku sudah pernah bilang untuk tidak memetik mereka? Mereka bisa mati, kau tau?"

Harry hanya mengangkat kedua bahunya namun tatapannya menyiratkan makna bahwa Ia menyesal telah memetik bunga tersebut mengingat bagaimana aku setiap harinya merawat mereka. Kedua alisku tertaut saat menyadari sesuatu.  "Hey, kenapa dari tadi kau tidak bicara?"

Harry mendekati telingaku dan Ia berbisik mengatakan, "Suaraku habis" Bisikannya lebih pelan dari sebuah bisikan. Jika ia tidak mendekatkan bibirnya ke telingaku mungkin aku tidak dapat mendengarnya.

"Bagaimana bisa?" Tanyaku dan ia hanya mengangkat kedua bahunya.

Ah! Aku baru ingat kemarin ia pergi dan sempat kehujanan bersama dengan Taylor. Harry pasti flu saat ini. "Ini pasti akibat kemarin kau kehujanan, bukan?" Ia mengangguk cepat. Dengan refleks, aku menyentuh keningnya dengan punggung tanganku.

"Astaga, Harry badanmu panas sekali!!! Bagaimana bisa kau--- " ia menaruh telunjuknya didepan bibirku. Lalu Ia mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu disana. "I'm ok. Jangan berlebihan"

Apa? Aku berlebihan? Aku hanya mengkhawatirkan dia dan dia malah bilang aku berlebihan? Lagipula dia seorang penyanyi, dia harus tetap menjaga kesehatannya, bukan?  Terutama suaranya.

"No, Harry. You're not. Ayo, aku antar kau ke rumah sakit" aku menarik kakiku dari kolam ini. Sementara Harry menggenggam tanganku, lalu sibuk mengetik lagi.

"No, please jangan berlebihan. Aku baik-baik saja. Aku tidak mau kedokter"

Aku mendesah berat,  "Baiklah kalau kau tidak mau. Sekarang, ikut aku!"

**

Harry Styles

Keenan menarik tanganku menuju kamarku.  "Baiklah. Kau duduk dan tunggu disini" perintahnya saat aku sudah berada di atas kasurku. Aku tidak menjawab karna sialnya suaraku benar-benar tidak keluar karna flu sialan ini. Seketika aku mengeluarkan bersin dan segera mengusap hidungku yang terasa gatal. Ugh, ini menyebalkan.

Dari sini aku memerhatikan Keenan yang sedang sibuk sendiri menyiapkan apapun yang akan Ia lakukan kepadaku. Aku cukup khawatir ketika melihatnya berlari-lari kecil seperti sekarang ini. Keenan kembali dengan sebuah wadah berukuran sedang yang terisi oleh air hangat dan handuk kecil di pundaknya.

Keenan menyuruhku untuk berbaring dan aku segera menurutinya. Dengan lembut, Ia mengompres kepalaku dengan air  hangat yang disiapkannya tersebut. Aku tersenyum merasa kehangatan di keningku, mengguman kata 'Thank You' kepadanya, Keenan hanya tertawa kecil. Damn. She's so cute.

"Kau harus istirahat sekarang, ah! Aku hampir lupa" Ia segera meraih sebutir obat yang sudah disiapkannya tadi, Aku segera meminumnya bahkan tanpa Ia perintahkan. Setelah itu, aku kembali berbaring dan membiarkan Keenan merawatku dengan baik.

Sungguh, ini pertama kalinya aku merasa sangat dekat dan nyaman dengannya.

**

LEAVE YOUR VOTES AND COMMENTS. THANKS.

Deserve Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang