Niall's pov
Keenan sudah pergi. Aku ingin sekali menyusulnya ke Amsterdam tapi aku sama sekali tidak tahu alamatnya. Bahkan telfonku juga tidak diangkat dan SMS ku pun diabaikan. Aku tidak mengerti harus dengan cara apa lagi menghubunginya.
Aku yakin Harry juga sedang merasakan hal yg sama denganku.
"Hey" seseorang menyapaku. Aku menoleh dan mendapatkan Liam dibelakangku.
"Hey daddy. Ada apa?" tanyaku.
"Seharusnya aku yg bertanya seperti itu. Ada apa denganmu?" ia duduk diatas kasur ini, disampingku yg sedang bermain dengan laptopku.
"Aku oke, Payne"
"Keenan pergi dan kau bilang, kau oke?" tanyanya, aku mengangkat kedua bahuku.
"Dari mana kau tahu?"
"Semua orang sudah tau, Bodoh!"
Berlebihan. Semua orang?
Aku hanya diam, masih tidak tau apa yg harus aku katakan pada temanku ini, sampai Liam kembali bertanya. "Jadi apa yg akan kau lakukan selanjutnya?"
"Aku masih tidak tau, aku bahkan tidak tau alamat rumahnya disana. Menurutmu apa yg harus aku lakukan?"
Liam tersenyum. "Just go and fuckin find her." Aku berfikir sejenak. Mencerna perkataan Liam barusan. "Itu jika aku jadi kau." sambungnya. Aku kembali melamun dan berfikir. "Ayolah, Niall. Kita makan malam dulu" ajakannya membuat lamunanku buyar dan segera bergabung makan malam dengan yg lainnya. Termasuk Harry.
**
Keenan's pov
Here i am. Amsterdam.
Ayah dan Ibuku tidak ada saat aku sampai dirumah. Kemana mereka?
Aku memang sengaja tidak memberi tahu mereka akan kepulanganku. Bisa bisa mereka bertanya seperti seorang wartawan. Dan aku takut untuk saat ini mengatakan yg sejujurnya.
Sekarang aku sedang berada didepan rumah. Aku tentu tidak bisa masuk, ya karna pintu dikunci. Kurasa mereka sedang pergi. Oke, selamat menunggu, Keenanta!
"Keenan?" Seseorang memanggilku, membuatku segera menoleh kesumber suara itu.
"Luke?" panggilku. Hey, apa dia benar-benar Luke?
"Kau benar benar Keenan?"
"Kau benar-benar Luke?" kulihat dia mengangguk sambil tersenyum lebar, aku menghampirinya untuk memeluk tubuhnya. "Ya Tuhn, Luke aku rindu sekali denganmu!!!"
Aku memeluknya sangat erat. Dia membalasnya. Kami berpelukan sambil menggoyangkan badan kami kekiri dan kanan.
Like brother and sister, u know?
"Aku juga. Jadi apa yg kau lakukan disini? Didepan...rumahmu? Bukankah kau bekerja di London?" ia melepas pelukanku dan mengangkat daguku.
"Ya memang. Tapi, aku sudah berhenti dari pekerjaanku" jawabku dan ia terlihat kaget.
"Kau? Berhenti menjadi seorang asisten pribadi dari Harry Styles?"
"Hu-uhm" aku mengangguk. "Akan ku ceritakan semuanya setelah aku masuk kedalam rumah ini, ok?"
Luke mengangguk.
Satu jam kemudian, setelah aku dan Luke seperti orang bodoh yg duduk didepan gerbang rumah. Sebuah mobil datang, aku tahu itu pasti orang tuaku.
"Ibu?"
Aku segera berlari menuju Ibuku yg baru saja keluar dari mobil, dan-- ya; mereka melihatku dengan heran.
"Keenan? Apa yg kau lakukan?"
"Ibu, Aku rindu sekali denganmu" Aku memeluknya sangat erat. Oh Tuhan, ini terasa melegakan.
**
Setelah melepas rindu dengan Ayah san Ibuku, dan juga aku sudah menceritakan semuanya dari awal kepada Luke. Ia sangat terkejut akan diriku yg diam diam mencintai Harry dan bahkan pernah keguguran akan anakku dan Harry.
Ia tidak percaya akan apa yg terjadi. Sama sepertiku.
"Promise me you'll never tell to my mom and dad or anybody, oke?" aku mengacungkan jari kelingkingku. Luke mengaitkan dengan jari kelingkingnya.
"Aku berjanji"
Aku tersenyum lega mendengar itu. Luke adalah sahabatku sejak SMA dulu. Tinggi, putih, berambut lurus cokelat tua dan bermata cokelat.
Yap itulah Luke Addirson.
**
Pagi hari ini aku dibangunkan oleh Ibuku. "What's your planning today, huney?" tanya mom yg masih ada diambang pintu kamarku.
"I still no have idea, mom." jawabku sambil mengucak kedua mataku.
"Baiklah cepat mandi, Sayang. Sarapan sudah menunggu"
Ibuku menutup pintu setelah aku mengangguk, dan aku memutuskan untuk segera mandi, setelah itu aku ikut berkumpul di dapur bersama kedua orang tuaku.
"Kau belum cerita kepada kami, kenapa kau pulang secara tiba tiba begini?" Ayahku bertanya saat kami sedang sarapan. Ibu hanya menatapku.
"Aku hanya rindu dengan kalian. Apa itu tidak boleh?"
"Bukan begitu, sayang. Kami hanya heran, kau pulang dengan tiba-tiba" jawab Ibuku.
"Kalian tidak senang aku ada disini? Baiklah. Aku akan kembali ke London besok." ujarku berpura pura marah.
"Tidak, Sayang. Tidak begitu. Ah sudahlah lupakan saja. Kau tidak boleh kembali ke London besok" ujar Ayahku.
"Baiklah. Tapi berjanjilah kalian tidak akan menanyakan hal ini lagi?"
"Kami berjanji"
**
1 bulan kemudian.
Harry' s pov
Sebentar lagi hari natal tiba, tapi Keenan belum juga kembali ke London. Apa ia benar-benar marah denganku? Apakah ia tidak merindukanku?
Entah mengapa, semenjak Keenan pergi aku merasa begitu kacau. Walaupun aku masih dengan Taylor tapi sungguh, aku selalu memikirkan Keenan. Mungkin aku hanya mengkhawatirkannya? Hah... Aku ingin sekali merayakan natal bersamanya.
Menghias pohon natal dengan berbagai macam hiasannya. Membuat cookies untuk hari natal. Aku benar benar menginginkannya saat ini.
Ibuku, Anne memintaku untuk ke Holmes Chapel saat natal nanti. Tapi sepertinya aku tidak sempat. Kurasa lebih baik Ibuku dan Gemma saja yg kerumahku. Aku tidak bermaksud untuk tidak sopan, aku hanya ingin merayakan Natal di London saja sepertinya.
Dan hari ini sudah masuk hari ke 3 dibulan terakhir, salju sudah mulai turun sejak akhir November kemarin sehingga memaksaku untuk memakai coat tebal, beanie hat, syal, serta boots yg membantu menghangatkanku saat keluar rumah.
Aku mengendarai mobilku menuju basecamp untuk bertemu dengan yg lainnya karna malam ini ada interview untuk salah satu radio swasta di Inggris.
Setelah 45 menit kemudian, aku tiba dan mendapatkan sambutan teriakan aneh dari seorang Louis Tomlinson. "HARREEHHH!!!"
Aku memutar bola mataku dan menjawabnya malas, "Yeah wassap?" jawabku saat keluar dari mobil. Niall, Liam, Zayn dan Louis menatapku seksama. Dan asal kalian tau, mereka berempat sepertinya sudah tidak marah denganku dan melupakan kejadian berbohongnya aku kepada mereka. Dan Keenan.
Aku lega mengetahui mereka sudah normal kembali kepadaku. "Kau telat. Kau tau?" tanya Louis.
"Yeah i know. But just believe, they'll waiting for us"
.
.
.
.
.
LEAVE YOUR VOTES AND COMMENTS. PLEASE

KAMU SEDANG MEMBACA
Deserve
Fiksi Penggemar"Once you realize you deserve better, letting go will be the best decision ever" [One Direction's Fanfiction]