Chapter 2

8.4K 573 2
                                    

Keenanta Rissaber

Aku melihat jam dinding yg menunjukan pukul 8 pagi, kemudian menyapu setiap sudut kamar ini dengan pandanganku.

Melihat ke sebelahku, terlihat disana ia masih tertidur pulas. Aku menyelipkan rambut keritingnya ketelinganya dan alhasil ia terbangun, tersenyum kepadaku.

"Morning" suara seraknya saat ia baru bangun tidur benar benar sexy.

Aku dan dia menatap aneh seakan baru menyadari sesuatu, lalu secara bersamaan mengintip kedalam selimut.

Oh my god. Apa yg terjadi semalam?

"Aaaaaaaaaaa" aku dan Harry berteriak bersamaan saat menyadari kalau kami benar benar tidak memakai satu helai benangpun.

"Harry apa yg kau lakukan padaku?" Aku memprotes dan menarik selimut ini agar lebih menutupi tubuhku.

"Kau-- apa yg telah aku-- maksudku kita lakukan?" tanyanya bingung.

Seketika aku mengingat semuanya. Semua kejadian semalam yg kulewati dengannya.

"Kau menganggapku Taylor semalam, kau mabuk, dan kau-- kau bilang kau menginginkan aku" ujarku dengan suara yg sedikit bergetar. Astaga, rasanya ingin sekali aku menangis.

"Apa? Aku mabuk? Lalu kenapa kau menurutiku? Seharusnya kau tidak perlu melakukan itu!!" bentaknya.

Apa-apaan dia? Seharusnya aku yg marah, bukan malah dia!

**

Semenjak kejadian semalam, suasana diantara aku dan Harry menjadi kaku. Canggung bahkan untuk melihat lurus ke kedua matanya.

"Harry"

"Keenan"

Kami memanggil disaat yang bersamaan, membuatku menggaruk tengkuk leherku yang padahal tidak gatal sama sekali. "Kau duluan" ujarku.

Harry menggeleng pelan, "Ladies first" jawabnya kala tersenyum menampakkan dimplesnya yang dalam.

"Uhm. Bagaimana jika---" Aku menggantungkan kata kataku.

"Jika apa?"

"Jika aku hamil?" Tanyaku cepat kemudian menunduk, tidak berani untuk menatap kedua mata hijaunya. Aku tidak tau apa yang membuatku tiba-tiba melemparkan pertanyaan seperti itu padanya. Hanya saja, aku berfikir bahwa hal itu mungkin terjadi, bukan? Mengingat kami melakukannya tanpa pengaman apapun. Oh Tuhan.

"Well, menurutmu apa yang harus aku lakukan?" tanyanya santai. Demi Tuhan, Harry! Itu pertanyaan terbodoh yang pernah ada!!!

"Aku hanya ingin tahu apakah kau--"

"Bertanggung jawab? Tidak. Aku melakukannya disaat aku tidak sadar. Bagaimana jika Taylor tau? Apa kau peduli?" Harry memotong kalimatku dengan pertanyaan-pertanyaan bodohnya yang luar biasa memberikan goresan luka di hatiku. Apa maksud dari pertanyaanya? Bodoh. Lalu bagaimana jika aku benar-benar hamil? Apa ia peduli? Kurasa tidak.

Aku merasakan kedua mataku memanas dan siap mengalirkan satu dua tetes air dari sana.

"Demi Tuhan, Harry kau egois! Kau hanya memikirkan Taylor, apa yang akan ku lakukan jika aku benar-benar hamil? Kau tidak mempedulikan aku yang sejak dulu---"

Deserve Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang