Niall's pov
"Kenapa kau lama sekali? Kau tahu aku hampir ingin pergi dari sini karna banyaknya paparazi sedari tadi!" Tanyaku dengan nada yg tinggi. Sungguh aku tidak bermaksud, aku hanya kesal sudah menunggu lama.
"Maafkan aku, Niall. Aku-- hanya.. " jawabnya dengan nafas yg tersengal sengal. Aku segera menariknya.
"Sudah cepat! Kita bisa ketinggalan pesawat!!!"
Kami berdua berlari secepat mungkin. Aku menggenggam tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya menarik koper yg dibawanya.
"Hhh, aku lelah, Niall. Sungguh" ucapnya sambil menghempaskan tubuhnya diatas kursi penumpang.
"Kau ini sebenarnya dari mana saja? Kenapa tidak mau ku jemput di apartemenmu? Kenapa lebih memilih ketemuan di bandara? Lalu kenapa kau seperti terburu buru?"
"Calm down, babe" ujarnya sambil tertawa kecil dan mengelus elus dadaku. "Kau bertanya seperti seorang wartawan, tahu?"
"Jawab saja"
"Jadi, aku tadi-- kesiangan!!! Ya, benar kesiangan!!!" Jawabnya dengan gerak tubuh yg aneh.
"Benarkah? Kau mengirim pesan padaku pukul--" aku mencari pesan yg dikirimkan Keenan di ponselku. "6 pagi. Dan kau bilang, kau kesiangan?" aku menunjukkan pesan itu didepan matanya. Ia menggaruk tengkuk lehernya seperti orang bingung.
"Aku...ng...aku sempat ketiduran setelah mengirim pesan itu" jawabnya, namun aku tidak merespon. "Kau percaya kan?" tanyanya, memastikan. Aku mengangguk. "Benarkah?" tanyanya lagi.
"Kapan aku pernah tidak percaya akan omonganmu, Kee?"
Ia tersenyum lalu mencium pipi kananku. Ya aku memang selalu percaya akan apa yg ia ucapkan. Ia berbohongpun aku akan tetap percaya, karna aku mencintainya.
Beberapa jam kemudian, aku merasakan tangan halus mengelus pipiku, membuatku terbangun.
"Hei tukang tidur! Bangunlah. Kita sudah tiba" ucap Keenan dengan suaranya yg pelan.
"Tiba?" tanyaku.
Ia mengangguk. "Irlandia" ucapnya.
Lalu beberapa penumpang turun satu persatu, aku dan Keenan memilih turun belakangan.
"Kita dijemput atau naik taksi saja?" tanya Keenan sambil merapihkan rambutnya dengan jari-jari lentiknya.
"Greg akan menjemput kita. Tunggu sebentar. Aku akan menelfonnya"
**
Home Sweet Home!
Setelah melewati perjalanan yg lumayan panjang, akhirnya aku dan Keenan tiba di Irlandia, di rumahku.
Aku membawa masuk koper dan ransel milik Keenan, Greg juga membantuku. Sedangkan Keenan, Ia hanya berlindung di belakangku. Ini memang pertama kalinya ia ke rumahku dan bertemu keluargaku. Mungkin nanti dia akan terbiasa dengan sendirinya.
"Come on in" ajak Greg.
Ia membuka pintu rumah dan...
DUARRR!!!!
"Welcome Home, Niall!" teriak beberapa orang yg menyambutku saat ini.
Ayahku, ibuku, Camilla-teman kecilku-, serta Denise yg menggendong jagoanku, Theo.
"Oh God guys. You surprised me!" Ujarku dan segera memeluk mereka.
"Hi, beautiful. How are you?" Tanyaku saat memeluk Ibuku, Maura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deserve
Fanfiction"Once you realize you deserve better, letting go will be the best decision ever" [One Direction's Fanfiction]