Keenan's pov
Aku bangun dari tidurku dengan kepala yg sangat sakit serta seluruh badanku yg terasa begitu lelah. Apa yg sudah ku lakukan? Mengapa tubuhku terasa sangat kelelahan?
Aku tidak ingat apapun. Yang kuingat terakhir kali yaitu pertengkaran Niall dan Harry. Lalu aku memisahkan mereka, tapi yg terjadi malah Harry meninju wajahku. Lalu aku jatuh dan-- aku tidak ingat apapun lagi.
"Ni-niall?" aku menoleh kearah pria berambut pirang ini, ia tertidur dengan posisi duduk dan menundukkan wajahnya. Aku mengelus rambutnya sehingga membuatnya terbangun.
"Keenan? Kau sudah siuman?" tanyanya dengan senyuman lebar, aku mengangguk.
"Ha-harry?" kemudian aku melihat Harry tertidur disofa yg panjang itu. Menggumamkan namanya, namun ia tidak kunjung bangun.
"Ssshhh" Niall menaruh telunjuknya dibibirku. Menyuruhku diam. "Biarkan dia tidur. Sepertinya ia lelah" ucap Niall, dan aku hanya mengangguk menurutinya.
Entah mengapa aku merasa ada yg janggal di diriku tapi aku tidak tahu apa kejanggalan itu.
Aku bangun dan merubah posisi tidurku menjadi duduk. Bersandar dengan bantal yg sangat nyaman ini.
"Biar ku bantu" kata Niall dan aku tersenyum membalasnya.
"Wait..."
Tidak. Aku meras-- aku sudah tau apa kejanggalan itu, aku-- aku meraba-- perutku.
Ya Tuhan.
"Ni-niall? A-apa yg sudah terjadi? Mengapa perutku--"
Niall menunduk dan itu membuatku semakin panik. Ya Tuhan aku benar-benar panik.
"Oh aku tahu, pasti anakku sudah lahir kan? Jadi aku melahirkan secara caesar? Oh haha ya tentu anakku sudah lahir. Sekarang dimana dia, Niall?" ujarku menebak-nebak, aku yakin anakku sudah lahir.
"Keenan" gumamnya dan Niall memelukku, sangat erat lalu aku mendengar suara tangisan yg sesegukan. Yap suara Niall. Aku tidak mengerti mengapa dia menangis.
"Mengapa kau menangis? Oh pasti kau senang kan karna sekarang sudah menjadi paman dari anakku?" tebakku lagi kemudian aku tertawa.
Aku tahu suara tawaku cukup aneh dan hambar, tapi aku hanya ingin menyembunyikan perasaan khawatir di diriku sebenarnya.
"Anakmu--" gumam Niall membuat jantungku 100x berdetak lebih cepat.
"Maaf, Kee. Tapi Harry dan aku sudah memilih kau yg akan di selamatkan. Bukan dia-- bukan anakmu"Aku merasa sebuah petir baru saja menyambar diriku, sehingga aku bagai tidak bisa mendengar dan berfikir untuk beberapa detik yg cukup panjang.
"Kau bercanda. Kau bercanda, Niall. Ini tidak lucu" lagi, aku memaksakan diriku tertawa. Tapi sial-- air mataku menetes saat aku berusaha melepas dari pelukannya, namun gagal. Niall tidak mau melepasku.
"Maafkan aku, Kee" bisiknya, membuatku benar-benar gila.
**
Harry's pov
Aku terbangun karna mendengar suara tangis dan teriakan seseorang. Membuka mata perlahan, aku melihat pemandangan yg tidak enak saat ini.
Niall memeluk Keenan dengan sangat erat, sementara Keenan menangis sejadi jadinya, aku yakin Niall sudah memberi tahunya. Baguslah, karna sebenarnya aku tidak akan sanggup untuk memberitahunya.
Aku tidak menegur mereka yg sedang berpelukan, dan Keenan yg sedang menangis dipelukan Niall.
"Ha-Harry?" gumam Keenan yg menyadariku bahwa aku sudah bangun. Aku menunduk. Sungguh aku tidak sanggup melihatnya menangis.
Untuk waktu yg cukup lama, akhirnya aku beranikan diri untuk menatapnya. "Harry apa yg kau lakukan dengan bayiku?" ia melepas paksa pelukan Niall.
Dan yg membuat aku panik adalah saat Keenan melepas selang infus yg menempel dilengannya. Aku segera berdiri, kulihat Niall juga berencana menghentikannya tapi gagal. Karna kali ini Keenan lebih kuat.
Ia menghampiriku.
"Fuck you, Harry! I hate you! What you doin' with ma baby? Huh? Our baby, asshole! Remember?"
"I'm sorry, Kee. Really." ucapku dengan suara parau.
"Kau jahat Harry. Sumpah demi Tuhan aku membencimu-- dan kau juga, Niall!" ia terlihat begitu marah saat menunjuk kearahku dan Niall. "Mengapa kalian tidak membiarkan aku saja yg mati?!"
"Karna aku tidak siap untuk kehilanganmu!" Aku memeluknya. "Apa kau tidak mengerti?"
Dengan seluruh tenaga, ia berhasil melepas pelukanku. Ya Tuhan ia benar-benar kacau kali ini. Aku mengerti seperti apa rasa sakit dihatinya aku juga merasakan. Tapi apa yg bisa kulakukan lagi selain ini?
Ia mulai mengamuk, menjatuhkan beberapa barang yg ada di rak kecil itu. Vas bunga itu jatuh dan pecah berkeping-keping setelah dipecahkan olehnya. Lalu ia mengambil sekeping beling dari pecahan vas tersebut, dan aku tahu apa yg akan dia lakukan.
Aku langsung menepis tangannya.
"Lepaskan aku, Harry. Biarkan aku mati. Aku ingin bertemu anakku. Lepaskan aku!"
Aku tetap memeluknya dari belakang agar ia tidak bisa bergerak. Sedangkan Niall segera keluar memanggil dokter. Sekitar 3 menit kemudian, Niall datang bersama dokter dan 2 suster.
"Tolong baringkan ia dikasurnya" suruh dokter itu dan aku mengangguk.
Dibantu oleh Niall aku menggendongnya menuju ke kasur itu. Ia tetap berteriak dan memberontak, Niall hampir terkena tendangan kakinya. Dengan sigap, aku memegangi tangan kanannya, Niall memegangi tangan kirinya.
Kedua suster itu berusaha mati matian memegangi kaki Keenan yg selalu berusaha menendang. Lalu, dokter itu menyuntikan sesuatu ketubuh Keenan, kurasa itu obat tidur atau penenang atau semacamnya.
Keenan menangis sejadi jadinya. Aku tidak kuat melihatnya seperti ini.
Aku melihat Niall terus-terusan menangis dan mengelus rambutnya berusaha menenangkan Keenan. Terlihat sekali ia sangat tulus mencintai Keenan.
Sedangkan aku? Aku baru sadar kalau sekarang aku benar benar mencintainya.
Dan aku tidak akan membiarkan Niall mengambilnya dariku.
Semakin lama, teriakan dan tangisannya pun semakin pelan dan perlahan berhenti. Ia langsung tertidur, kurasa obat yg ada disuntikan itu sudah masuk kedalam tubuhnya.
**
LEAVE YOUR VOTES AND COMMENTS. PLEASE
KAMU SEDANG MEMBACA
Deserve
Fanfiction"Once you realize you deserve better, letting go will be the best decision ever" [One Direction's Fanfiction]