"Here we are!!!!" Harry melepaskan sebuah kain panjang yg mengikat dibelakang kepalaku, membuat kedua mataku bisa melihat semuanya dengan jelas. Aku menyapu seluruh pemandangan disekitarku.
"Paris?" Aku terlonjak ketika melihat menara Eiffel berdiri tegak dihadapanku. Ia mengangguk sambil memasang senyuman bodohnya. "Kau mengajakku ke Paris?" ia mengangguk lagi.
Sungguh, aku tidak terfikirkan jika ia membawaku ke Paris. Kufikir ia hanya akan membawaku ke sekitar USA.
"Are you happy?" tanyanya kemudian merangkul bahuku. Apa dia bercanda? Tentu saja aku senang! Aku mengangguk lalu dengan tiba-tiba-- ia mencium keningku.
Harry. Mencium. Keningku.
Uhm, oke aku tidak bermaksud untuk pede tapi-- oh ayolah! Siapa yg tidak senang jika dicium oleh seorang Harry Styles?
**
Aku tiba di Paris pada siang hari, dan itu tidak membuatku juga Harry kelelahan. Setelah menaruh beberapa koper dan ransel kedalam apartemen, kami memutuskan untuk kuliner disini.
"Kau akan mengajakku kemana?" ia mengangkat bahu.
"Aku mengantuk" keluhnya dan ia menguap.
Ah sial, baiklah akan kuralat. Aku memang tidak kelelahan, tapi Harry sepertinya sangat lelah sehingga ia mengantuk.
Baiklah aku mengalah. Padahal aku ingin sekali kuliner siang ini. Ia meminta supir taksi untuk memutar balikkan arah menuju apartemen lagi.
"Sorry, Kee" aku tersenyum setelah menjawab "its ok" padanya.
Sampai di penginapan, Harry tertidur.
Benar apa kataku, ia sangat lelah karna perjalanan hari ini. Aku melihat jam dinding yg menunjukkan pukul 4 lewat 15 sore.
Tubuhku terasa gatal dan lengket, aku memutuskan untuk mandi saat ini.
**
Harry's pov
Aku terbangun karna jam weaker sialan ini berbunyi saat jarum jam panjang dan pendek menunjuk ke angka 6. Sudah petang, rupanya?
Dan-- hoaamm, rasanya aku sangat puas sekali tidur sore ini walaupun hanya 2 jam.
Aku beranjak dari kasur ini dengan malas-malasan, lalu berjalan mencari seseorang. Siapa lagi kalau bukan Keenan?
"Keenan?"
"Hey, i'm here!" teriaknya dari arah-- dapur?
Aku berjalan menghampirinya yg sedang mempersiapkan beberapa bahan makanan. Sepertinya untuk makan malam nanti. Lebih baik, aku menghentikannya.
"Apa yg kau lakukan?" protesnya saat aku mengambil dan menyembunyikan pisau ini ke belakang tubuhku.
Memang sedikit thriller tapi sungguh aku tidak bermaksud apa apa. Aku hanya ingin ia berhenti melakukan aktifitas potong memotongnya. Aku akan mengajaknya dinner malam ini. Sudah lama aku mempersiapkan rencana ini, tidak mungkin aku membiarkan rencana ini gagal.
"Cepat pergi mandi" adalah satu satunya kalimat yg kuucapkan saat menjawabnya.
"Tapi, aku sudah..." aku mendorong punggungnya. "Aku sudah mandi!" teriaknya dan berusaha menghindari tanganku yg mendorong punggungnya.
"Oh" ya, hanya oh.
"Kau aneh. Minggir!" katanya lalu berusaha menyingkirkanku dari hadapannya, tapi sepertinya percuma.
"Kita akan makan malam diluar. Cepat bersiap siap!"
**
Keenan's pov
"Pssh...pssh..."
Sentuhan terakhirku, parfum Channel ku semprotkan ke seluruh bagian dressku ini. Aku melangkah menuju ruang Tv dimana Harry sedang duduk disofa-- menungguku.
Ia berdiri setelah melihatku, memandangiku dari atas kebawah dari bawah keatas secara berulang ulang. Lalu membuat senyuman-- nakal dibibirnya. Aku tidak mengerti maksud senyuman dan tatapan cabulnya itu.
Karna aku juga terpaku, lebih tepatnya terpanah oleh seseorang yg ada di hadapanku. Pria yg membiarkan rambut curlynya itu jatuh dan hampir menutupi sebelah matanya, memakai jas hitam, kemeja putih, dasi hitam dan celana hitam serta sepatu hitamnya.
Kau pasti bisa membayangkan keindahan orang ini, apalagi dengan menatap mata hijaunya yg memantulkan sinar seterang itu.
"You ready?"
"Menurutmu?"
**
Setelah berada dilantai bawah, aku mulai bingung. Harry terus berjalan menggandengku. Satu satunya yg ada di otakku saat ini adalah "Dimana mobil yg akan kami naiki?"
"Harry, uhm dimana mobilnya?" aku mendongak kearahnya.
"Mobil? Kita perginya tidak naik mobil" jawabnya sangat santai bahkan ia masih tetap lurus menatap kedepan.
"Lalu?"
"Jalan kaki"
Jalan kaki? Lalu kenapa ia tidak bilang dari tadi? Maksudku ya memang apartemen kami tidak jauh dari menara Eiffel dan disana juga banyak restauran yg keren, tapi jika tahu akan berjalan kaki, pasti aku tidak akan memakai high heels bodoh ini.
**
"Bagaimana makanannya?" Harry bertanya ketika kami selesai makan, aku hanya mengangkat kedua bahuku.
Ya tentu karna tidak tahu harus jawab apa. Makanannya memang enak, tapi-- aku tidak nyaman disini. Dari awal aku dan Harry datang, semua orang disini memperhatikanku. Tatapan mereka sungguh tidak bisa aku baca.
Mungkin yg ada difikiran mereka saat ini adalah "Bagaimana bisa seorang wanita hamil makan malam bersama Harry Styles?".
Ya aku tau ini gila, tapi kenyataannya memang Harry lah ayah dari anak yg ada diperutku saat ini.
"Harry?"
"Ya?" ia menegak minumannya hingga habis lebih dulu.
"Kau sadar tidak, daritadi orang orang sialan ini memperhatikan kita? Kenapa ya?" aku berbicara sepelan mungkin dengannya.
Walaupun dengan bahasa Inggris tapi mana tahu kalau nantinya ada beberapa orang yg mengerti bahasaku. Maksudku, pasti mereka mengerti.
"Oh ya? Aku tidak sadar. Sudah tidak usah kau fikirkan"
"Tapi, aku risih tahu!" keluhku dan ia hanya terkekeh. "Aku serius, ini tidak lucu" aku sedikit menggebrak meja. Tapi dengan sangat pelan.
"Hufff baiklah. Lupakan saja, Kee. Mungkin mereka kaget melihatku dinner dengan wanita hamil yg cantik sepertimu"
**
LEAVE YOUR VOTES AND COMMENTS. THANKS
KAMU SEDANG MEMBACA
Deserve
Fanfiction"Once you realize you deserve better, letting go will be the best decision ever" [One Direction's Fanfiction]