Chapter 5

6.6K 507 1
                                    

Niall Horan

"I don't know maybe it's-- Styles"

Apa? Apa aku tidak salah dengar?

"Haha kau lucu sekali, Kee. Lelucon yang lumayan" ujarku dan aku tertawa, aku tau tawaku hambar. Tapi, bukankah jokes-nya memang lumayan? Lumayan membuatku panik.

"Uhm, sebenarnya aku tidak bercanda" ia menunduk. Entah apa yg menarik dari kolam ini, sehingga ia selalu memandangnya. Yang jelas, aku mendengar suaranya sangat serius. Sangat amat serius. Aku takut jika ia benar-benar-- "Niall, aku hamil"

Dan yang sedari tadi aku takuti pun ternyata terjadi. Okay, kali ini sudah tidak lucu lagi. Apa maksudnya? Dia hamil? Keenan hamil? Lelucon apa ini?

Tidak. Ini tidak mungkin.

"Apa? A-apa maksudmu?" tanyaku dengan nada yang sedikit tinggi, berhasil membuat ia menoleh ke arahku dan menjawab dengan satu nama.

"Harry"

"Harry?" aku mengulangi jawabannya dengan nada pertanyaan. Ia mengangguk kecil membuatku frustasi. "Oh c'mon Keenan, aku benar benar tidak mengerti" aku melarikan tangan kananku ke rambutku membuat mereka kini sedikit berantakan. Kepalaku sakit mendengar penjelasannya yang begitu mendadak ini.

Aku tau aku tidak seharusnya panik, khawatir, sedih dan marah seperti ini. Tapi aku mencintainya, okay? Aku mencintai Keenan dan sekarang Ia malah menatapku dengan tatapan sendu itu kemudian berkata. "Berjanjilah kau tidak akan bilang pada siapapun?"

Sungguh sialan. Ia sungguh-sungguh dan tidak bercanda. Fuck Harry.

**

Harry Styles

Aku sedang mengajak Taylor makan malam di sebuah restoran yang mewah. Aku tau, Taylor akan menolak kalau aku membawanya ke sebuah restoran yang terbilang biasa saja. Tidak seperti Keenan yang mau diajak makan dimanapun, asalkan bersamaku.

Oh ayolah, Harry. Berhenti membanding-bandingkan mereka berdua!

"Harry, are you ok?" Taylor melambaikan tangannya di hadapanku dan membuatku tersadar. Rupanya dia menyadari bahwa aku sedang melamun.

"Ah-uhm im ok, huney" jawabku kemudian berdeham, suaraku serak sekali saat ini.

"Uhm, bagaimana jika kita pulang saat ini?" ajaknya. Kami memang sudah menghabiskan makanan kami sekitar setengah jam yg lalu, dan kami juga mengobrol banyak hal tentang karir kami masing-masing.

Aku mengangguk kemudian memanggil pelayan disini, dan membayar makanan dan minuman yang kami pesan. Kami berdua keluar restoran setelah itu, aku membukakan pintu mobil untuk Taylor dan Ia segera masuk setelah mengucapkan terima kasih kepadaku. Taylor meminta untuk berkunjung ke rumahku dan tentu saja aku tidak keberatan. Bagaimanapun Ia kekasihku, aku akan dengan senang hati mengajaknya ke rumahku.

Setelah sampai, aku memakirkan Range Rover hitamku, lalu kami berduapun masuk kedalam rumah.

"Keenan masih tinggal disini bersamamu?" Tanyanya saat kami baru saja masuk ke ruang tamu, aku tertegun saat mendengar pertanyaannya. Sungguh, aku sangat risih dengan pertanyaan itu. Maksudku, Ia sering bertanya seperti itu tapi aku bingung harus menjawab apa. Aku seperti-- serba salah, kau tau?

"Uhm ya" jawabku sesingkat mungkin.

Ia hanya tersenyum, dan senyuman itu bukan senyuman bahagia seperti senyuman yang ia lemparkan saat kami sedang kencan atau memakan ice cream berdua di kedai ice cream kesukaan Taylor.

Deserve Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang