Chapter 20

5.1K 396 8
                                    

Keenan's pov

Aku dan the boys --kecuali Harry-- pagi ini sedang lari pagi bersama. Hanya jogging di sekitar perumahan dekat basecamp. Oh ya, Zayn mengajak Perrie juga.

"Aku tidak percaya Harry membohongi kau dan juga mereka" kata Perrie yg kini sedang tepat di sebelahku. Ia menoleh ke belakang,  the boys sedang berlari dibelakang kami.

"Aku juga tidak percaya. Biarlah" Perrie berhenti sebentar, akupun mengikutinya.

"Kenapa kalian berhenti?" tanya Liam.

"Kalian duluan saja" balas Perrie sambil mengikat rambut panjangnya. Sedangkan aku mengikat tali sepatuku. Liam mengangguk lalu mereka melanjutkan jogging-nya.

"Ayo kita lari lagi!" ajak Perrie, aku mengangguk kemudian berlari kecil bersamanya.

"Bagaimana dengan Niall?" tanya Perrie dengan senyuman jahilnya, aku tergelak.

"Aku tidak tau. Dia begitu-- uhm, membingungkan?"

"Benarkah?"

"Hu-uh"

"Membingungkan bagaimana?"

"Aku juga tidak mengerti, kadang aku nyaman didekatnya, sama sepertiku di dekat Harry. Aku tau ia mencintaiku, hanya saja ia belum menyatakannya padaku"

Tanpa disadari selama kami mengobrol, kami malah berjalan santai dan tidak lagi berlari seperti yg lainnya. Sesekali aku meminum air mineral ini, dan mengelap keringat dengan sapu tangan yg ada di pundakku.

"Apa kau mencintainya?" tanyanya, aku tergelak lagi.

"Ak tidak tahu, sedikit mungkin?"

"Keenan, Perrie! Cepatlah jangan mengobrol terus, bisa-bisa kita tidak jadi sarapan nih!" teriakan Louis memecahkan pembicaraanku dengan Perrie.

**

Niall's pov

Ah, aku tidak betah dengan penuh keringat seperti ini. Aku berdiam sebentar, kemudian bergegas mandi. Lalu aku keluar dengan tubuh yg sangat segar serta harum dan bersih tentunya.

Hah... Rasanya segar sekali.

Aku mengambil tshirt putih polos ku dan celana panjang training hitamku. Sangat simple memang. Aku hanya nyaman memakai baju dan celana ini.

"Hei!!!" Perrie dan Zayn mengagetiku dari belakang. Pasangan ini memang sangat jahil. Sama seperti Louis, untung saja Ele orangnya pendiam tidak seperti Perrie.

"Kalian mengejutkanku!"

Zayn duduk disampingku. Perrie juga. Jadi aku ada diantara mereka berdua. Seperti penengah saja.

"Apa yg akan kalian lakukan?" tanyaku berpura pura panik.

"Mengintrogasimu" jawab Perrie. Zayn menaikan kedua alisnya dan Perrie tersenyum lebar. Wah, sepertinya aku akan panik sungguhan.

"Introgasi apa?" tanyaku dan segera bangun dari kursi ini, lalu Zayn malah mendorong pundakku ke bawah sehingga aku kembali duduk.

"Pasangan yg aneh" gumamku.

"Niall, jawab pertanyaanku dengan cepat" perintah Perrie disertai anggukan Zayn.

"Pertanyaan apa?"

"Jawab saja, kalau kau lama menjawab, Zayn akan mencabut bulu kakimu dengan benda itu" Zayn menunjukkan sebuah lakban hitam. Oh God.

"Aku tidak mau!" balasku. Lalu zayn mulai membuka lakban tersebut.

"Ah, oke oke. Aku akan menjawab apapun pertanyaan sialan kalian nanti" ucapku pasrah.

Deserve Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang