Keenan's pov
Semenjak kejadian itu, 2 minggu yg lalu itu membuat kehidupanku berubah drastis sekarang. Hidupku hancur. Aku kehilangan bayiku.
Aku selalu berusaha melanjutkan hidup senormal mungkin, tapi tidak mudah. Kini aku masih menjadi asisten Harry dan masih tinggal dirumahnya. Untungnya mereka, One Direction sedang cuti 3 bulan untuk tour mereka selanjutnya jadi, aku tidak terlalu bekerja banyak belakangan ini.
**
Niall's pov
Aku menekan berkali kali bel pintu rumah Harry ini. Tapi tidak ada jawaban. Apa Keenan juga sedang diluar? Sepertinya tidak.
Aku mendesah pasrah, baiklah bukan maksudku tidak sopan, tapi sebaiknya aku masuk saja kerumah ini, dan ternyata benar saja-- tidak dikunci. Aku masuk melewati ruang tamu yg sangat luas menuju kelantai atas. Tepatnya, kamar Keenan.
Louis bilang Harry sedang ke Holmes Chapel karna ibunya sedang sakit. Tanpa fikir panjangpun aku segera kesini untuk menemani Keenan.
"Keenan?" panggilku, berteriak memanggilnya. Tapi tidak ada jawaban. Aku langsung membuka pintu kamarnya, hanya sedikit.
Aku melihat Keenan sedang duduk menghadap ke jendela yg menampakkan pemandangan indah dipagi hari. Kedua sikunya menopang dagu.
"Hi, Keenan?"
Keenan menoleh saat mendengar suaraku, terlihat jelas dia sangat berantakan sekarang. Wajahnya pucat tidak seperti biasanya yg selalu terlihat fresh dan cerah. Rambutnya kusut dan berantakan, tapi ia masih terlihat cantik menurutku.
"Hei, apa yg kau lakukan?" tanyaku lalu menghampirinya, mengambil kursi lain dan duduk disebelahnya sambil ikut memandang apa yg sedang dipandangnya.
"Tidak ada. Hanya-- melamun, kurasa" jawabnya kemudian terkekeh. Keenan diam untuk beberapa detik sebelum berkata. "Aku rindu" katanya.
"Aku juga" jawabku asal, ia menoleh dengan senyum kecilnya. "Kau merindukanku? Tenang saja, aku disini sekarang. Denganmu"
"Tidak" balasnya sambil menahan tawa, aku berpura-pura marah dengan memajukan bibirku. Alhasil, dia tertawa, membuatku lega melihatnya.
"Aku rindu bayiku" lanjutnya, kali ini raut wajahnya berbeda.
"Keenan, aku tau ini sangat sulit untukmu" Keenan tampak mendengarkan. "But please, you need to move on! Kamu tidak bisa dan tidak terpuruk seperti ini terus"
"Tidak segampang itu Niall."
"Aku mengerti"
"Aku bahkan belum tau calon bayiku laki-laki atau perempuan" balasnya dengan nada frustasi yg kentara jelas.
"Laki-laki atau perempuan itu tidak penting, yang terpenting ia sudah bahagia di surga. Dan ia akan bertemu dengan ibunya suatu saat nanti."
Yatuhan, Niall bagaimana bisa kau sebijak ini?
"Maksudmu aku akan cepat meninggal? Begitu?" sahut Keenan dengan tampang marahnya yg dibuat-buat. Padahal aku bicara serius dengannya tapi sepertinya ia mulai bergurau.
"Tidak. Tidak begitu maksudku"
"Niallll..... Kau menyumpahiku, hm? Menyebalkaaannn!" ucapnya sambil memukuli pundak juga lenganku.
"Aww" ringisku berpura pura kesakitan karna pukulannya.
"Kau berlebihan, Niall!" ia mendorong tubuhku cukup kuat, bahkan hingga aku terjatuh dari kursi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deserve
Fanfiction"Once you realize you deserve better, letting go will be the best decision ever" [One Direction's Fanfiction]