Dipagi hari yg kurang cerah, kedua pasangan yg belum resmi ini sibuk dengan barang barang dan alat mereka masing masing. Ya. Harry dan Keenan, mereka akan pulang hari ini ke London.
Sebenarnya liburan mereka masih ada 2 hari lagi, tapi management meminta Harry untuk segera pulang karna ada meeting mendadak. Harry tidak tau mereka akan membicarakan apa di meeting nanti, tapi jika pembicaraan itu tidak begitu penting-- Harry akan membunuh siapapun yg menelfonnya untuk segera pulang, beberapa menit yg lalu.
"Harry, kau lihat dimana sikat gigiku?"
"Tidak, Keenan-- hey! Kau tahu dimana aku menyimpan topiku?"
"Tidak. Aku sedang sibuk, jadi tolong cari sendiri, oke?"
Tidak ada suara teriakan yg saling membalas lagi setelah itu, mereka benar-benar tenggelam dalam kesibukkan masing-masing. Sampai pada akhirnya, Harry memecah keheningan (lagi).
"Keenaaannn, bantu aku menutup resleting ini!!!"
"Tidak bisa, Harry. Lupakan saja koper sialan itu, cepat kemari bantu aku mencari sikat gigiku!" teriak Keenan yg sedang berada dikamar mandi. "Oh Tuhan, Harry! Ternyata bukan hanya sikat gigiku yg hilaaang, peralatan mandiku hilang semua aarghhhh, Harryyyy!!!!"
Begitulah kekacauan yg terjadi diantara mereka sekarang.
**
Harry's pov
Aku dan Keenan akhirnya tiba dibandara setelah tadi pagi ada permasalahan sedikit, mungkin bisa dibilang banyak. Dan akhirnya aku bisa menutup resleting koper sialan ini, Keenan juga menemukan peralatan mandi dan topiku.
Sekarang yg ku khawatirkan adalah kandungannya. Maksudku, ia sedari tadi bolak-balik juga mondar-mandir mencari ini-itu. Pasti ia kelelahan.
"Here" aku memberikan sebotol air mineral dingin kepadanya. Ia merebut dan menenggaknya hingga habis, membuatku melongok. "Sehaus itu?" tanyaku tanpa mengedi, ia tertawa kecil.
"Kee, kau tahu seharusnya kau tidak perlu menuruti permintaan management, sehingga kita bisa pulang lusa" ujarku sambil memikirkan lagi-- betapa sayangnya waktu liburan kami yg terbuang, ia langsung menatapku dengan tatapan membunuh membuat nyaliku melemah. "Apa?" tanyaku yg merasa terancam.
Tapi, suaranya melemah. "Aku hanya mau memberikan yg terbaik untukmu, Harry"
**
Heathrow airport.
Aku menyusuri jalan menuju pintu keluar bandara ini. Tidak bisa ku pungkiri, ramai sekali. Tidak sedikit yg memintaku berfoto dengan mereka-- para fans.
"Aku tunggu didepan saja, okay?" Keenan mengibaskan satu tangannya lalu pergi meninggalkan aku yg sedang berfoto dengan beberapa fans. Lama kelamaan Keenan menghilang dari pandanganku. Para fans yg tadi bergerombolan juga mulai menyebar, tidak menggerubungiku lagi.
Syukurlah.
Aku melanjutkan langkahku menyusul Keenan, lalu tidak sengaja tubuhku menabrak punggung seseorang. Ini karna aku terlalu mempercepat langkahku.
Aku menoleh dan--
"Uhm, sorry Miss-- Taylor?"
"Harry?"
Yap. Aku bertemu dengan kekasihku, Taylor di Heathrow. Kami saling pandang dan aku menatap beberapa koper yg dibawanya.
"A-apa yg kau lakukan disini?"
Oke, Styles! Kau tau itu pertanyaan bodoh?
"Aku akan ke China, promosi album baruku dan mengadakan konser didua kota disana. Bagaimana denganmu, kau mau kemana?"
Baiklah, ini sangat amat bodoh tapi percayalah-- aku lupa memberi kabar padanya kalau aku pergi dengan Keenan, walaupun hanya 2 hari.
Bagaimana bisa aku lupa?
"Aku baru saja sampai. Dari Paris. Dengan Keenan"
Air wajahnya berubah, yg tadinya terlihat senang melihatku sekarang berubah menjadi agak-- kecewa mungkin?
Astaga, Harry. Kau menyakitinya.
"Uhm, baiklah sepertinya aku akan segera berangkat."
**
Aku kembali mengemudikan mobilku ke kantor management setelah mengantar Keenan ke rumahku. Aku sengaja tidak mengajaknya karna aku tau ia kelelahan dan aku menyuruhnya untuk istirahat.
Sampai disana, aku bertemu dengan yg lainnya.
"Hey mate! Bagaimana kabarmu?" tanya Louis yg berada tepat disampingku saat ini.
"I'm fine, Lou"
Menyadari bahwa aku sedang tidak mood, Louis hanya mengangkat bahunya. Mungkin dia tau kalau aku benar-benar lelah saat ini.
"Harry, dimana Keenan? Tumben dia tidak ikut? Kudengar kalian baru pulang dari Paris?"
Kalau masalah Keenan siapa lagi yg bertanya tentangnya kalau bukan irish boy ini? Yap. Niall.
"Ya, kami memang baru sampai. Aku sengaja tidak mengajaknya karna sepertinya ia kelelahan aku hanya tidak ingin dia kenapa-kenapa" jelasku sambil memainkan Iphoneku mencari kontak telfon Taylor. Karna di Heathrow tadi aku sempat berjanji akan menghubunginya.
"Apa? Maksudku-- apa dia baik-baik saja?" tanya Niall dengan wajah khawatirnya.
"She's fine. Ia hanya kelelahan dan aku tidak mengajaknya karna aku tidak mau dia kenapa-kenapa. Itu sa--"
"Aku akan kembali secepatnya"
Sialan.
Niall memotongku, dasar tidak sopan! Ia langsung menyambar kunci mobilnya yg tergeletak di meja kaca ini. Lalu menghilang dari pandangan kami, dan ia tidak menghiraukan aku dan the boys yg terus memanggilnya.
Padahal meeting akan dimulai setengah jam lagi.
**
Keenan's pov
Aku terbangun karna ada bunyi bel dari pintu. Siapa sih? Menggangguku tidur saja. Apa mungkin Harry? Tidak mungkin. Ia pasti sedang meeting sekarang. Aku membuka pintu itu dan mendapatkan--
"Ni-niall?" ia melambaikan tangannya kepadaku. "Apa yg kau lakukan disini?" tanpa kusuruh masuk, ia sudah masuk dengan sendirinya. Sopan sekali.
"Nothing. Apa aku tidak boleh menemanimu disini?" ia berjalan membelakangiku menuju ruang Tv. Duduk disofa dengan santainya dan menggonta ganti acara Tv seakan ini adalah rumahnya. Sedangkan aku, aku duduk disebelahnya.
"Niall, bukankah kau harusnya sekarang sedang meeting?" aku bertanya.
"Aku malas. Disana membosankan" jawabnya enteng tanpa melihat kearahku.
"Niallll, kau seharusnya berada disana. Bukan disini denganku!" aku memukul lengannya namun dengan sigap ia menangkis dan mendapatkan lenganku. Meraba dengan jemarinya yg semakin lama malah menggenggam erat jemariku.
"I'm just worried about you" katanya dan menatapku sangat dalam. Tatapannya seperti memohon dan berkata 'jangan usir aku'.
Ia menatap mata biruku lekat lekat. Sehingga semakin lama aku bisa merasakan nafasnya yg memburu. Aku bisa mendengar detak jantungnya yg cepat, hidung kami bersentuhan. Ya Tuhan, apa ia akan menciumku?
"Your insecure, dont know what for..."
Dering ponsel bodoh itu berbunyi sehingga membuat kami berdua sadar dan akhirnya aku bertingkah salah-- maksudku aku jadi salah tingkah, begitu juga Niall yg selalu tersenyum dan menggaruk tengkuk lehernya yg padahal tidak gatal itu. Apa dia juga merasakan malu sepertiku?
"Uhm, ok ok i'll be there in ten minutes!" ucap Niall menjawab seseorang yg menelfonnya. Sepertinya ia akan kembali ke kantor untuk ikut meeting.
**
LEAVE YOUR VOTES AND COMMENTS. THANKS
KAMU SEDANG MEMBACA
Deserve
Fanfiction"Once you realize you deserve better, letting go will be the best decision ever" [One Direction's Fanfiction]