"Ting...Tong...Ting...Tong.." Bel sekolah berbunyi, pertanda waktunya untuk pulang sekolah."Hey, Rin!" Sahut gadis berambut tosca dengan kegirangan.
"Hmm? Kenapa, Miku?" Tanya ku pada teman pertamaku yang bernama Miku tersebut.
"Syukurlah aku satu kelompok dengan mu. Kalau begitu, boleh kan kerja kelompoknya di rumahmu? Ya? Ya?"
Aku memutar kedua bola mataku, sebenarnya aku mau menolaknya.... Karena aku punya suatu rahasia yang bahkan sangat konyol jika orang-orang mempercayainya. Hanya saja... Aku tidak bisa, aku tak bisa menolaknya... Miku adalah teman keduaku... Jadi aku mengangguk kan kepalaku. Dan menyunggingkan senyuman kecil supaya dia tidak tersinggung
"Oke... Tapi inget ya! Jangan macem-macem." Tegasku padanya. Lalu dia mengangguk dengan senyuman.
"Yeee!! Sudah lama aku ingin ke rumahnya Rin!!"
_______
Kami mengobrol panjang lebar di sepanjang perjalanan. Seperti...
"Ne, ne, Rin... sudah lama aku ingin menanyakannya..."
"Emangnya ada apa?" Tanyaku pada gadis cantik berambut tosca tersebut.
"Apa kamu pernah suka sama seseorang??"
Mendengar pertanyaan itu, seketika aku terdiam, kami terdiam, hanya suara langkah kaki dan suara mobil berlalu- lalang yang menemani telingaku.
"A- Ah!! Gausah dijawab kok! Jika itu adalah rahasiamu..." Ujar Miku sembari menggoyang-goyang kedua tangannya dengan gugup.
"Nanti kuberitahu, kok! Tenang saja..." Jawabku sembari tersenyum.
Tanpa terasa obrolan kami telah membuat waktu perjalanan pulang sekolah ini begitu cepat. Akhirnya aku sampai ke rumah... Kosongku.
"Waaahh... Rin... Rumahmu gede banget... aku jadi malu bertemu dengan...--"
"Tenang aja kok, Orang tuaku gaada di rumah." Potongku pada kalimatnya.
"E-Eh?! Mereka kemana?"
"Mereka telah mati." Jawabku sembari menatap wajahnya, yang kini berubah menjadi ekspresi rasa bersalah.
"W-Wahh!! R-Rin... Maaf yahh.. aku udah nanya yang begituan... Aku benar-benar nggak tau malu nanya kayak gitu..." Keluh Miku pada dirinya sendiri.
Aku benci jika temanku, bahkan sahabatku menunjukkan raut wajah seperti itu.
"Udahlah Miku... Gapapa kok! Itu bukan salahmu..." Jawabku dengan menunjukkan deretan gigiku yang putih ini, hehehe.
"T-tapi..." Tuturnya sembari menunduk gugup.
"Udah udah... yuk, masuk aja."
Aku pun menarik tangannya untuk memasuki rumahku yang bahkan pintunya masih dikunci. Jadi aku harus mencari kunci yang kusembunyikan, supaya tidak ada maling.
"Krieeet..." Pintunya berdecit seraya kubukakan secara perlahan.
"Aku pulang..." Sahutku pada rumah kosong yang merupakan rumahku sendiri.
Maksudku, sekarang aku tinggal sendirian di rumah ini.
"Selamat datang, Rin!" Sambut Miku dengan hangatnya. Kami hanya terkekeh kecil melihat tingkahnya ini.
"Ada-ada aja kamu."
Ku senggol Miku dengan sikutku. Hanya sebagai candaan. Tawa kami bergema di ruang tamuku.
"Jadi, kita ngerjain tugasnya dimana?" Tanya sahabatku yang sedang menatap ke langit-langit dengan raut berpikir di sebelah ku.
"Di... ermh... di... sini?" Jawabku ragu.
"Ugh... baiklah..." Jawabnya dengan pandangan wajah yang kecewa. Lalu seketika wajah itu berubah menjadi ekspresi semangat dan ceria.
"Gimana kalau kerjanya di kamarmu? Aku penasaran nih... gimana rupa kamarnya Rin yang imut ini..."
Aku menelan ludah ku seraya mendengar penawarannya. Apapun jangan itu plis...
"Gaboleh. Cukup duduk manis saja disini. Akan kubawakan cemilan untukmu."
Kutinggalkan sahabatku yang populer itu di ruang tamu ku seorang diri. Kuharap dia tidak menyentuh apapun...
"Waahh... Rin, kamu lagi nabung ya...?" Tanya gadis itu dari kejauhan.
Aku sedikit khawatir sih, tapi posisi celenganku kan ada di lemari ruang tamu ku. Jadi kubiarkan saja dia melihat-lihat.
"Huwaa!! Rin!! Boneka apa ini?! Besar banget!!" Serunya dengan suara yang sepertinya sangat terkesima.
Aku cukup keheranan mendengar teriakan yang dikeluarkan dengan suara indah miliknya tadi. Karena seingatku, aku kan gapernah punya boneka. Bahkan dari kecil aku gapernah main boneka. Aku seringnya main game PSP saja. Apa maksudnya... oh.. itu ya.
Untuk beberapa detik ku biarkan saja. Tapi seketika mataku terbelalak lebar mengingat hal yang tadi. Dan langsung berlari menuju arah kamarku.
...Dan... Dugaanku benar! Sejak kapan dia ada di kamarku?! Bahkan langkah kakinya pun tidak terdengar!!
"Hey, Rin, boneka apa ini?! Mirip banget sama orang asli..."
Aku mematung di tempat. Hanya menatapnya dengan keringat dingin mengalir di pelipisku.
"Waah... wajahnya mirip banget sama kamu... pasti ini mahal..."
Miku mulai meraba-raba rambutnya... perasaan geram ada di hatiku. Tapi di saat bersamaan tenggorokanku mengering.
"Apa ini kulit asli--"
"J-jangan sentuh!!"
Aku langsung berteriak dan loncat ke kasur tempat yang dia sebut boneka itu berada saat Miku mulai mencubit pipinya. Aku loncat layaknya orang gila.
"E-Eh...? Rin?? Kamu kenapa?" Tanyanya dengan keheranan. Matanya berkedip-kedip seraya mengatakan pertanyaan itu.
"I-Ini... sebenarnya ini... ini..." Ujarku sembari memeluk yang dia sebut boneka yang berukuran layaknya manusia ini. Otakku berputar untuk mencoba menjelaskannya.
"Kenapa, Rin? Jika ada masalah, ayo ceritakan padaku." Tuturnya sembari mengelus rambut pendek ku.
"S- Sebenarnya... ini... bukan... boneka..." Jelasku padanya.
"H- He? Apa yang barusan kau bilang?" Miku terlihat kebingungan saat ini. Jadi apa boleh buat...
Aku menghela nafas ku, lalu menarik nafas ku. Bersiap untuk bicara panjang dan lebar.
"Ini memang terdengar konyol...Terserah kalau kamu mau percaya atau tidak. Tapi sebenarnya..."
Yaah... Mau bagaimana lagi? Sepertinya tidak ada salahnya kan jika aku menceritakannya pada sahabatku sendiri? Lagipula aku sudah mempercayainya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me!
FanfictionAku akan senang jika melihatmu berkembang, dan juga bahagia.... Tapi aku tidak bisa... Setidaknya, berbahagialah... Disclaimer: Vocaloid dan anggota-anggotanya bukan milik saya :'v gambar-gambar bagus yang saya pasang di cerita jg bukan milik saya...