Fever

508 60 13
                                    

Hujan.

Ya, Hujan turun dengan derasnya. Dan sampai saat ini, Len belum juga kembali! Kemana dulu dia?! Bahkan sudah seharian lamanya. Mungkin enam jam lamanya. Dan dia belum juga kembali!

Aku sangat cemas. Bagaimana jika dia ditabrak lari? Bagaimana jika dia diculik? Bagaimana jika dia konslet? Bagaimana jika dia dibunuh? Bagaimana jika dia tersesat? Semua pertanyaan berputar di benakku. Aku takut. Dia pergi terlalu lama. Bahkan rumah yang ia cari saat ini, mereka dekat dengan rumahku. Kenapa sampai selama ini?!

Aku terus menunggu, menunggu, dan menunggu. Sudah terlalu lama aku menunggu. Jadi aku memutuskan untuk mencarinya--

"Tok tok tok." Suara ketukan pada pintu kayu milikku. Meskipun suaranya lemah, telingaku cukup peka untuk mendengarnya.

Pintunya sudah di depan mataku. Suara ketukan itu semakin lemah suaranya. Kuharap itu Len.

Aku berdoa seraya kuputar  knob pintu yang ada di depanku. Ya, aku sangat lega saat mengetahui siapa yang mengetuk nya. Itu adalah Len.

Nafasnya terlihat berat. Jika dilihat dari betapa sulitnya dia mengatur nafas. Saat ini Nafasnya sedang terengah-engah. Seperti seseorang yang habis berlari di kejar anjing. Tubuhnya basah kuyup. Pakaian yang bertugas untuk menutup tubuhnya kini terlihat begitu basah, terlihat begitu tipis, dan transparan; Karena menyerap air. Kakinya bergetar seperti tidak tahan menopang tubuhnya. Dia terlihat sangat kelelahan.

"Len, kenapa kau lama sekali?! Apa yang terjadi padamu?!" Tanyaku cemas padanya. Namun di sisi lain, aku berusaha untuk tidak salah fokus.

"..." Dia hanya terdiam. Masih berusaha mengatur nafasnya. Lalu...

Bruk!

Dia terjatuh. Atau bisa dibilang pingsan. Saking tidak bisa mencerna apa yang terjadi, aku tak bisa menangkap tubuhnya; yang kini terbaring di tanah.

"Len! Len! Sadarlah!-- Ah! badanmu panas!"

Aku panik bukan main. Bagaimana tidak?! Kalau dia pergi dariku,-- tidak, aku tidak mau membayangkannya.

Sial! Bahkan saat ini aku tidak tahu apa yang harus kulakukan! Apa? Ayo berpikir, Rin! Gunakan otak kecilmu untuk berpikir! Apa yang harus dilakukan saat seseorang sedang demam hebat? Bajunya sangat basah saat ini. Haruskah kubuka bajunya?! Apa?! Tidak, Batinku tidak kuat melakukannya. Aku tahu! Aku harus mengkompres dahinya!

_________

Akhirnya aku bisa melakukannya! Aku bisa mengkompres dahinya! Akhirnya aku bisa merawat orang yang sakit!-- tunggu?! Apa yang harus kulakukan setelahnya? Ah, menyelimutinya!

Tapi, kenapa dia belum juga bangun? Aku harus menunggunya dengan sabar. Tapi, kenapa benda yang menyala biru di tangannya itu, sama sekali tidak menyala? Bukankah seharusnya menyala?

"Len, Sadarlah!" Gumamku, menggenggam erat tangannya.

Aku kembali menitikkan airmata. Terus berdoa, berdoa, dan berdoa. Kuharap saat aku melakukannya, dia akan membuka matanya lagi. Kuharap aku dapat melihat mata birunya yang indah lagi! Kuharap aku bisa mendengar suaranya yang bernada tinggi lagi!

Kalau aku bernyanyi, akankah dia terbangun?

Aku pun bernyanyi. Bersenandung dengan damainya. Berharap semoga dia mendengarnya. Mengundangnya untuk terbangun.

Aku bernyanyi, meluapkan perasaanku padanya dari lubuk hatiku yang terdalam. Aku mencintainya, sangat.

Tanpa terasa, aku pun tertidur. Masih dalam keadaan menggenggam tangan hangatnya.

Stay With Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang