Master?

454 45 2
                                    

" K-Ka-Kalian... master..."

Len terus mengulang kalimatnya seperti sedang melihat hantu yang cantik. Wajahnya terkejut bukan kepalang, tapi matanya berbinar-binar dengan indah.

Curiga, kulihat ke arah yang ku curigai sebagai master yang Len maksud: Rinto dan Lenka, yang saat ini berkedip-kedip seperti orang yang kelilipan. Bagaimana aku tidak curiga jika mereka seperti itu?

"Master..." lihat, Len bahkan sekarang jadi seperti robot yang mengulang kata-katanya karena error dan konslet. Atau memang begitu?

"Len- Maksudku Ren! Katakan sesuatu!!"

Now loading...

"Master... Ah! Masterpiece!!!" Len berteriak heboh, senyuman naifnya dibuat semurni mungkin untuk membuat kami percaya padanya.

Apa yang terjadi?

"Y-yah... S-s-se-sepertinya-- wajah dan otak kalian adalah sebuah karya masterpiece seperti biasa. Haha, hahahaha!" lihat saja! Gelak tawa nya bahkan terlihat dibuat-buat, tapi bukan itu yang ku curigai, melainkan...

Master? Akan ku pastikan hal tersebut.

Aku berdiri dari tempat duduk ku, memutar balik tubuh Len ke arah jam delapan dengan gugup mengatakan, "Sepertinya dia sedang pu-pusing ya! Lebih baik ku antar dia ke kamarnya dan menyuruhnya tidur! Kalian tunggu sebentar." ujarku gugup dan heboh; pikiranku berantakan hingga mereka yang melihatku kebingungan seolah-olah aku adalah orang yang stres.

Mereka memandang satu sama lain; alis keduanya menukik mempertanyakan tingkah laku aneh ku. Namun kuabaikan mereka dan pergi menaiki tangga menuju kamar tidurku.

"O-oi! Rin kau kenapa?!" Len bertanya, raut wajahnya terlihat panik hingga keringat bercucuran dari dahi dan pelipis ya.

"Sst! Diamlah...!" aku menyela, dan dia terdiam.

Sesampainya disana, ku lepas tanganku yang sedari tadi menempel di bahunya dan mempertanyakan semua yang berputar-putar di otakku pada Len.

"Oke-oke, bisakah kau menjelaskan apa yang terjadi saat ini!?"

"Kenapa?" ia malah balik bertanya, matanya menunjukkan kepolosan dan kesucian akan kesalahan. Membuatku tidak tega membentaknya.

"Iya- uhh... Apa kau tahu apa maksudmu kalau mereka master?"

Len melipat kedua tangannya, "Saudaramu benar-benar ciptaan masterp--" komentarnya akan kerabatku terpotong begitu saja setelah aku menutup mulutnya kesal.

"Iya-iya! Mereka hebat! apalah aku." ujarku dengan mirisnya, mulai meratapi nasib keterbatasan ku, aku tahu mereka hebat, cerdas,berparas menawan, dan tinggi semampai- eh, tidak begitu sih...  Namun untuk ukuran seseorang yang bermarga Kagamine... Mereka sudah termasuk ke kategori jangkung.

Ya, cerdas, pintar, berparas menawan. Sudah sepatutnya keluarga Kagamine memiliki hal tersebut. Mereka yang dipolesi tanpa bercak noda di seluruh jiwanya. Tapi tidak seperti ku. Aku jadi bertanya-tanya, kenapa aku tidak bisa jadi se-kharismatik mereka? Yah... Memang sudah nasib.

Tunggu-- ini bukan waktunya meratapi nasib!

"Oke. Len, sudah cukup basa-basi nya."

Stay With Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang