Changes

580 62 15
                                    

"Yasudah, Len. Kalau begitu aku sekolah dulu ya..." Ujarku.

"Ya... Baik-baik disekolah. Jangan banyak tingkah. Eh, tunggu dulu!" Sahutnya. Membuat langkahku terhenti.

Dia mulai mendekat ke arahku. Lalu tangannya mengelus poniku yang sudah memanjang ini. Membuat wajahku merona seketika.

Jangan salah sangka! Siapa yang tidak baper kalo digituin sama cowok yang... gitu...

Dan ternyata aku yang terlalu berlebihan, dia hanya menjepit sisi-sisi poni ku yang sudah memanjang ini.

"Nah, kalo kayak gini kan lebih baik. Jadi rapi sedikit, gak keliatan jorok kayak tadi. Lain kali masangnya sendiri yak. "

Aku mendengus kesal saat mendengarnya. Jelas-jelas dia sedang mengejek ku! Lalu aku pergi diiringi oleh suara decitan pintu yang mulai tertutup.

" Dasar... Memangnya dia siapa? Ibuku? Pake acara nyuruh-nyuruh segala... " Aku terus mencibirnya di sepanjang perjalanan. Dengan hentakan kaki pertanda kesal.

Hatiku perlahan kembali suram, ketika Kakiku menginjak tanah sekolah ini... Seketika suasana hatiku berubah 69°.

Bagiku, sekolah ini bagaikan neraka. Tapi lain bagi mereka. Mungkin hanya perasaanku saja yang begini. Padahal Aku mau berubah, aku mau jadi periang, disiplin, dan bersemangat, atau bahkan berbicara dengan mereka semua. Namun hasilnya selalu nihil. Mereka menganggap ku sebagai seorang idiot. Aku juga ingin punya teman...

Mau bagaimanapun juga, jika kau sudah dicap jelek, merubah pandangan orang lain itu sulit. Nasi sudah jadi bubur. Jika sudah begini, jadi jelek saja sekalian...

... Aku menyesal sudah berpikir demikian.

"Ting... Tong... Ting... Tong... " Bel sudah berbunyi.

Apakah aku yang terlalu menghayati isi otakku, atau bel nya berbunyi lebih cepat? Kuyakin aku datang lebih awal dari biasanya...

Tanpa kusadari, banyak cibiran dari orang-orang sekitar yang mengusik telingaku. Lalu aku menangkap satu yang jelas masuk gendang telingaku.

"Hei, hei. Kau lihat penampilan Nona Kagamine tadi? "

"... Ah, aku melihatnya tadi. Aku tak menyangka wanita barbar seperti dia berdandan seperti itu..."

"Dia makan apa ya, hari ini?"

"Kayak nya kesurupan deh... "

Gelak tawa keluar dari mulut mereka. Aku hanya bisa terdiam dan mendengarkan, juga berusaha untuk pura-pura tidak dengar cibiran-cibiran yang membuat telingaku sepenuhnya gatal ini. Karena jika kuladeni semuanya akan berbalik menghujam ku.

Tak lama setelahnya, wali kelas kami memasuki ruangan, langkahnya yang terdengar menggema membuat seisi kelas ku sigap kembali ke bangkunya masing-masing. Hanya sekumpulan orang-orang munafik.

Setelah memberi salam, akhirnya tiba saatnya dimana jantungku berdebar, dengan wajah yang santai tentunya.

"Baiklah anak-anak, kumpulkan tugas rumah kalian."

Semuanya mulai mengumpulkan, tapi aku masih terduduk panik di tempat.

Dan disaat itu juga aku teringat, kalau aku sudah mengerjakannya kemarin. Kenapa harus takut?

Dengan bangganya aku mengumpulkan tugasku, seisi kelas memandangku termangap-mangap.

"Apakah dia benar-benar Rin?" Bisik mereka menoleh kanan dan kiri.

Stay With Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang