Fake

552 58 2
                                    

Narrator's POV

Gelak tawa menghiasi keramaian. Mereka hanyalah para remaja yang masih dalam tahap pertumbuhan. Ya, Tiga orang gadis yang barusan bertemu dengan mangsanya, Rin.

"Hey, Kembarannya Rin tadi manis juga, ya? " Ujar gadis bersurai putih nan panjang, mata merahnya berbinar terang.

" Ha? Mereka berdua itu sama saja... " Bantah Neru yang kini melipat kedua tangannya, juga membuang mukanya. "...Harus kuakui, iya juga sih..." 

Mendengar temannya bergumam seperti itu, Gadis putih pucat bernama Tei ini menyeringai. "Pfft! Bilang aja gamau ngaku! Dasar Tsundere~ Bahkan tanpa sadar kau berusaha untuk bersikap manis di depannya. "  Seketika Neru langsung tersentak.

"HA?!  Apa kau bilang?!--"

"Argh! Sudah cukup!" Lily berteriak kesal, tidak tahan dengan perkelahian mereka. Membuat perkelahian kedua gadis itu terhenti seketika. "Bisakah kalian berhenti bersikap seperti anak kecil?!"

"...Baiklah, tante~" Jawab mereka singkat. Membuat Lily berdecak seketika.

"Aku bukan tante-tante! Aku masih muda! " Balas Lily ketus.

Hening menyerang mereka di sepanjang jalan. Sampai akhirnya gadis berambut putih ini memecahkannya." Hei, kalian... " Sahutnya dengan wajah suram, membuat mereka mengalihkan pandangannya pada pemilik suara tersebut.

"Rin..."  Tei memulai. "... Dia menyukai kembarannya sendiri, 'kan?"

Neru dan Lily mengernyitkan dahi. Tak butuh waktu lama untuk menyadarinya seketika mata mereka terbelalak. "Oi... Kau jangan jadi psikopat lagi! Sadar woi!" 

"Pfft! Bukankah bagus! Jika aku punya banyak saingan?!" Ujar Tei sambil mengulum senyuman sadisnya. "Bukankah orang-orang menganggap incest maupun twincest itu hal menarik?!"

Mereka lupa, kalau salah satu temannya itu adalah seorang Yandere. Sungguh, mereka lupa. "Yah... Itu akan jadi gosip yang menarik..." Sambung Lily menambahkan idenya.

"Bagaimana, Neru? Apa kau menyukai Len-kun juga?!" Tei bertanya masih dengan senyuman gelapnya, berusaha untuk manis, namun suram.

"Heh?! M-mana mungkin! " Bantah Neru dengan gagap. Dia mendustakan temannya sendiri, demi hidupnya. Lalu menyeringai, kembali mencoba membuka kedua birainya."Yah, itu ide bagus... Twincest, ya? Kita buat gadis itu menyesal..."

Mereka tidak sadar, bahwa seseorang mengikuti mereka sedari tadi.

"Kalian temannya Rin tadi, ya?" Mendengar seseorang bertanya pada mereka dengan suara familiar, dengan refleks mereka menoleh.

Itu adalah Len; sendirian, dan mata birunya menyala terang; bagaikan sebuah senter yang menyala di kegelapan.

"L-Len-kun?! " Seketika kedua pipi gadis tersebut merona merah." A-ada apa ya? "

Len mengangkat tangan kanannya, masih dengan cahaya biru di matanya.

"Ada sesuatu yang harus ku bicarakan pada kalian."

Back to Rin's POV

"Sial... " Gumamku kesal, wajahku jadi kecut, layaknya hatiku saat ini. Ku pandang jam yang tertera di ponselku dengan kesal.

Tentu saja! Sudah satu jam lamanya ku menunggu disini! Dan dia belum juga menunjukkan batang hidungnya. Kemana gerangan anak itu?!

Apa sebaiknya kutinggalkan saja? Tidak, justru aku akan lebih cemas jika kutinggalkan...

Seketika pikiran tentang Len yang tersesat melesat di otakku; dirinya tersesat dan tak pernah kembali lagi.

Lucu, sih... Seperti anak hilang. Tapi jika begitu-- Argh! Sialan!

Stay With Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang