"Fuhhh..." suara tersebut keluar bersamaan dengan nafasku yang berhembus lebih banyak dari biasanya. Tidak lupa dengan bunyi tulang-tulang ku yang kuregangkan disaat hembusan nafas tersebut ku keluarkan.
"Hey, Rin... " Oh, benar. Miku juga ada di sini.
" Hm? Ada apa?" responku sambil menyeruput minuman yang ku pesan beberapa waktu lalu.
"Jadi..." Miku melihat sekitar, bola maniknya bergerak dari sudut kanan ke sudut lainnya; terlihat bingung bercampur ketidaknyamanan.
Nafasku terhembus kasar, pandanganku terpincing menunjukkan kekecewaan tatkala Miku menggumamkan dua kata.
"Tidak jadi." katanya.
Padahal, dia tidak perlu segan-segan untuk menanyakan pertanyaan seperti itu, walau aku akan menjawabnya dengan sedikit kebohongan.
Aku tahu apa yang ingin dia tanyakan. Kalau dipikir-pikir, aku tidak pernah mengajak Miku pergi ke suatu tempat jika aku sedang di rumah. Aku hanya sempat mengajaknya pergi ke mall saat kita sedang berada di sekolah. Hah, aku juga sadar ini bukan seperti diriku.
Aku mendesah, berkeluh kesah. Mulai memiliki niat untuk meluapkan curhatanku - yang seharusnya menjadi jawaban atas pertanyaan yang dia segani- padanya.
Sambil menaruh telapak tanganku ke jidat, aku menjelaskan padanya dengan suara serak; terlihat frustrasi.
"... Aku hanya sedang tidak ingin berada di rumah. Dan aku perlu seseorang untuk mengajarkan ku. Kau kan pintar, hehe."
Sebenarnya... Itu agak bohong.
Miku hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Dan untungnya, dia terlihat percaya pada penjelasan ku. Yah, memang meyakinkan, sih. Temanku 'kan, cuma dia seorang.
Sebenarnya... Penjelasan ku itu tidak sepenuhnya salah. Tapi tidak sepenuhnya benar juga. Kalau seandainya aku menaruh pasal mimpi buruk dalam perbincangan itu, penjelasan itu tidak akan menimbulkan beban bersalah di hatiku.
Mimpi buruk itu... Terkait soal Len tentunya.
Tangisan gadis itu, pundak gadis itu yang terlihat tegang, dan
Bercak darah itu,
Aku melihat semuanya.
Disaat aku melihat semua itu, aku langsung terperanjat dari tidurku. Di saat itu juga aku langsung bergegas mencari ponsel ku, dan menghubungi Miku.
Disinilah aku, di sebuah kafetaria kecil yang tidak jauh dari sekolahan ku, bersama Miku.
Aku menghela nafas, kembali menyeruput minuman berperisa jeruk ku.
Miku yang duduk di seberang dengan meja yang sama dengan ku hanya bisa menatap khawatir, memainkan gagang cawannya yang berisikan kopi panas dengan jari-jemarinya.
"Emm... Rin, apa kau baik-baik saja?"
Tanpa perlu bertatap muka dan mulai memainkan sedotan minuman ku, aku membalasnya dengan 'Hm.' yang panjang. Aku tidak terlalu punya tenaga untuk berpikir.
"Kedengarannya tidak untukku." ujarnya membalas kembali membalas.
Ketimbang lanjut balas- membalas obrolan, kami hanya hening terdiam, hanya suara mesin kendaraan dan langkah kaki orang berlalu-lalang yang terdengar.
Berselang menit kemudian, Miku merogoh tasnya sambil berusaha untuk memecahkan keheningan yang canggung ini. "Ah, benar. Daripada seperti ini, lebih baik kita mulai saja belajarnya."
Aku bahkan lupa dengan niat ku untuk kemari.
Aku pun mulai menyunggingkan senyuman, kemudian mengangguk menunjukkan keantusiasan walaupun agak lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me!
FanficAku akan senang jika melihatmu berkembang, dan juga bahagia.... Tapi aku tidak bisa... Setidaknya, berbahagialah... Disclaimer: Vocaloid dan anggota-anggotanya bukan milik saya :'v gambar-gambar bagus yang saya pasang di cerita jg bukan milik saya...