Mirror Image

697 73 13
                                    


"Ha? Cowok?" Tanya ku dengan mulut yang menganga lebar.

Tentu saja aku begitu! Melihat wajahnya saja, rambutnya yang seukuran denganku, dan mendengar suaranya, semuanya terlihat jelas seperti wanita. Dan terlebih lagi, dia ini makhluk apa?! Tiba-tiba muncul dari kotak seperti itu.

"Nanti saja ku jelaskan! Yang jelas, aku minta iket rambut sama... dasi... dasiku mana?!" Doppleganggerku terlihat panik saat mengatakannya.

"Mungkin disitu." Ujarku sembari menunjuk ke arah kardus tempat dia keluar tadi.

________________

"Nah!! Gimana?! Sekarang percaya kan kalau aku cowok?!" Seru nya dengan kedua tangan membentuk tanda 'peace' setelah mengikat rambutnya dan memasang dasinya.

Dilihat bagaimanapun juga aku masih tidak percaya. Aku ragu kalau dia itu cowok.

"Gapercaya, suaramu kayak cewe, wajahmu juga kayak cewe tau gak?" Ujarku dengan penuh kejujuran di lubuk hati.

Seketika wajahnya menunjukkan ekspresi
'Wat-de-fak' sembari menatapku. Seketika dia menarik celananya, dan mencoba membukanya.

"Sini liat kalo gapercaya! Ini menginjak harga diri 'adikku' tau!!" Celetuk doppleganger ku yang masih menarik celananya itu.

"Stop. Aku. Percaya."

Untung belum di buka. Kalo dibuka, yha malu lah aku liat adik orang lain!

"Hmph. Konyol sekali. Dasar bodoh." Gumamku dengan wajah merah merona, tanpa kusadari.

"Lah, kamu yang duluan!" Dia mendengus kesal hanya karena masalah sepele seperti itu. Membuatku ikutan kesal karenanya.

"Sudah-sudah! Jangan masalahin hal begituan lagi! Sekarang aku mau nanya. Namamu siapa?"

Sialan... aku bertanya panjang lebar dia malah ngeliatin hal-hal lain.

Tunggu...

Aku baru sadar... Kalau dia cowok...

Aku menyesal belum membereskan kamarku.

Karena pakaianku yang berserakan dimana-mana, kertas ulangan ku yang berserakan dimana-mana, dan bahkan CD(Versi celana dalam) ku yang juga berserakan dimana-mana.

"Apaan ini yang bergambar telor?" Tanyanya sembari mendekatkan diri pada celana dalamku yang kebetulan berpola lingkaran.

"Ohh..." Lalu dia mengambilnya.

"..." Aku terdiam mematung, mengingat hal memalukan yang tadi kupikirkan.

Tentu saja aku malu! Dia hanya mengambil kertas soal ulangan ku yang baru kudapat tadi siang yang keluar dari tasku. Dan kebetulan dekat dengan CD ku tadi. Apa dia tidak menyadari kalau dia menginjaknya?!

"Beh, yang ginian mah gampang. Masa gabisa?"

Dengan angkuhnya dia mengatakan hal itu padaku tanpa mengalihkan pandangannya yang masih ke arah nilai bulat sempurna yang sedang dipegangnya itu.

"Yhaa... aku kan gangerti. Masa mau dipaksain ngerti sih. Nanti kepalaku sakit kalo kayak gitu..."

Mendengarku menggerutu, dia menghela nafasnya. Aku punya perasaan kalau aku akan mendengarkan ceramah 7 menit yang akan disampaikan oleh dopplegangerku sendiri. Jadi kulihat ke arah jam dinding.

"Ya ampun, kalo gitu kamu gimana mau maju dong. Kan semuanya juga butuh proses."

"Nah, itu dia! Semuanya butuh proses. Dan aku juga sedang dalam tahap proses tau!" Balasku padanya.

Stay With Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang