That Club

304 44 29
                                    

Aku menatap cengo ke dalam ruangan yang disebut-sebut sebagai klub itu dengan hati yang 'agak' terkejut. Ah... Bagaimana ceritanya, ya?

Setelah pulang sekolah... Aku dan Miku langsung pergi menuju tempat itu. Dan hasilnya agak mengejutkan.

Klub itu... Masih kosong melompong. Hanya ada perkakas dan furnitur yang telah ditata untuk tempat ini.

"Ini aneh... Padahal di jadwal 'kan, memang jam segini. Pada hari yang tepat juga. Tapi... Kemana mereka?" Miku bergumam pelan kepadaku, namun lebih mengacu pada dirinya sendiri.

Aku hanya bisa terkekeh secara paksa. "Kita tunggu saja."

.

.

.

.

Pada akhirnya, Miku setuju dengan keputusanku untuk menunggu mereka. Aku hanya bisa duduk di kursi yang tersedia di tepi ruangan- kursi yang bersebelahan dengan jendela. Cahaya jingga kekuningannya menyilaukan mataku. Ku ubah arah pandanganku dan mengacu ke arah Miku- yang sedang mengitari ruangan; menelisik sekitarnya; mengekspedisi setiap barangnya.

Aku takut... Aku takut... Aku takut...

Len, ini terlalu menakutkan... Aku mau pulang dan bercengkerama dengan mu seperti yang biasa kulakukan setiap kali kembali menuju rumah.

Ada rasa gelisah di lubuk hatiku. Entah milik siapa kegelisahan itu. Apa ini... Dari ku?

Apa karena mereka? Apa karena aku meninggalkan mu, Len?

Rasanya keringat dingin mulai bercucuran dari arah pelipis hingga ujung dagu ku.

Bodohnya aku... Betapa menyedihkannya diriku... Padahal Len sudah bersusah payah menenangkan batinku. Ini semua demi kebaikan diriku. Kenapa aku ingin menolaknya? Benar-benar pecundang.

Aku... Ingin melarikan diri.

Tapi itu terlambat.

Seseorang membuka knob pintunya. Tidak- bukan seseorang. Lebih dari satu orang. Banyak sekali orang. Mungkin belasan?

Kakiku mulai kaku. Tapi seseorang menepuk pundak ku; mencoba menenangkan diriku. Ah... Itu Miku. Dia tersenyum kecil kepadaku.

"Semuanya akan baik-baik saja, Rin."

Tapi aku lupa, kalau di tempat ini ada orang lain selain kami- dia berkata " Ah, kalian anak baru itu ya?"

Kami mengangguk pelan.

"Kalau begitu... Perkenalkan diri kalian ke depan." titah gadis itu dengan acuhnya. Sepertinya... dia adalah ketua dari klub ini. Asumsi ku semakin kuat ketika ia menyuruh semua orang yang di ruangan ini duduk.

Lalu menoleh ke arahku. Membuat bulu kuduk ku berdiri.

"Mulai dari yang kecil dulu."

Aku pun melangkah ke depan. Ukh... Mereka menatapku. Aku benci menjadi pusat perhatian. Walaupun aku ingin menjadi demikian.

Bisikan-bisikan pun mulai menyebar ke pelosok ruangan. Tentunya... Membicarakan diriku.

Mereka hanya menanyakan hal yang sama satu sama lain. 'Siapa?' 'Apa kau pernah melihatnya?' dan jawaban yang sama 'Entahlah.'

Padahal aku ingat betul. Salah satu orang disana- salah satu orang yang menanyakan siapa diriku- pernah mengejekku, dan menaruh kulit pisang di jalanku.

Dan sebagian dari mereka semua... Aku ingat wajahnya. Beberapa dari mereka pernah berurusan denganku.

Tapi tak apa. Aku tahu siapa pelaku dibalik semua ini. Entah aku harus berterimakasih, atau harus merasa kesal padanya.

Stay With Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang