Decision

339 45 66
                                    

"Aku mendaftarkan mu tanpa izin??" Len menaikkan alis kirinya seraya menghadap ke arah ku.

Aku hanya mengangguk dengan sorot mata yang (cukup) tajam, seperti orang yang kesal. "Jangan pura-pura tidak tahu! Kau pasti menyamar menjadi diriku dan pergi mendaftarkan nama ku ke klub paduan suara, 'kan?! Hayo ngaku!!"

Len hanya mengendahkan bahunya. "Kalau kau mengasumsikan-nya begitu... Yah, bisa jadi."

Sebenarnya aku sedang tidak ingin membentaknya. Berhubung aku ini baik hati (Rin tidak tega tapi gamau ngaku :v) tapi... Saat ini,

Dia benar-benar menyebalkan!💢

Eh?! Kenapa aku berkata 'saat ini'?? Dia 'kan memang selalu menyebalkan.

"Bego!! Jangan berlagak seperti kau orang mengalah yang tidak bersalah!! Lagian 'kan, hanya kau yang berperawakan persis seperti ku. Dan wajahmu yang bisa seimut diriku itu pasti berpotensi untuk menjadi trap yang profesional! Dasar crossdresser!! "

"Hee..." Len menyeringai licik. "Bagaimana kalau itu doppleganger mu?"

"Mana mung-- eh, tunggu. Barusan kau menyeringai"

Kini wajahnya berubah menjadi netral. Ia hanya menggeleng pelan seperti tidak ada sesuatu yang terjadi. "Kau pikir aku tidak bisa tersenyum?"

Kini aku yang menangkat alis kanan sambil keheranan. "Kalau begitu... Jawabannya 'iya'?"

Len mengangguk.

"Kalau begitu kenapa kau menggeleng!!??"

Len hanya menengadahkan bahunya tanda tak peduli.
"Jadi, kau tidak mau?"

"Bu-Bukan-- Sebenarnya... Aku mau, Tapi... Bagaimana kalau mereka menolak ku? Bagaimana kalau mereka mencibirku? Bagaimana kalau performa ku buruk? Bagaimana kalau gugup? Bagaimana--"

Len sedikit mengacungkan jarinya untuk menyuruhku diam. Setelah aku diam, dia memutar kursi rodanya dan berbalik.

"Ikut aku."

Dengan rasa penasaran, aku pun hanya mengikutinya, makhluk yang memakai kursi roda disana. Yang ternyata, dia membawaku ke balkon rumahku. Entahlah, Len 'kan, memang selalu aneh.

Dan yang lebih anehnya, dia mengacungkan telunjuk nya ke arah langit. "Rin, langit itu... Warnanya apa?"

Apa-apaan dia ini... Dia tidak buta warna karena semua yang terjadi ini, 'kan? Di saat seperti ini, Aku hanya bisa menggerutu pelan "Tentu saja warnanya biru, dasar Len bodoh." sambil mengkerucutkan kedua biraiku.

Mendengar beberapa petikan kata yang baru ku sebutkan, Len langsung menoleh dan menatap tajam ke arahku. Mungkin dia terpelatuk. "Oy! Siapa yang bodoh disini, dasar bodoh!"

" Hmph.... Orang mengatakan orang lain bodoh itulah orang bodoh yang sesungguhnya. "

Pffft.

"Nyiahahahahahahahahahah!!"

Eh, apanya yang lucu? Aku tidak sedang melucu. Kalau aku keheranan seperti ini, mungkin raut wajahku akan terlihat aneh.

"Itu artinya kau yang bodoh, Rin. Hahahahah!!!"

" Eh, apa??"

Deg

" Hmph.... Orang mengatakan orang lain bodoh itulah orang bodoh yang sesungguhnya. "

G-Gawat!! Aku termakan oleh kata-kataku sendiri!!!

" Hahahaha!!! Ekspresi mu sangat priceless, Rin!!"

Stay With Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang