"Hufft" aku menghela nafasku. Len benar-benar jahat... Padahal, lima menit yang lalu dia masih menangis seperti bayi hanya karena pemberianku yang sudah usang itu.
Aku menggembungkan kedua pipiku dengan mata sayu. Semua ini membuatku bete. Apalagi jika ditambah dengan buku-buku yang berserakan di sekitarku. Melihatnya saja sudah mual.
Ketika aku sedang asyik dengan pikiranku,
JEPRET!!
Ada cahaya yang menusuk mataku, hingga aku ditarik keluar dari pikiran yang menyelamatkan hariku. Urgghh... Len!! Rasanya aku jadi ingin menyita kamera itu agar lepas dari tangannya.
"Kau terlarut dalam pikiranmu lagi, Rin." ujarnya datar, melihat hasil foto yang barusan ia tangkap. Ia pun kembali berujar dengan wajah netral nya tanpa perlu bertatap muka. Yang katanya: "Aku tahu, minggu depan kau akan ujian, Rin. Dan aku ada disini untuk mengawasimu, dan mengajari hal yang tidak kau mengerti."
Lalu ia memincingkan matanya tajam ke bawah- yaitu ke arah ku. Sepertinya bersiap untuk mengomel-omel, dan benar rupanya.
"Oke, untuk memperjelas, itu bukan tangisan cengeng sepertimu, Rin. Itu adalah tangis terharu! Dan kau, jangan berani-berani menghina kamera ini lagi! Aku melakukan ini demi kebaikanmu dan bahkan aku rela tidak beristirahat hanya demi mengawasimu. Jangan lupa, Rin. Setiap pulang sekolah selama seminggu ini, berhubung klub mu menghentikan kegiatan pelatihan itu selama seminggu, aku akan memanfaatkan hal ini supaya kau bisa belajar! Setiap pulang sekolah! Ingat itu! Aku akan menyita semua barang mainanmu atau apalah itu! Camkan!"
Oh lihat, sekarang dia bertingkah seolah-olah dia ibuku. Aku hanya mendengarkan omelannya yang terdengar seperti peepsqueak galak itu melalui telinga kanan dan keluar lewat telinga kiri seketika. "Sita saja sesukamu... Aku sudah tidak memainkan nya lagi..."
"Kalau begitu aku akan membatasi waktu pulang mu hingga pukul satu siang! Kalau kau lewat lima belas menit, akan ku geleng semua jerukmu yang ada di kulkas itu dan menjejalimu dengan pisang!"
Arrghh Sampai kapan dia akan mengoceh?!! Sekarang aku merindukan dia yang berwajah datar. "Len! Kalau kau bawel seperti itu, aku tidak akan bisa mulai belajar! Sebaiknya kau memulihkan tenaga mu, Len. Kau belum beristirahat seharian ini."
Wajah galaknya itu pudar seketika, tergantikan oleh wajah netral yang ku rindu-rindukan selama ini.//lebay.
"Baiklah. Kalau begitu, aku akan masuk kamarmu, Rin. Jika ada yang tidak kau mengerti, tak perlu segan-segan untuk membangunkan ku jika aku tertidur." Dengan begitu, ia pamit undur diri dan masuk melalui pintu yang ada di belakang ku.
Lagipula, aku ini duduk lesehan. Agak iri jika melihatnya duduk di kursi sambil mengatur-atur diriku. Aku jadi merasa rendah. Hmph.
"Aku dengar semuanya~ Rin!"
Ups. Dia mendengarnya dan sikapnya kembali ke dalam mode galak. Jikalau Len sedang dalam mode itu, aku takut dia akan kembali mengawasiku! Huh, padahal aku lah yang menolongnya saat dia terjatuh dari kursi roda tadi.
Oh, sebaiknya aku kembali belajar. Kalau tidak, dia akan mengomeliku tanpa henti. Baiklah, jangan membuang waktu lagi!
...
..
.
Jadi kepikiran... Awalnya, kukira kamera itu benar-benar sudah usang dan tidak layak pakai. Aku memang sudah menduga kalau Len akan menyukainya, lalu akan menyimpan kamera itu seperti harta karun berharga untuknya. Memang sih, tapi... Aku tidak menyangka kalau kamera itu masih layak pakai.
Hmm... Kamera itu memang bukan barang kuno yang ada sejak perang dunia dimulai, tapi tetap saja. Barang yang sudah berdekade lamanya pun, pasti bisa rentan akan kerusakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me!
FanfictionAku akan senang jika melihatmu berkembang, dan juga bahagia.... Tapi aku tidak bisa... Setidaknya, berbahagialah... Disclaimer: Vocaloid dan anggota-anggotanya bukan milik saya :'v gambar-gambar bagus yang saya pasang di cerita jg bukan milik saya...