sepuluh

16.4K 951 8
                                    

Assalamualaikum wr. wb....

Happy reading...

Ruangan bernuansa putih dan berbau alkohol itu terasa sunyi, empat orang dengan salah satu terbaring lemah. Tampak tiga orang lainnya duduk di kursi dan sofa dalam ruangan.

"Sudah El, kamu berdoa dengan agamamu supaya besok pagi Joe sadar" ucap perempuan bernama Hellen itu.

Perempuan yang dipanggil El, hanya menghela nafas dan menunduk.

"Aku takut, bahkan selama aku mengenalnya belum ada sikapku yang baik padanya" ucap Elisa dengan air mata mengalir.

"Hei, omonganmu seakan-akan kembaranku koma saja" ujar Rich, kembaran Joe dengan nada geli.

Elisa memandang Rich cemberut, sedangkan istrinya, Hellen, hanya memutar bola matanya malas.

"El, boleh aku tanya sekali lagi?" tanya Rich

"Mau tanya apa Rich?"

"Kamu yakin besok menikah dengan lelaki itu?" tanyanya dengan menunjuk orang yang masih terbaring.

"Yang kau bilang 'lelaki itu' kembaranmu sendiri Rich" ucap sang istri, namun Rich bergeming dan memfokuskan pendengaran akan jawaban dari perempuan berhijab yang besok pagi akan dinikahi saudara kembarnya.

Elisa menghela nafas sebelum menjawab.

"Sebenarnya aku ragu pada awalnya, tapi semua itu sudah menjadi ketentuan Allah. Apalagi ditambah sekarang keadaan Joe seperti ini gara-gara aku, jadi aku membulatkan niat untuk menikah"

"Apa kamu tidak menyesal?"

"Menyesal tidaknya kalau tidak dijalani tidak akan tahu".

"Misalkan alasan Joe menikahimu ada sesuatu dibelakang bagaimana?"

"Sekali lagi aku jawab Rich, kalau tidak dijalani terlebih dulu, mana mungkin bisa tahu"

"Good luck for you El and welcome in Alexander's family" hanya itu yang bisa diucapkan Rich.


Pagi menjelang, Elisa sudah siap menggunakan dress simple berwarna peach dengan hijab warna senada berjalan mondar mandir di dalam kamarnya.

"Bagaimana keadaan Joe? Apa dia sudah sadar?" ujarnya pada diri sendiri sembari menggigiti kuku, dia sedang cemas.

Drrttt...drrttt...drrttt

Diambilnya ponsel di nakas dan menjawabnya.

"Assalamualaikum"

Waalaikumsalam El, bisakah kau ke rumah sakit?

"Ada apa Llen?"

Bukannya kamu mau nikah?

"Iya, tapi kenapa di rumah sakit?"

Astaga, apa kamu lupa? Joe masih dirawat disini El

"Astaghfirullah, iya Llen aku tidak lupa, tapi apa jadi nikah hari ini? Aku takut Llen"

Oh c'mon dear, Joe baru saja siuman, so, kamu dan keluarga harus sampai di rumah sakit sejam lagi. Kalian nikah di rumah sakit.

"Apa? Di rumah sakit?"

Kondisi Joe tidak memungkinkan El, cepatlah El

"Baiklah"

Akhirnya Elisa bersama ibu dan adiknya bergegas menuju rumah sakit dengan mobil jemputan yang dikirim oleh Rich. Mereka tampak berjalan tergesa ke sebuah ruangan yang ternyata sudah ramai, hanya beberapa sebenarnya. Di sana ada Rich dan Hellen, dokter, dan kyai Anshor yang menjadi guru spiritual Joe yang akan merangkap sebagai orang yang akan menikahkannya, serta satu lelaki yang selalu terlihat tampan meski masih dalam keadaan pucat, ya mempelai pria yang telah memakai jas berwarna hitam.

"Assalamualaikum" sapa Marini, ibu Elisa.

"Waalaikumsalam" jawab mereka serentak.

"Baiklah, jika semua sudah datang. Saya mohon mempelai perempuan menunggu di luar dan Fatan kau sudah siap menikahkan kakakmu?" tanya kyai Anshor.

"InsyaAllah, siap" jawab Fatan tegas.

Elisa dengan ibu dan Hellen keluar dari kamar rawat Joe, Elisa tertunduk.

"Nduk, ada apa? Kenapa kamu sedih?"

"Nggak bund, Elis cuma membayangkan kalau yang menikahkan Elis itu ayah" ucap Elisa lirih.

Ibu Elisa dan Hellen tampak berkaca-kaca mendengar ucapan lirih itu. Mereka memeluk Elisa.

Sedangkan di dalam ruangan, semua tampak bersiap, Joe hanya dapat duduk di ranjang rawatnya. Fatan atau bisa disebut calon adik iparnya duduk berhadapan dengan tangan menjabat erat.

"Siap?"

Fatan dan Joe mengangguk bersamaan. Mereka tampak saling memberikan pandangan penuh arti, penuh ketegasan.

"Saudara Joshua Philip Alexander bin Benjamin Alexander, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan kakak kandung saya Elisa Maulidina Harun dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan uang tunai dua juta rupiah dibayar tunai"

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Elisa Maulidina Harun binti Muhammad Harun dengan mas kawin yang tersebut tunai"

**********************

Bersambung....





Sebenarnya hari ini adalah pas setahun ayahku kembali kehadirat-Nya, jadi agak gimana gitu nulis chapter ini.

Alhamdulillah nikah juga mereka, ini masih flat-flat dulu, konfliknya nanti.

Sekali lagi setelah mereka menikah akan ada adegan-adegan yang membutuhkan kebijaksanaan. So, jangan kaget ya...
Jangan lupa vote ya, Alhamdulillah kalau mau comment,

Sekian
Sign Love,
#Elz_

Wassalam...

Pacitan, 23 Januari 2016

Semua karena Allah(ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang