lima belas (b)

14.2K 796 4
                                    

Assalamualaikum....


Happy reading.....

Lengan panjang itu hampir memerangkap tubuh Elisa jika Elisa tidak segera menghindar. Reflek Elisa sungguh bagus, mengingat beberapa detik yang lalu tubuhnya seolah kaku.

"Ada apa Lis? Ini aku Mas Brianmu, kekasihmu, calon suamimu"

Elisa menggeleng.

"Kenapa Lis? Apa kau sudah melupakan kejadian antara kita berdua?"

Elisa masih tetap bungkam, namun dalam dadanya tersimpan amarah luar biasa.

"Apa kau masih ingat rasa ciumanku di bibirmu? Di lehermu, di dadamu, bahkan di kem..."

"HENTIKAN!!!!" Jerit Elisa seketika. Elisa tidak peduli dengan orang yang berlalu lalang di depan HP Building .

Brian tersenyum -ah tepatnya menyeringai.

"Apa perlu aku ingatkan?" tantang Brian

Elisa menggelap.

"Hentikan kata-kata menjijikan yang keluar dari mulutmu"

"Apa? Menjijikkan? Bahkan yang mengawali itu semua dirimu Lis. Apa kau lupa? Siapa yang pertama kali mengajariku ciuman, french kiss, petting, ...."

"Cukup!" jerit Elisa dengan menutupi kedua telinganya, tubuhnya menggigil.

"Apa kau lupa Lis, siapa yang mengawali? Aku hanya meneruskan apa yang kau mulai, hingga kita melakukan hal manis beberapa tahun silam"

"Kau bohong! Kau jelas-jelas hanya memiliki, karena sesungguhnya aku masih perawan saat itu"

"Aku bohong? Bahkan kau sekarang juga berbohong Lis"

"Apa maksudmu?"

"Kau menutupi kebohonganmu dengan baju yang menutupi nyaris seluruh badanmu, tapi bagiku kau tetap telanjang, seperti yang pernah aku lihat sebelumnya"

Mata Elisa terbelalak. Tubuhnya masih menggigil.

"Bahkan ketakutanmu itu bukan karena takut padaku, tapi takut karena kau masih mencintaiku, dan berharap aku menyentuhku dengan mesra seperti dulu"

"Aku bilang hentikan! Semua yang kau katakan itu tidak benar, aku sudah bukan seperti dulu"

Tawa Brian menggelegar. Dan itu cukup membuat telinga Elisa sakit.

"Aku baru sadar, ternyata kau tadi bilang kalau kau masih perawan saat itu, berarti saat ini kau masih perawan?"

"Itu bukan urusanmu"

"Jelas urusanku Lis, kau dulu pernah berjanji akan memberikan keperawananmu hanya untukku"

"Itu bukan janji, tapi itu semua akal-akalan busuk darimu"

"Oh ya? bahkan saat itu kau sendiri yang mengatakan setelah kita make out."

"Bisakah mulutmu berhenti berbicara hal menjijikkan itu!" tukas Elisa tajam.

"Mulut ku memang sudah terbiasa menjijikkan setelah berhasil mengecup seluruh tubuhmu Lis"

"Hentikan sialan!" jerit Elisa kesekian kalinya.

"Bahkan mulutmu juga sama-sama menjijikkan dengan kata-kata kasarmu Lis. Apa kau tidak malu dengan baju dan kerudungmu?"

Astaghfirullah...

Astaghfirullah...

Astaghfirullah...

Seketika Elisa sadar bahwa apa yang keluar dari mulutnya didorong oleh amarah. Mereka terjebak dalam keheningan. Masih tetap berdiri di depan HP.

"Lis, kembalilah padaku" ucapan pertama keluar dari bibir Brian.

"Aku tidak bisa"

"Kenapa?"

Elisa bungkam. Masih menundukkan kepalanya, hatinya bergejolak. Ia tidak munafik ternyata efek pertemuan dengan Brian setelah beberapa tahun yang lalu sangat dahsyat. Bahkan ia sempat melupakan posisinya sebagai seorang perempuan bersuami.

Suami?

Astaghfirullah...

Ia baru sadar, tidak pantas ia berbicara dengan lelaki sementara ia jauh dari suami.

"Maaf, aku harus pergi" pamit Elisa.

"Lis, tunggu" ujar Brian sembari menangkap pergelangan tangan Elisa yang langsung ditepis Elisa.

"Kau alergi denganku?"

Elisa menggeleng.

"Aku sudah bukan Elisa yang dulu bebas dipegang"

"Apa maksudmu Lis?"

"Briando Wijaya, aku sudah bukan Elisa yang dulu, Elisa yang dulu sudah mati. Ini Elisa yang baru. Terimakasih. Assalamualaikum"




Bersambung....

#Elz_

Pacitan, 24-02-2017

Semua karena Allah(ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang