Assalamualaikum...
Happy reading...
"Kau yakin?" tanya seorang perempuan.
Perempuan lawan bicaranya menyeringai sebelum menjawab, "Pasti, aku sudah lama ingin membuatnya malu".
"Bukannya selama ini dia baik padamu, Put?"
"Baik nya cuma topeng, dia itu jalang"
"Astaghfirullah, Put, segitu bencinya kau pada Elisa. Nggak baik lho."
"Dia itu cuma sok baik, aku muak. Apalagi dia sok-sokan mau dinikahi bule. Brengsek!"
"Mungkin memang mereka mau menikah Put"
"Omong kosong sampai sekarang ini tidak ada kabar apapun. Dia juga cuti kuliah, pasti jadi simpanan bule itu"
"Jangan berprasangka buruk, Put"
"Lihat saja, nanti saat reuni SMA, dia habis di tanganku" ucapnya geram.
**************
Seminggu sejak kejadian Elisa histeris, kehidupan rumah tangga mereka semakin baik. Joe memperlakukan istrinya dengan baik, begitu juga dengan Elisa, melayani suaminya sepenuh hati. Sebenarnya dalam benak Elisa terganjal sepercik keresahan, mengapa hingga kurang lebih satu bulan membina rumah tangga belum sekalipun suaminya berucap cinta secara gamblang.
"Malam ini aku makan malam di luar dengan klien, kau tidak apa kan, El?"
Elisa menghentikan sarapannya sejenak untuk menjawab pertanyaan suaminya.
"Iya, Bi, tidak apa" jawabnya singkat. Joe sedikit mengerutkan alis, merasa janggal dengan intonasi Elisa.
"Kau kenapa, El?"
"Apanya yang kenapa?"
"Apa kau sakit?"
Elisa hanya menggeleng sebagai jawaban.
"El, please! Jujurlah ada apa? Katakan padaku"
"Nothing" jawab Elisa lirih.
Setelah itu tak ada lagi perbincangan di atas meja makan, hanya dentingan sendok dan piring yang menghidupkan suasana sunyi pagi itu.
"Aku selesai. Aku berangkat dulu, kalau ada apa-apa segera hubungi aku. Assalamualaikum" ucap Joe sembari menghampiri istrinya guna memberikan kecupan di puncak kepala istrinya yang tertutup hijab.
"Ya. Waalaikumsalam"
Sepeninggal suaminya, Elisa merenung si balkon kamar mereka. Tinggal di negeri asing, jauh dari ibu dan adiknya, membuat Elisa sedikit tertekan. Walaupun dia bersama suami, namun dia merasa belum mengenal sepenuhnya sosok suaminya. Semua begitu sempurna. Ya, justru karena sempurna ini, Elisa merasa ada keanehan. Apa yang melatarbelakangi Joe menikahinya? Bukan maksud Elisa berburuk sangka dengan suaminya, namun dia merasa semua begitu cepat.
Drtt... Drtt... Drtt...
Dering ponsel menyentak lamunan Elisa.
"Halo, assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, Sayang sedang apa?"
"Oh, sedang di balkon, Bi. Ada apa? Apa ada bekas ketinggalan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua karena Allah(ENDING)
RomansaCinta yang aku jaga dalam hati lebih dari 3 tahun harus kandas karena dia lebih memilih untuk mempersunting gadis pondok, semua karena Allah~Elisa Harun Hidupku bebas, hingga aku bertemu sosok yang memakai pakaian serba tertutup, hidupku berubah...